F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-3)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-3)”




Israel, eksistensinya, tidak pernah sama sekali dilestarikan oleh hukum Taurat atau keamanan janji keselamatan dari Allah melalui satu-satunya keturunan yang akan meremukan kepala iblis [Kejadian 3:15] kepada Adam dan Hawa, kemudian kepada Abraham dan Musa [Kisah Para Rasul 3:18-25], pada penggenapannya, juga tidak sama sekali bergantung pada ketaatan orang-orang Israel, pun perihal ini telah dinyatakan injil Matius dalam cara yang sangat tajam, sebab menyingkapkan kejahatan Daud atas panglima perangnya sendiri demi memiliki isteri panglima tersebut. Mari perhatikan injil Matius:

Matius1:1-6 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,


Injil Matius tetap mencatat Salomo atau Yedija adalah anak dari isteri Uria atau isteri orang lain yang diinginkannya dan direbutnya melalui sebuah konspirasi keji untuk membunuh Uria agar Batsyeba dapat dimilikinya.


Yesus Kristus anak Daud. Salomo adalah benih Daud yang sudah dinyatakan kebinasaannya oleh nabi Natan namun demi janji-Nya sendiri, IA telah menyingkirkan kemurkaan-Nya. Jikalau TUHAN tidak menyayangkannya dari  murka-Nya maka mustahil Mesias akan lahir dari trah Daud. 


Perhatikanlah janji-Nya kepada nabi Yeremia, dalam kemurkaan-Nya yang menyala-nyala:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-2)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-2)”




Dalam pemerintahan hukum Taurat maka penghakiman dilangsungkan berdasarkan hukum tersebut namun keputusan hakim berdasarkan tindakan Allah untuk tidak memperhitungkan kebenaran hukum Taurat pada setiap manusia yang padanya telah diikatkan-Nya kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Maka pada kasus Daud inilah yang terjadi:


Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.- 2 Samuel 12:13


Ini adalah tindakan kasih setia Tuhan  yang berupa: menariknya keluar dari kebinasaan yang telah ditetapkan-Nya bagi setiap manusia yang melanggar ketetapan kudus-Nya dalam hukum Taurat, sebagaimana yang sangat disadari Daud:


Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.- 2 Samuel 12:5

Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu!- 2 Samuel 12:7


Ada 2 hal yang berlangsung dan dinyatakan di sini:

Pertama: kebinasaan manusia secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari natur manusia dihadapan hukum Taurat: binasa karena satu dosa terhadap kehendak kudus hukum Taurat


Kedua: Tindakan Kasih Karunia Allah secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari ketakberdayaan manusia untuk melarikan diri atau menamengi dirinya dari konsekuensi pelanggaran terhadap taurat, yaitu kebinasaan dengan perbuatan-perbuatan baik setelahnya, karena natur kerja hukum Taurat itu segera membawa si pelanggar pada kebinasaan dalam dosa. 

Perhatikan ini:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-1)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-1)”
 
Nabi Natan Menyampaikan Penghakiman Tuhan: "Engkaulah Orangnya!"
Lukisan: Angelika Kaufmann


Benarkah hukum Taurat diberikan kepada bangsa Israel untuk menunjukan standard kebenaran moral yang manusia sebelum jaman penggenapan harus miliki. Dengan kata lain kebenaran hukum Taurat itu sama sekali berbeda dan sama sekali terpisah dari kebenaran dalam Kristus, bahkan  bangsa Israel dapat dilestarikan  dengan hukum Torat? Sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam “Keselamatan Di Luar Kristen“ pada paragraf akhir di halaman 18:



Mari pertama-tama memperhatikan penjelasan rasul Paulus berikut ini:

Roma 2:17-29 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain." Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Bangsa Israel seharusnya dapat menjadi: penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa. Mengapa?Karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Namun yang terjadi sebaliknya: Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?


Apakah ini sebuah situasi temporer pada sebuah waktu atau era? Apakah ini sebuah situasi pada generasi-generasi tertentu Israel saja, dan apakah dengan demikian hukum Taurat tak dapat bekerja menjadi pandu bagi Israel, sebab:” oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain?” Seperti ada tertulis, apakah maksudnya? 

0 Ketika Tuhan Mencintaiku:

Oleh: Martin Simamora

IA Tak Pernah Setengah Hati


Sangat berguna untuk terlebih dahulu membaca:”DALAM KEMATIAN


Sekalipun ketika romantisme jiwaku menyelimutiku dan sedang menenggelamkan jiwaku untuk merenangi hingga ke kedalamannya, tetapi harus terus terang kukatakan, kutaksanggup menggapai dasarnya,  karena sebetulnya manusia di sepanjang usia hidupnya, tak pernah menjadi seorang Master atau Doktor cinta. Apa yang sebetulnya terjadi, yang kutemui adalah, ada begitu banyak jurang yang sekalipun sempit namun begitu dalam menjurangkan rasa-rasa cinta untuk mewujud sempurna berdasarkan kemampuanku untuk melahirkannya dan menghadirkannya, apalagi itu hidup dalam keabadian pengharapan yang dilantunkan oleh jiwa cinta yang begitu penuh hasrat. 

