Benarkah
Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi
Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari
konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 7
(4)Segala Sesuatu.
Ketika Yesus menjelaskan dirinya dan relasinya kepada Allah, maka dirinya akan
berada pada posisi yang tidak bisa dijelaskan bahwa ia belaka nabi, guru, raja,
imam, dan seorang anak manusia… tanpa mempertimbangkan secara substansial bahwa
ia pada saat yang sama memiliki kehakekatan sesubstansi Bapa…yang bahkan harus
memaksa siapapun mengecamnya sebagai seorang penghujat. Ketika Yesus
menggagaskan kata segala sesuatu maka kapasitasnya (maksudnya kedalaman,
ketinggian dan keluasannya) menjadi infinite dalam ia adalah manusia. Coba kita
perhatikan ini:
Semua
telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.- Matius 11:27
Pernyataan
di atas kemegahannya dan infinitas tidak terletak semata pada kata “semua” dan “diserahkan”,
karena jika demikian bisa saja orang tergoda untuk memberikan semacam
penjelasan bahwa kemegahan dan infinitasnya adalah sebuah subordinasi. Jadi walaupun
ia mulia namun subordinat. Tetapi itu semua serta merta gugur kala Yesus
menunjukan bahwa “diserahkan” disini bukanlah sebuah subordinasi bersifat kelas
tetapi relasi kemuliaan diri Yesus yang sedang begitu diagungkan oleh Bapa
karena itulah keagungan diri-Nya sendiri. Coba perhatikan ini: tidak seorangpun
mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak.
Kalau kita batasi pada relasi keduanya saja, maka mengenal baik Bapa dan Anak
adalah sebuah kemuliaan yang bukan saja sama tetapi tak bisa dirobek atau
didivisikan seolah ada semacam kehakekatan yang divisional pada keduanya. Coba
sorot pernyataan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa? Sesukar dan
sejauh apakah sehingga Sang Firman yang menjadi manusia hanya mungkin dikenali
oleh Bapa? Tetapi memang itulah yang terjadi sebagai sebuah eksistensi sang
Kristus:…dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Kita sedang
melihat Dia yang sangat dekat tetapi tidak mungkin dikenali oleh manusia tepat
sebagaimana tidak ada yang dapat melihat dan mendengar Bapa, selain Yesus: dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain
Anak. Kita tidak melihat ini adalah soal subordinasi tetapi kesehakekatan Anak
terhadap Bapa dalam Anak adalah manusia sejati.
Segala
sesuatu,dengan demikian, hendak menunjukan sebuah kesehakekatan yang
berlangsung dalam diri Anak Manusia Sang Mesias dengan Bapa. Anak Manusia
bukanlah sebuah bentuk keilahian ciptaan dan bukanlah keilahian inferior,
tetapi absolut dan totalitas sebangun tanpa sedikitpun sebuah kemelesetan.
Bahkan terkait ini, kita malah akan mendengarkan sebuah ketakjuban pada wujud
dari kesehakekatannya, sebab apa yang akan dikatakan akan menunjukan
ketakmungkinan untuk dilakukan oleh keilahian yang inferior terhadap Bapa
selain harus sebuah kesehakekatan dalam siapakah Ia. Coba perhatikan ini: