F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.F)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.F)



Sehingga Yesus Kristus memang tak bisa dipisahkan dari perjanjian lama. Tetapi apakah relasi dirinya dengan perjanjian lama? Apakah Ia mengajarkannya agar dilakukan dan menjadi sebuah jalan keselamatan atau jalan pengudusan atau jalan pendamaian atau jalan untuk menjadi anak-anak tebusan-Nya?


Mari kita memperhatikan penjelasan Yesus berikut ini, yang menunjukan secara kuat pada bagaimanakah sesungguhnya relasinya dengan perjanjian lama itu:


▬▬Matius 5:17-19 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.


Bagian ini menunjukan relasi Yesus terhadap hukum Taurat atau  kitab para nabi: untuk menggenapinya- Ialah yang menggenapinya. Tak hanya sampai disitu,tetapi menghakimi semua tak ada satu saja, bahkan, menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga. Perhatikan penghakimannya ini: “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Dengan kata lain, Yesus mengatakan: tidak ada satupun yang sanggup menggenapi apa yang harus digenapi, selain diri-Nya saja.


Harus dimengerti bahwa “tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” memang bermakna neraka, sebagaimana ditunjukan oleh Yesus di dalam lanjutan penghakiman-Nya: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala- ayat 22”; “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- ayat 29”; “Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka- ayat 30.” Pengajaran Taurat ini disampaikan oleh Yesus dengan menunjukan dua hal: (a)Ia adalah penggenapan semua tuntutan kudus tersebut, dan (b)tak ada satupun manusia,dengan demikian, berdasarkan melakukannya mendapatkan sebuah jalan keselamatan?

Jika demikian, ada dimana? Jalan itu sangat terkait dengan pernyataan Yesus: Aku datang untuk menggenapi dalam cara tak satu iotapun yang luput!


Sebagaimana pola dalam perjanjian lama, IA adalah terang yang kudus. Tak sama sekali dengan demikian menganjurkan sebuah kehidupan tanpa kekudusan, sebaliknya di dalam Ia menunjukan ketakberdayaan manusia dan betapa dekatnya manusia dengan neraka, Ia tetap memberikan perintah ini: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna- ayat 48." Bersama-Nya tak ada ruang untuk pembiakan dosa!

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.E)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.E)





Apakah tujuan hidup umat Tuhan atau lebih spesifik lagi, apakah ada semacam perbedaan tujuan atau orientasi hidup antara umat Tuhan di era perjanjian lama dibandingkan dengan perjanjian baru? Menjawabnya memang akan menunjukan apakah yang menjadi orientasi kehidupan  mereka di masing-masing era itu, tetapi apa yang jauh lebih penting harus dipahami, atas keduanya, Allahlah yang menentukan apa yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing mereka berdasarkan maksud-Nya dan dalam cara-Nya saja.  Saya akan tunjukan nanti, apakah yang dimaksudkan “Allahlah yang menentukan apa yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing,” bahwa itu bukan sama sekali dengan tujuan pemaksaan atau sebuah pelenyapan pemberontakan, sebaliknya di tengah-tengah pemberontakan terkeras itulah, eksekusi penentuan apa yang harus menjadi tujuan-Nya,justru, berlangsung sempurna di dalam kekudusan-Nya,keadilan-Nya dan kasih setia-Nya.


Mari memulainya dengan: bagaimana Allah menetapkan tujuan hidup umat-Nya pada era perjanjian lama:
▬▬Imamat 26:40-46 Tetapi bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka terhadap Aku dan mengakui juga bahwa hidup mereka bertentangan dengan Daku --Akupun bertindak melawan mereka dan membawa mereka ke negeri musuh mereka--atau bila kemudian hati mereka yang tidak bersunat itu telah tunduk dan mereka telah membayar pulih kesalahan mereka, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga.
Jadi tanah itu akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka akan membayar pulih kesalahan mereka, tak lain dan tak bukan karena mereka menolak peraturan-Ku dan hati mereka muak mendengarkan ketetapan-Ku. Namun demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka. Untuk keselamatan mereka Aku akan mengingat perjanjian dengan orang-orang dahulu yang Kubawa keluar dari tanah Mesir di depan mata bangsa-bangsa lain, supaya Aku menjadi Allah mereka; Akulah TUHAN." Itulah ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa.


Membaca bagian ini sendiri saja sudah menunjukan satu hal mahapenting: Allah yang memilih bangsa ini, adalah juga Allah  yang menjaga keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa ini melalui perantaraan Musa, sekalipun mereka “berubah setia.” Apa yang harus dipahami bahwa tujuan-Nya, baik pada umat perjanjian lama dan perjanjian baru, telah dibangun-Nya atas dasar rancangan-Nya sendiri dan tidak dapat digagalkan oleh berbagai perubahan-perubahan manusia yang senantiasa gagal memenuhi tuntutan kekudusan-Nya.


Kita,juga, akan mengetahui, dalam hal tersebut, tak sekalipun menganjurkan satu  saja gagasan bahwa Allah tidak peduli dengan kebenaran-Nya dan kekudusan-Nya di dalam kehidupan umat-Nya, berdasarkan pada mengetahui atas dasar apakah Allah menjaga keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa tersebut sekalipun berubah setia.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9