F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (4/40)

Martin Simamora

Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti, Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu,13 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “Bagian  3” 

Yesus Kristus Menentang “Ia Menjadi Corpus Delicti”, Ia Berkuasa Dan Menaklukan Pemerintahan Maut

Sebelum anda mempercayai atau menerima kesaksian dari orang lain, termasuk seorang pendeta sekaligus seorang akademisi, mengenai siapakah Kristus dan apalagi terkait apakah yang menjadi tujuan Bapa atas diri Anak dalam pengutusan Anak oleh Bapa ke dalam dunia,  dalam penjelasan yang semacam ini:

“Manusia harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang mebuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum  [halaman 37- “Aturan Main”]” 



Secara khusus pada bagian:

Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum

maka anda harus benar-benar memeriksa kebenaran informasi yang disampaikan, sebagaimana lazimnya dalam keseharian dan apalagi jika itu terkait hal-hal yang memerlukan kesekasamaan sebelum menerima dan menyetujui hal-hal yang sangat penting atau berdampak pada kehidupan si penerima. Kita akan dan seharusnylah begitu berhati-hati dengan apa yang kita akan terima untuk dipercayai dan apalagi untuk diimani, yang menyangkut  perjalanan kehidupan ini, yang tak hanya di dunia ini, tetapi sesudahnya.



Pengajaran pendeta Erastus tersebut di atas, telah menjadikan Yesus, dalam pengajarannya tersebut, dalam kedatangannya  ke dunia saat itu,telah sama sekali sebagai sosok manusia yang tak dapat menyentuh kuasa kerajaan iblis, sama sekali! Pada penutup bagian 3 dari serial ini, saya sudah menyajikan: Lukas 10:17-18 dan Yohanes 12:31-33 yang secara gamblang telah membantah pengajaran pdt. Erastus bahwa kedatangan Yesus, sama sekali, tak berkuasa untuk menghakimi dan apalagi menghempaskan begitu saja kedamaian kehidupan iblis beserta antek-anteknya.  Apa yang terjadi atau menjadi fakta yang disajikan berdasarkan informasi yang disajikan Alkitab.

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (3/40)

Martin Simamora

Mengenal Tujuan Pengutusan Yesus Oleh Bapa, Benarkah Corpus Delicti?

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,11 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “Bagian 2”   

Sementara,secara pokok, telah dijelaskan, apakah corpus delicti itu dalam hukum dunia ini, sebuah terminologi yang digunakan oleh pdt. Dr.Erastus Sabdono untuk menjelaskan bagaimanakah keselamatan Allah itu berlangsung dan terwujud berdasarkan kehendak-Nya, khususnya pada momen pengadilan-Nya terhadap Lucifer  yang hingga kini Ia belum memiliki corpus delicti atau barang bukti yang menunjukan kejahatan iblis-[sekali lagi, dalam hal ini, untuk sementara saya tidak mempermasalahkan terlebih dahulu konsepsi siapakah Lucifer sesungguhnya, benarkah menunjuk iblis ataukah yang lain? Namun anda dapat membaca penjelasan ringkas Prof. Dr. Dan Wallace pada bagian bawah setelah artikel ini]-, maka hal sangat terpenting dari semuanya adalah: apakah benar pengutusan Anak oleh Bapa,memang benar memiliki tujuan corpus delicti di dalam pengutusan itu? Bahwa Bapa memerlukan bukti yang kokoh atas kejahatan Lucifer yang untuk menghadirkannya Bapa harus mendatangkan dari sorga Anak-Nya Yang Tunggal yang datang ke dunia dalam rupa manusia.  Sehingga Yesus juga  menjadi  corpus delicti atau bukti bukan sama sekali bukti yang secara tempat dan waktu kejadian perkara tidak ada [sebab Manusia Yesus belum ada di dunia kala kejahatan iblis berlangsung],  tidak berada dalam peristiwa-peristiwa kejahatan Lucifer.  Dan memang konsepsi corpus delicti pada Yesus yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono, sama sekali bukan bukti untuk menunjukan kejahatan iblis tetapi menunjukan Ia mentaati dan menghormati Bapa- yaitu corpus delicti :ia mati di salib dalam sebuah ketaatan. Kekacauan konsepsinya terletak pada corpus delicti Yesus sama sekali tak menunjukan substansi kejahatan siapapun baik Yesus dan iblis sendiri, jadi sama sekali tak berguna bagi Allah dalam pengadilan-Nya dan juga berarti Allah tetap tak pernah memiliki corpus delicti untuk membungkam iblis. Kekacauan ini pun terjadi pada manusia-manusia atau tepatnya anak- anak Allah yang mau menjadi corpus delicti berdasarkan keteladanan Yesus, sebab sebagaimana pada Yesus maka bukan substansi kejahatan iblis yang ditunjukan tetapi menunjukan bahwa mereka berhasil meneladani Yesus.