Seharusnya sebagaimana telah saja jadwalkan dalam skemaku, seharusnya sekarang sudah masuk ke “Tinjauan 6G,” tetapi, yang ini harus terlebih dahulu kutuliskan.


Bagaimana Tuhan? Pernahkan Ia  menunjukannya pada manusia, bahwa IA mencintainya? Dengan malu-malukah, tersipu-sipukah, atau begitu tajam menghujam jiwamu? Ungkapan cinta-Nya telah begitu kuat untuk memesona jiwaku. Seharusnya, siapapun juga yang membacanya tak akan sanggup untuk berkata bahwa Tuhan itu sesuatu yang abstrak dan tidak tertarik untuk membangun jalinan atau hubungan cinta yang begitu personal, mesra sampai-sampai itu menghasut jiwamu untuk bukan saja menyandarkan jiwamu kepada-Nya, tetapi menyerahkan dirimu  kepada-Nya, agar: Dia yang membina hidupmu, Dia yang merancangkan dan mewujudkan masa depanmu, dan hanya pada-Nya saja cinta sucimu di dunia ini.


Ketika Tuhan  menunjukan cintanya, maka tak ada satupun manusia yang dapat mengatakan dan mewujudkannya sebagaimana Dia. Perhatikanlah ini:


Yesaya 49:15-16 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.

0 DALAM KEMATIAN



Oleh: Martin Simamora

Siapakah Yang Menggembalakanmu,  Sang Maut Atau Sang Juruselamat?



Sangat bernilai untuk terlebih dahulu membaca: “Kasih Karunia Adalah


Bahkan seorang  yang mengalami “near  death experience“ atau NDE sekalipun, tak bisa memberikan sebuah deskripsi yang memuaskan  mengenai pengalaman yang disebut kematian itu sendiri, bagaimanakah realitasnya. Karena sesungguhnya ia hanyalah nyaris mati. Alkitab memiliki deskripsi-deskripsi yang begitu tajam,mengenai peristiwa-peristiwa yang dapat menempatkan manusia dalam kemungkinan-kemungkinan kematian yang tak dapat dikendalikannnya agar itu merupakan peristiwa menjelang ajal yang membahagiakan hingga pada kekekalannya. Apalagi memberikan informasi pasti mengenai kematian pada peristiwa apakah yang akan berlangsung atau terjadi setelah kematian itu sendiri, tak ada apapun sama sekali. Kematian yang mencemaskan atau menakutkan, karena kemisteriusannya. Tak mungkin mengirimkan misi Apolo untuk melakukan penjelajahan pada dunia tanpa batas dan tak terpetakan itu.

Tuhan  sebagai pencipta  manusia, oleh atau berdasarkan Alkitab, telah digambarkan sebagai pemegang tunggal kepemilikan nyawa bahkan didalam peristiwa kematian dalam  ragam modus operandi yang berlangsung di dalam berbagai peristiwa sehari-hari. Kematian, apapun juga yang mengakibatkannya, hanya memiberikan 2 pilihan bagi manusia untuk menakar peristiwa  kematian itu, apakah? Hanya 2 dan itu begitu mendasar dan sekaligus paling mendebarkan, apakah kematian itu merupakan: (1)peristiwa yang sama sekali tak ada hubungannya dengan Tuhan dan (2)peristiwa yang melibatkan  kedaulatan Tuhan atas berbagai peristiwa di dunia ini sebagai pencipta alam semesta dan segala mahkluk yang bernafas.


Bagaimana dengan Alkitab? Apakah yang akan ditunjukan pada manusia? Apakah Alkitab akan dan ada  memberikan informasi terkait kematian, dan apakah benar Tuhan  menjadi penentu kekekalan yang bagaimanakah pada setiap manusia, ataukah tidak sama sekali?

Mari kita memperhatikan hal berikut ini:

0 Kasih Karunia Adalah



Oleh: Martin Simamora


 Tindakan Allah Untuk Mengatasi Kemustahilan Manusia Untuk Menggapai Keselamatannya Sendiri


Kemustahilan akan apa? Bahwa manusia tidak mungkin mendatangi Allah atau tidak mungkin bersatu kembali dengan Allah dalam sebuah relasi yang begitu penuh kasih dan penuh pengenalan akan Dia. Mengapa? Karena telah terjadi keterpisahan yang dilakukan Allah berdasarkan perbuatan dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, tepat setelah penghakiman dan penghukuman yang kemudian menguasai segenap manusia di sepanjang generasi dan peradaban manusia [Kejadian 3:11-22]. Penghakiman dan penghukuman ini, pada akhirnya ditetapkan dalam sebuah tindakan pengusiran manusia dari hadapan Allah, oleh-Nya:

Kejadian 3:23-24 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.


