Segala
Otoritas Di Tangan-Ku
Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Kerajaan & Kuasa
Pemerintahan Kristus Di Dunia Hidup dan Di Dunia Mati
Sang
Kristus di dunia hidup senantiasa menunjukan bahwa Ia adalah Tuhan atas dunia
orang hidup dan dunia orang mati sebagai Raja yang berkuasa untuk menarik
manusia yang dikehendaki-Nya untuk menerima hidup yang menaklukan kuasa
pemerintahan maut. Bagaimana ia menunjukannya membuat siapapun akan sukar untuk
mendekatinya dalam realm pikir manusia paling jernih sekalipun, tak terkecuali
orang-orang yang bukan saja murid tetapi yang begitu dikasihinya kala ia ada di
bumi ini. Perhatikan bagaimana Sang
Kristus menunjukannya:
Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yohanes
11:25-26)
Percayakah
engkau akan hal ini? Pertanyaan ini sungguh-sungguh menunjukan bahwa ada satu
celah pemisah yang besar antara manusia dan manusia-antara manusia dan Sang
Anak manusia. Sementara manusia memahami mati adalah mati serta sebuah realitas
kesudahan yang memperbudak manusia, pada Anak Manusia kematian adalah kuasa
yang bukan hanya tunduk kepadanya tetapi ia memerintah sebagai yang berdaulat
atas pemerintahan maut itu sendiri. Perhatikan bagaimana ia berkata dengan
sebuah permulaan yang mempertemukan kematian
dengan dirinya sendiri sebagai yang tak mungkin takluk pada kematian itu
dan justru dalam kematian itulah ia menegakan pemerintahannya pada peristiwa: “Akulah
kebangkitan.” Pasangan bagi “kebangkitan” adalah “hidup” sementara “kebangkitan”
adalah kuasa pemerintahan yang bekerja menaklukan kematian…bekerja secara total
pada dirinya.
Tetapi
apakah itu sebuah konsepsi belaka atau doktrinal pemuliaan tubuh Kristus yang
melampaui kodratinya? Inilah persoalan yang secara jitu disingkapkan Kristus
dengan sebuah pertanyaan: percayakan
engkau akan hal ini? Kristus jika Ia adalah Raja maka ia sedang masuk pada
sebuah dunia yang tak satupun raja dan kuasa pemerintahannya sanggup untuk memasukinya
bahkan dengan pasukan terbesar dan terkuatnya. Kristus bahkan masuk pada
dimensi bukan sekedar membangkitkan tetapi menaklukan kematian itu sehingga
pada saat-Nya tidak akan sama sekali mampu bekerja untuk mendatangkan kematian.
Itu sebabnya Kristus berkata: dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.
Celah
pemisahnya menjadi semakin tak terkirakan jika demikian. Kalau manusia secara
natur pasti mati dan benar-benar berhenti dalam dunia hidup, Anak Manusia
sedang membicarakan satu hal yang mengelakan dirinya dari realitas ini, kala
berkata: setiap orang yang hidup dan yang percata kepada-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya.
Bahkan
kemudian, tidak mungkin lagi untuk dikatakan sebagai sebuah celah pemisah yang
semakin tak terkirakan jarak, lebih tepat menunjukan sementara Kristus dalam
sebuah rejim kerajaan yang mana kuasa maut tak dapat menjamah dan memiliki
sedikitpun ruang untuk bekerja, semua manusia berada dalam sebuah rejim
kerajaan dimana kuasa maut benar-benar berkuasa untuk menjamah dan memiliki
totalitas untuk menyandera jiwa-jiwa sebagai konsumsi utama kuasa maut tersebut.
Ini nyata terlihat ketika Kristus berkata: ia
akan hidup walaupun ia sudah mati (Yohanes 11:25).
Dunia
orang mati yang mati dalam Kristus, ia hidup walau mati! Ini menunjukan pada
kerajaan siapakah seorang tersebut kala hidup, akan menentukan secara definitif
di kerajaan manakah ia berada dalam ia masuk kedalam kematian. Sebagaimana
Kristus berkata: dan setiap orang yang hidup dan yang
percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya
(Yohanes 11:26).