Untuk menunjukan apakah benar ataukah salah tujuan pengutusan Yesus oleh Bapa untuk menjadi corpus delicti, terlepas dari keselahan konsepsinya, saya tetap akan menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pemikiran pendeta Erastus yang semacam itu.

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(2)



Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu:"bagian 1"

Juga sejak permulaan kita harus menjadi jelas bahwa Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa para pengikut-Nya dapat menjadi sempurna secara nir-dosa dalam kehidupan ini. Jika persyaratan dapat masuk kedalam sorga adalah mematuhi tanpa setitik noda sekecil apapun semua hal yang telah diajarkan Yesus, tak seorang pun akan berada di dalam sorga. Bahkan tidak juga orang Kristen yang paling saleh mengasihi Allah di semua waktunya dengan setiap serat  yang ada pada tubuhnya. Tak seorangpun mengasihi sesamanya dalam cara tanpa cela yang sekecil dan selemah apapun sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Rasul Yohanes mengatakan kepada kita,”Jika kita berkata bahwa kita tidak memiliki dosa, kita sedang menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada didalam kita (1Yoh1:8).” Jadi Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa kita harus mencapai kesempurnaan yang tanpa bercak dosa sesamar apapun sama sekali agar dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga. Tetapi yang menjadi fokus pengajaran-Nya  adalah apa yang Yakobus, kemudian, ditekankannya dalam suratnya, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17,26). Iman yang sejati bukan semata kesetujuan secara intelektual. Iman yang asli tunduk pada ketuhanan Yesus, memberikan dampak dalam sebuah hidup kudus yang aktif mengimplementasi dalam segenap perjalanan hidupnya.


Yesus di sini menunjukan tiga alasan mengapa  kepatuhan kepada diri-Nya bukan opsional, karena  itu adalah sebuah tes atau uji yang sesungguhnya bagi  pengaku beriman pada Kristus (Luk 6:46); kedua, karena itu adalah dasar yang akan bertahan atau kokoh dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Luk 6:47-48); dan ketiga, karena mereka yang tidak mentaati Kristus akan menghadapi kehancuran seketika dan final (Luk 6:49).

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Oleh: Steven J. Cole

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(1)


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Sebuah pengajaran palsu yang meluas di dalam gereja injili saat ini adalah bahwa kamu dapat menerima Yesus sebagai Juruselamatmu, namun terkait mematuhi-Nya sebagai Tuhan hidupmu adalah opsional. Mereka yang mempromosikan ajaran ini secara keliru berpikir bahwa mereka sedang menjaga doktrin keselamatan oleh anugerah melalui iman, memenggalnya dari perbuatan-perbuatan manusia. Mereka tidak menyangkali pentingnya menundukan diri pada Kristus  sebagai Tuhan, tetapi mereka sungguh bersikukuh bahwa perbuatan-perbuatan baik itu tak bertaut sama sekali dengan iman yang menyelamatkan. Dan karena itu mereka mengajar bahwa memungkinkan bagi seseorang untuk percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat bahkan sekalipun ia tak pernah menundukan diri kepada-Nya sebagai Tuhan.