Pengusiran ini bukan sekedar pengusiran satu dan dua manusia saja, tetapi  telah menghukum segenap generasi manusia, dan satu-satunya peristiwa yang dapat memulihkan situasi ini hanyalah  berdasarkan janji Allah untuk mengatasi kuasa maut yang memerintah dalam peristiwa dosa itu, yaitu:

Kejadian 3:15  Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."


Manusia diusir dalam vonis-vonis kekal yang mengikatnya [Kejadian 3:11-22], dan dalam hal itu, Allah hanya mengindikasikan satu hal saja terkait penyelamatan dari situasi maut ini, yaitu kala janji: “keturunannya akan meremukan kepalamu,” digenapi.


Inilah satu-satunya yang menjadi karakteristik bagi sebuah peristiwa untuk disebut  peristiwa berdasarkan kasih karunia Allah, yang sangat erat dengan: (1)kemustahilan manusia untuk meluputkan dirinya dari murka Allah terhadap keberdosaannya, yang menantikan waktu-waktu penggenapan penghukuman itu, apakah saat masih di bumi ataukah nanti pada hari penghakiman dan (2)bagaimana manusia itu dapat memiliki kehidupan kekal, yaitu kehidupan bersama Allah, hanya berdasarkan kasih karunia-Nya.

0 Manusia Murtad Dalam Tangan Tuhan (1):



Oleh: Martin Simamora

Akankah Yang Murtad Kembali Kepada-Nya, Ataukah Dilepaskan-Nya Karena Itu Pilihan Manusia?


Menurut anda, bagaimanakah Tuhan memandang sebuah kemurtadan itu berlangsung? Mari kita melihat pada era nabi Yeremia yang melihat dan menjadi lidah bagi Tuhan yang memperingati umat-Nya: kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda, seperti ini:

Yeremia 3:1-5 Firman-Nya: "Jika seseorang menceraikan isterinya, lalu perempuan itu pergi dari padanya dan menjadi isteri orang lain, akan kembalikah laki-laki yang pertama kepada perempuan itu? Bukankah negeri itu sudah tetap cemar? Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman TUHAN. Layangkanlah matamu ke bukit-bukit gundul dan lihatlah! Di manakah engkau tidak pernah ditiduri? Di pinggir jalan-jalan engkau duduk menantikan kekasih, seperti seorang Arab di padang gurun. Engkau telah mencemarkan negeri dengan zinahmu dan dengan kejahatanmu. Sebab itu dirus hujan tertahan dan hujan pada akhir musim tidak datang. Tetapi dahimu adalah dahi perempuan sundal, engkau tidak mengenal malu. Bukankah baru saja engkau memanggil Aku: Bapaku! Engkaulah kawanku sejak kecil! Untuk selama-lamanyakah Ia akan murka atau menaruh dendam untuk seterusnya? Demikianlah katamu, namun engkau sedapat-dapatnya melakukan kejahatan."


Bagi Allah, kemurtadan bukan sekedar ketidaksetiaan atau ketidaktaatan tetapi sebuah kehidupan rohani yang perilakunya tak bedanya dengan seorang yang pergi ke banyak pelacur atau banyak kekasih: “Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih dan mau kembali kepada-Ku?”Ini adalah ungkapan kepedihan hati Tuhan yang begitu mendalam karena IA sendirilah yang telah merangkaikan sebuah ikatan kasih mesra yang begitu mulia: “Bukankah baru saja engkau memanggil Aku:Bapaku! Engkaulah kawanku sejak kecil!” Umat-Nya tahu sekali bahwa Tuhan tidak akan murka atau menaruh dendam untuk seterusnya? Tetapi apakah karena demikian, lantas hidup menumpuk dosa: “Untuk selamanyakah Ia akan murka atau menaruh dendam untuk seterusnya?Demikianlah katamu, namun engkau sedapat-sedapatnya melakukan kejahatan,”Kemurtadan adalah sebuah kehidupan yang menyalahgunakan kasih karunia Allah dan memandang remeh, betapa menjijikan perilaku itu bagi-Nya sekalipun dalam kasih karunia. Dapat dimengerti jika rasul Paulus kemudian memberikan peringatan yang sama kerasnya:
 
Roma 6:1-2Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?


Roma 6:15-16 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?

Kehidupan dalam kasih karunia, pada dasarnya, merupakan kehidupan dalam percintaan atau kasih Tuhan. Sangat menakjubkan bahwa hal ini sudah begitu kuat mencuat dalam era yang kita kenal sebagai era memerintahnya hukum Taurat, sebagaimana Tuhan nyatakan melalui nabi Yeremia:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9