Oleh : Martin Simamora
Petrus, Yakobus dan Yohanes Melihat Yesus bersama Elia dan Musa
Matius 17:1-11
Bacalah lebih dulu bagian 1L
Matius 17:1-11
Ketika pendeta
Erastus Sabdono menyatakan -masih pada
paragraf 12-: “mereka tidak akan
mampu menyamai kebaikan moral orang
percaya. “Perhatikan, bagaimana tokoh-tokoh iman dalam Perjanjian Lama walaupun
hebat-hebat dalam karya-karya iman
mereka, tetapi mereka tidak akan dapat menyamai kebaikan moral Tuhan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya yang
mengikuti jejak-Nya,” maka dapat dipahami bagaimana ia memandang iman orang percaya adalah kebaikan
moral. Dengan kata lain eksistensi iman
sangat bergantung pada upaya manusia untuk menghadirkan iman itu. Sangat bertolak belakang dengan
penjelasan Yesus bahwa hanya orang yang telah diserahkan Bapa kepadanya saja
yang dapat datang beriman kepadanya di dalam pemberitaan kabar baik kepada
semua orang, bahkan oleh dirinya sendiri [sebagaimana telah saya
paparkan pada bagian1G]!
Sekarang, apakah benar kitab suci, ada menyatakan
kepada kita perihal kebaikan moral pada tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama?
Secara cepat saya dapat katakan, bahwa
kitab suci menyatakan bahwa tidak ada siapapun di dalam perjanjian lama dapat
dibenarkan oleh kebaikan-kebaikan moral yang bagaimanapun [sebagaimana telah
saya paparkan pada bagian1D]. Apakah benar, ketika kitab suci
menyebut orang-orang kudus Perjanjian Lama sebagai tokoh-tokoh iman, ada membicarakan sedikit saja mengenai
karya atau perbuatan baik mereka?[tentu harus saya tegaskan bahwa ini tidak boleh dipandang
secara negatif seolah orang percaya dengan demikian tidak memiliki
perbuatan baik pada dirinya. Ada namun sebagai BUAH atau sebagai HASIL KERJA
BAPA di dalam diri orang percaya sebagaimana
telah saya paparkan pada bagian 1K]. Apakah ada sedikit saja di
dalam Kitab suci, ketika membicarakan iman ada mengandungkan faktor perbuatan-perbuatan
baik atau kebaikan-kebaikan moral sebagai
dasar untuk memperhitungkan kebenaran pada diri mereka?Saya akan meninjau
pandangan dan pengajaran pendeta Erastus Sabdono, dengan kitab suci, apakah
selaras ataukah bengkok?