Saya yakin bahwa pengajaran ini berpijak pada sebuah gagasan keliru pada natur iman yang menyelamatkan dan itu memberikan jaminan atau kepastian palsu kepada banyak orang yang berpikir mereka, orang-orang Kristen, tetapi tidak sungguh-sungguh diselamatkan. Kitab suci  jelas bahwa tanpa kekudusan, tak ada yang akan melihat Tuhan (Ibr 12:14). Iman menyelamatkan yang sejati senantiasa berdampak dalam  sebuah kehidupan saleh yang mendewasa atau semakin matang dalam perjalanan waktu. Jika seseorang mengklaim diselamatkan, tetapi tidak ada kelaparan akan firman Tuhan, tidak bertumbuh membenci dosa, dan tidak bertumbuh dalam kehidupan saleh, ia harus memeriksa diri apakah ia  sungguh berada dalam iman (2 Kor 13:5).

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (2/40)

Martin Simamora

Corpus Delicti  Dalam Pengajaran Pendeta Erastus Sabdono
(Lebih dulu di "Bible Alone"-Kamis, 7 Juli 2016)




Dalam pengajaran pendeta Erastus Sabdono, Lucifer diajarkan sebagai lebih tinggi daripada malaikat, artinya: BUKAN malaikat. Ini begitu krusial bagi pengajaran CORPUS DELICTI yang sedang dibangun berdasarkan “penemuan-penemuannya,” sehingga penting baginya untuk membangun sebuah dasar yang sangat mendasar untuk dapat melahirkan penudingan pada kesalahan yang selama ini berlangsung didalam pengajaran keselamatan Kristen. Ia menyatakan, bahwa sumber kesalahan doktrin keselamatan berakar dari kesalahan memahami SIAPAKAH LUCIFER. Perhatikan apa yang dinyatakannya berikut ini: 

 Bukan Malaikat:
Selama ini hampir semua orang Kristen mengganggap bahwa Lucifer adalah malaikat. Ini tidak tepat, atau bisa dikatakan salah besar. Pandangan yang salah ini cukup signifikan merusak berbagai pandangan dalam doktrin Kristen, seperti mengenai keselamatan, kesempurnaan Kristiani dan lain sebagainya. Tanda pertama bahwa Lucifer bukanlah malaikat adalah keterangan bahwa ia memiliki keadaan yang sempurna dalam Yehezkiel 28:15 tadi. Dalam Yehezkiel 28:17 ia juga dikatakan cantik dan semarak dan agung. Malaikat tidak pernah dikatakan seperti ini.   Kemudian dalam Alkitab dikatakan bahwa Lusifer memiliki keberadaan yang sangat khusus dan istimewa, sebab IA DICIPTAKAN SECARA TUNGGAL, sedangkan malaikat jamak. Ia diciptakan secara terpisah. Pada Yehezkiel 28:13 dikatakan “pada hari penciptaanmu” menunjukan orang kedua tunggal. Sedangkan penciptaan malaikat tidak jelas, tetapi tampaknya langsung diciptakan semua sekaligus. ….. Lucifer tidak bisa digolongkan sebagai malaikat-malaikat….. [halaman 20-21]   
 

Mengapa dibutuhkan CORPUS DELICTI dan mengapa Allah sampai perlu mengutus Yesus untuk menjadi CORPUS DELICTI, jelas terkait begitu erat dengan bagaimana pendeta Erastus membangun pengajaran mengenai SIAPAKAH LUCIFER dihadapan Allah: Istimewa atau khusus dan lebih tinggi daripada malaikat. 

20 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (1/40)

Martin Simamora

Corpus Delicti  Dalam Pengajaran Pendeta Erastus Sabdono
(Lebih dulu di "Bible Alone"-Selasa, 5 Juli 2016)




Sebuah Pengantar: Mengenal Corpus Delicti ala Pendeta Erastus Sabdono

Pengajaran ini, bagi pendeta Erastus Sabdono telah dinilainya sebagai sebuah invensi atau penemuan baru yang sungguh bernilai dan sungguh berharga dalam kekristenan dan utamanya dalam iman Kristen. Baginya, “Corpus Delicti” merupakan penemuan sangat penting bagi kebenaran kekristenan yang sejati. Hal semacam ini dapat didasarkan pada pernyataannya sendiri dalam majalah Truth Edisi 26, pada halaman 33 dengan judul “Aturan Main,” ia menuliskan hal-hal berikut ini:    

