F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Natur Allah dalam Dunia yang Terbelit Problem Kejahatan



Oleh: Martin Simamora


Masihkah Ia adalah Allah yang Tak Bercela 
Dalam Segala Hal?

Allah Terhadap Dunia yang Cenderung Untuk Tak Lagi Mempercayai Bahwa Ia Ada  Mahakuasa & Berdaulat Penuh

Pernahkah anda membaca ini?
Is God willing to prevent evil, but not able? Then he is not omnipotent.
(apakah Tuhan ingin mencegah kejahatan, tapi tak mampu? Maka ia tidak mahakuasa)
Is he able, but not willing? Then he is malevolent.
(apakah ia mampu, tapi tak mau? Maka ia seorang yang  jahat)
Is he both able and willing? Then where does evil come from?
(apakah ia mampu dan mau? Lalu dari mana datangnya kejahatan?)
Is he neither able nor willing? Then why call him God?
(apakah ia tidak mampu  dan juga tidak mau? Lalu mengapa memanggilnya Tuhan?)

Apakah ini sedikit banyaknya membangkitkan hal-hal tersembunyi dalam batin anda? Saya tak akan mengulas  pandangan Epicurus ini, ini hanya pembuka untuk membawa setiap kita menjadi jujur dalam beriman dan mengukur diri ini sehingga bisa mengetahui, dimanakah saya berada? Terlebih lagi pemikiran filsuf Yunani ini melalui para pengikutnya telah mengalami perjumpaan yang istimewa dengan  rasul Paulus, penulis epistel Roma yang akan menjadi jangkar artikel ini. Para pengikut Epicurus  telah berjumpa dengan Paulus dalam sebuah dialog keras yang berujung diadilinya Paulus dalam sidang Areopagus di Atena:
Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.- Kisah Para Rasul 17:18
 

Bagaimanakah natur Allah itu sebenarnya? Pertanyaan ini mencuat karena sebuah pertanyaan mahapenting bagi manusia sehubungan dengan realita dunia yang tidak senantiasa meyakinkan keberadaan Allah  tanpa sebuah asumsi kalau Dia sebetulnya memiliki semacam kelemahan atau setidak-tidaknya keterbatasan untuk mengendalikan dunia ini. Sederhananya Allah tidak seberdaulat yang disangka Alkitab itu sendiri. Saya akan mengajak pembaca untuk memandang natur Allah sebagaimana dinyatakan epistel Roma, perhatikan berikut ini:

Roma 1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Pada teks ini ada Allah dan problem kejahatan dalam dunia ini yang secara unik menunjukan fakta dunia yang menunjukan nampaknya Allah tak berdaya sama sekali terhadap penistaan diri-Nya oleh manusia, namun demikian Allah dideklarasikan secara agung dalam eksistensinya yaitu Kemuliaan Allah. 

Epistel ini hendak menyatakan Allah senantiasa tak bercela, sekalipun dihadapan-Nya terbentang problem dosa yang telah membuat manusia tak lagi menghargai dan mempercayai-Nya, bahwa Ia tak bercela terhadap realita kelabu ini. Ini adalah kebenaran yang dikemukakan dalam cara yang menunjukan kecemerlangan Allah dalam kepenuhan eksistensi-Nya: kemuliaan Allah. Ya... sekalipun  dunia sudah tidak lagi menuhankan Allah sebagaimana Ia adanya dalam cara semacam ini: “menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar”, epistel ini tetap menyatakan-Nya sebagai Dia yang memiliki kemuliaan abadi. Ia tak lantas menjadi Allah yang tak berdaya atau bercela dalam segala aspek yang bagaimanapun juga, karena dunia telah menjadi semakin meninggalkan-Nya, berpaling kepada kebenaran, norma atau spiritualitas yang dibangun berdasarkan kemanusiaan umat manusia itu semata.

Bukan hanya itu, epistel Roma, juga menyatakan bahwa Ia tetap adalah Allah yang mahakuasa bukan saja atas bangsa  Yahudi tetapi juga adalah Allah yang mahakuasa atas seluruh bangsa di dunia ini.Ia  senantiasa Allah yang berkuasa atas segenap bangsa! Perhatikan teks berikut ini:

Roma 3:29-30 Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

0 Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa Pada Diri Manusia


Oleh: Martin Simamora

“Aku Berkata Kepadamu, Sesungguhnya Setiap Orang yang Berbuat Dosa, Adalah Hamba Dosa”
Kredit: Bible Yoda-Pinterest

Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa
Pada umumnya orang akan memandang bahwa  berubah menjadi orang baik atau berubah menjadi orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, perubahan itu terletak pada dirinya sendiri apakah mau berubah atau tidak, sehingga problem dosa dalam penanggulangannya hanya membutuhkan perjuangan jiwa manusia untuk menaklukan dosa sebagai sebuah sentral penanggulangan dosa atau problem kejahatan. Dengan kata lain, menjadi orang baik dalam konteks meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang bersumber dari kemauan diri manusia tersebut akan menjadi semacam tindakan yang akan memproses jiwa untuk menjadi suci atau mulia. Pada pandangan ini, meletakan problem dosa, semata pada lingkup problem karakter atau moral yang sedang kelam atau hitam, sehingga untuk mengatasinya, manusia itu harus terlebih dahulu mengalami kesadaran diri atau pencerahan jiwa akan keadaannya yang jahat itu, agar mau melangkah dan berjuang menuju perubahan hingga menjadi berkarakter atau bermoral baik dan mulia. Jadi memang semata problem diri manusia yang bersumber pada diri manusia yang dapat dikuasai dan dikendalikan berdasarkan otoritas yang sesungguhnya ada di dalam diri manusia itu sendiri, asalkan ia mau bersungguh-sungguh memperjuangkan perubahan signifikan tersebut.

Tetapi pandangan ini menjadi sangat bertolak belakang kala diperhadapkan secara frontal dengan penjelasan Yesus mengenai problem dosa pada diri manusia. Ketika Yesus Kristus menjelaskannya, maka problem dosa dengan segala rupa/wujud dan modus operandinya, bagi-Nya bukan sebuah problem yang dapat begitu saja diatasi dan dikendalikan manusia, asalkan saja ia mau melakukannya. Bagi Yesus, problem dosa tidak dapat ditinjau pada semata problem yang dapat diatasi oleh kemauan atau kehendak manusia untuk berubah. Mengapa demikian? Sebab dosa telah diintroduksikan oleh Yesus sebagai sebuah entitas kuasa yang memiliki semacam pemerintahan dan otoritas yang begitu kokoh  dan absolut atas jiwa-jiwa manusia yang mengakibatkan daya dan otoritas kehendak atau kemauan diri seorang manusia tak memiliki sedikitpun daya pukul untuk melumpuhkan kuasa dosa itu pada dirinya sendiri, sehingga kemauan atau kehendak diri sendiri dapat bekerja efektif menaklukannya. Dalam hal ini, konsekuensi lebih jauhnya,  sementara manusia memang dapat membangun perubahan karakter atau memiliki perbuatan-perbuatan baik menjadi, namun tak berkolerasi positif dengan akan memberikan manusia itu kuasa kemenangan diri atas kuasa pemerintahan dosa. Bahkan uniknya, terkait realitas ini, Yesus menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas diri manusia untuk memerdekakannya dari problem tak tertanggulangi manusia. Perhatikan  penjelasan Yesus berikut ini dalam injil Yohanes:

Yohanes 8:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9