F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Kisah-Kisah Perjalanan Yesus Kristus Menurut Injil (1)


Oleh: Martin Simamora

Yesus Di Kota Nain: Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita


Yesus Di Kota Nain
Hari itu, Ia ada memasuki kota Nain. Itu adalah sebuah hari sebagaimana hari-hari biasanya bagi Yesus untuk menjalankan apa yang menjadi misinya sebagaimana telah dikumandangkannya sendiri dihadapan jemaat Tuhan di Nazaret, di rumah ibadat: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19). Diikuti banyak orang yang begitu takjub dengan pengharapan yang mereka sendiri belum dapat memastikannya, Yesus tetap menjadi magnet yang begitu besar dalam pengaruh dan kuasa. Yesus menjadi figur yang begitu penting untuk diikuti agar dapat dilihat apakah yang dikatakan dan dilakukannya dan kali ini  kota Nain menjadi salah satu tempat yang begitu penting untuk menyatakan siapakah Yesus dan apakah klaimnya yang berbunyi seperti ini di Nazaret: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21) adalah benar?

Inilah yang  Yesus lakukan di kota Nain sebagaimana injil Lukas mencatatkannya bagi kita:

Lukas 7:11-16Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

Di kota Nain ada orang mati, bukan peristiwa yang mencengangkan karena kematian pasti menghampiri setiap manusia. Tak ada manusia yang tak mengenali satu takdir kesudahannya di muka bumi ini yaitu tak ada satupun manusia yang akan kekal hidupnya. Tak hanya dahulu, bahkan hingga era nuklir dan penjelajahan angkasa luar kini, pun manusia mengakui tak ada satu teknologi apapun yang sanggup menghadang hari kematian seorang manusia. Tetapi di kota Nain, apa yang mencengangkan adalah adanya seorang manusia yang begitu saja berkata kepada kematian yang telah menguasai seorang manusia dari kehidupannya di muka bumi ini sebagai yang berkuasa atas kematian itu sendiri. Perhatikanlah ucapannya ini: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!

Kematian bukanlah argumen yang dapat dipatahkan oleh argumen. Kematian, sebaliknya adalah sebuah kebinasaan badaniah dari kehidupannya di muka bumi ini yang mengecualikan dirinya dari peradaban manusia-manusia yang masih hidup dalam sebuah cara yang begitu membusukannya. Coba bandingkan dengan hal ini untuk memahaminya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes 11:39). Tetapi bagaimana mungkin Yesus terhadap kematian berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Di tengah-tengah tangisan kedukaan seorang ibu terhadap anaknya?

0 Apologetic Issues in the Old Testament, Part 2



Distinguished Professor of Old Testament

Minimalists and the Old Testament

The issue of minimalism, or more accurately the question of the historical value of the Bible, has changed over the years in terms of the focus of ancient Israelite history. For example, in the mid-1970s the major concern was whether the patriarchs of Genesis 12–36 had any historical claim to its tradition.5 The critics questioned the application of parallels from cuneiform archives dating to the traditional date of the patriarchs, the early second millennium b.c. They argued that such parallels could be found in cuneiform texts from a thousand years later, that the style of “history writing” in Genesis did not predate the Greeks who wrote in the fifth century b.c. and later, and that other customs and materials in Genesis could best be dated to the first millennium b.c. This was countered by a series of studies that demonstrated that the quantity and quality of many parallels in the early second millennium b.c. appear only then outside the Bible, that narrative writing of events such as found in Genesis 12–36 was known in the patriarchs’ world of the second millennium b.c., and that many of the customs cited, including especially the personal names, are either exclusive to the early second millennium b.c., or match it in a statistically significant manner not found later.6
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9