 “Dalam lingkungan orang beragama,berbicara mengenai hukum selalu dikaitkan dengan perintah atau peraturan atau syariat. Namun dalam kekristenan, ternyata,hukum tidak hanya berkaitan dengan hal tersebut, tetapi juga berbicara mengenai kodrat atau ketetapan. Bukankah dalam kehidupan fisik di alam ini juga terdapat adanya hukum-hukum alam seperti hukum gravitasi,hokum termodinamika,hukum kekekalan energi, hukum Archimides dan sebagainya?Hukum-hukum alam ini bukan berbicara mengenai peraturan atau perintah yang ditujukan langsung kepada manusia untuk ditaati,tetapi merupakan fakta kehidupan yang harus dipahami dengan benar dan dihargai, dan manusia mau tidak mau tunduk kepadanya,sebab hukum-hukum tersebut mengikat.  Apabila anda tidak mau tunduk kepada hukum gravitasi dan terjun dari puncak gedung bertingkat 40,maka yang terjadi adalah Anda membuktikan hukum gravitasi tersebut mengikat anda, dan tubuh anda akan hancur. Hukum-hukum itu diciptakan oleh Tuhan dan harus dipahami dengan benar, bukan dihindari.Dengan pemahaman yang benar,kita bisa memanfaatkan fisika bagi kesejahteraan kita. Misalnya dengan memahami hukum Archimides,orang bisa membuat kapal yang mengapung di air.   Sebagaimana manusia harus memahami hukum-hukum Alam yang bertalian dengan hidup mereka setiap hari di dunia ini, maka manusia juga harus memahami hukum kehidupan yang bertalian dengan Allah guna kehidupan kekal. Hukum kehidupan ini disebut sebagai hukum rohani. Hukum rohani memuat fakta-fakta dalam alam rohani yang pasti membawa dampak pula pada kehidupan jasmani. Dengan demikian hukum rohani bisa dikatakan lebih bernilai dari hukum Alam yang kelihatan dan bisa dibuktikan secara sains. Hukum rohani bisa dibuktikan secara sempurna nanti saat penghakiman terakhir.”[paragraf-paragraf:1,2,3 halaman 34] 

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.M)

Oleh: Martin Manusia

Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.N

Apa yang terpenting dan seharusnya menjadi pijakan bagi siapapun juga untuk memahami Roma 2:6 adalah, apakah  penghakiman itu berpijak di atas relativitas manusia demi manusia sehingga tidak ada kebenaran umum yang tunggal dan absolut pada Allah untuk menghakimi manusia-manusia? Menjawab ini, Surat Roma tegas menujukan apakah jawabannya: “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama” (2:1). Kalau anda membaca bagian “hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri,” ini bukan hendak menunjukan kebenaran absolut absen tetapi  memang benar bahwa tidak ada satu jua manusia yang memiliki kebenaran absolut pada dirinya atau tidak ada manusia yang nir salah  sekalipun ia berada pada posisi kuat untuk menghakimi manusia lainnya di dunia ini, yang ditunjukan dengan ungkapan “siapapun juga engkau yang menghakimi orang lain, engkau tidak bebas dari salah, sebab dalam menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas salah.” Jadi manusia-manusia bisa saja menghakimi manusia-manusia lain berdasarkan kebenaran yang dimiliki melawan kesalahan manusia yang sedang dihakimi tetapi dalam manusia itu menghakimi bukanlah hakim yangtidak bebas salah.” Dengan kata lain, penghakiman manusia adalah penghakiman yang dihakimi oleh ketakmurnian moralitasnya sendiri, sehingga dalam hal ini penghakiman manusia bukanlah penghakiman yang tak memandang bulu sebab tak akan pernah bisa menghakimi setiap kesalahan tanpa satupun yang terlewati, terutama untuk mampu menghakimi dirinya sendiri kala menghakimi.


Jadi sebetulnya apa yang  hendak ditunjukan oleh 2:1 terhadap pernyataan dalam 2:6- (yang oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dipelintir menjadi: Penghakiman Tuhan ini sangat rahasia dan misteri kepada masing-masing individu. Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rom 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa menjadi ukuran keburukan bagi yang lain.”- lihat halaman 19)- adalah ini: “Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian” (ayat 2), atau dengan kata lain penghakiman oleh manusia yang relativitas semacam 2:1 akan berhadapan dengan hukuman Allah yang berlangsung jujur.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9