Oleh: Martin Simamora
Yesus
Di Kota Nain: Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita
Yesus Di Kota Nain
Hari
itu, Ia ada memasuki kota Nain. Itu adalah sebuah hari sebagaimana hari-hari
biasanya bagi Yesus untuk menjalankan apa yang menjadi misinya sebagaimana
telah dikumandangkannya sendiri dihadapan jemaat Tuhan di Nazaret, di rumah
ibadat: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
(Lukas 4:18-19). Diikuti banyak orang yang begitu takjub dengan pengharapan
yang mereka sendiri belum dapat memastikannya, Yesus tetap menjadi magnet yang
begitu besar dalam pengaruh dan kuasa. Yesus menjadi figur yang begitu penting
untuk diikuti agar dapat dilihat apakah yang dikatakan dan dilakukannya dan
kali ini kota Nain menjadi salah satu
tempat yang begitu penting untuk menyatakan siapakah Yesus dan apakah klaimnya
yang berbunyi seperti ini di Nazaret: "Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21)
adalah benar?
Inilah
yang Yesus lakukan di kota Nain
sebagaimana injil Lukas mencatatkannya bagi kita:
Lukas
7:11-16Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya
pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya
berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya
yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan
ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu
Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan
itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan
dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah
muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya."
Di
kota Nain ada orang mati, bukan peristiwa yang mencengangkan karena kematian
pasti menghampiri setiap manusia. Tak ada manusia yang tak mengenali satu
takdir kesudahannya di muka bumi ini yaitu tak ada satupun manusia yang akan
kekal hidupnya. Tak hanya dahulu, bahkan hingga era nuklir dan penjelajahan
angkasa luar kini, pun manusia mengakui tak ada satu teknologi apapun yang
sanggup menghadang hari kematian seorang manusia. Tetapi di kota Nain, apa yang
mencengangkan adalah adanya seorang manusia yang begitu saja berkata kepada
kematian yang telah menguasai seorang manusia dari kehidupannya di muka bumi
ini sebagai yang berkuasa atas kematian itu sendiri. Perhatikanlah ucapannya
ini: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!
Kematian
bukanlah argumen yang dapat dipatahkan
oleh argumen. Kematian, sebaliknya adalah sebuah kebinasaan badaniah dari
kehidupannya di muka bumi ini yang mengecualikan dirinya dari peradaban
manusia-manusia yang masih hidup dalam sebuah cara yang begitu membusukannya.
Coba bandingkan dengan hal ini untuk memahaminya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes
11:39). Tetapi bagaimana mungkin Yesus terhadap kematian berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah! Di tengah-tengah tangisan kedukaan seorang ibu terhadap
anaknya?