Tidakkah
ini “non sense”? Atau tidakkah ini sebuah keblingeran sampai-sampai ada pendeta
yang mengayunkan sabda Kristus dalam konsepsi corpus delicti yang secara substansial dan fundamental mendorong
Kristus sebagai tak mungkin benar ia
adalah sebagaimana ia katakan, apalagi begitu berani berkata bahwa pada diri
dan tubuhnya ada kebangkitan dan hidup-tak hanya baginya tetapi bagi
manusia-manusia lain asalkan percaya kepadaku.
B. Percayakah
Engkau Akan Hal Ini? (Yohanes 11:26)
Jadi
problemnya adalah: percayakah engkau akan hal ini. Sekarang ini sedang terjadi sebuah “battle” atau “pertempuran”
yang teramat strategis yang bersentral pada “percayakah engkau akan hal ini?”
Atas nama corpus delicti begitu banyak sudah manusia-manusia yang sedang
merajut kasih dan persekutuannya dengan Kristus..belakangan harus menghempaskan
persekutuan itu, sebab ternyata Kristus hanyalah seorang teladan corpus
delicti. Jadi adalah non sense perkataan Kristus ini: dan setiap orang yang hidup dan
yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.
Ada
yang bisa keluar dari jebakan satanic berbasis konsepsi bahwa Kristus hanya
belaka teladan menjadi manusia yang taat untuk menaklukan kedagingan dan dosa
agar bisa memenuhi kehendak Bapa dan apa sebetulnya diinginkan Bapa bagi
Kristus, yang ditunjukannya dalam ketaatan yang tak main-main, sampai mati-mati
di kayu salib. Kristus hanya dipanggungkan sebagai teladan agar manusia-manusia
Kristen meneladani Kristus semacam ini sehingga mampu mencapai sebuah level
yang men-sahkan dirinya menjadi anak-anak Allah…sebab demikian juga Kristus
adanya!
Sebetulnya
para pendeta yang mempercayai ini, sudah tak pantas memegang Alkitab. Pertama-tama,
karena Kitab Suci tak ajarkan demikian. Sehingga jika diajarkan melawan apa
yang dikemukakan Kitab Suci, lantas dari buku apakah? Kedua, para pendeta ini,
sudah tak pantas dan terkutuk jika berdoa mendasarkan pada Yesus? Bukankah
mengacu pada corpus delicti maka sabda ini:
Sampai
sekarang kamu belum meminta
sesuatupun dalam nama-Ku.- Yohanes 16:24
Adalah
sebuah kontradiksi yang begitu tajam, sebab Kristus adalah Sumber jawaban dan
tempat tujuan doa! Dan inilah relasi yang sedang terjadi antara Kristus dan
semua domba gembalaan-Nya di dunia ini. Tidakkah ini begitu berbeda dengan
konsepsi corpus delicti yang menentang relasi antara manusia Kristen dan
Kristus sebagai relasi bukan sama sekali corpus delicti. Bukan karena tak ada problem
Iblis tak dapat dibuktikan kesalahannya oleh Allah hingga kini dan tak ada relasi
bahwa Kristus adalah teladan bagi manusia Kristen untuk menjadi corpus delicti
hingga mati kelak. Konsepsi corpus delicti, karena itu, akan menganggap sabda
Kristus ini adalah sebuah non sense lainnya:
Semuanya
ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan
tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi
terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku.
Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab
Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa
Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku
meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." Kata
murid-murid-Nya: "Lihat,
sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan.
(Yohanes 16:25-29)
C.Segala Otoritas Di
Tanganku: Bukan Kiasan
Otoritas
Kristus hanya mungkin terlihat pada saat otoritas tersebut menemukan kanal “power
play”-Nya secara tepat dan dalam sebuah desain yang akan menunjukan bahwa
memang betul bahwa Kristus tidak sedang berkata-kata dalam kiasan.
Percayakah
engkau akan hal ini merupakan sebuah pertanyaan yang sedang menarik manusia
keluar dari pemerintahan maut untuk masuk pada bibir gerbang pemerintahan Allah
untuk menerima kuasa masuk kedalamnya. Ini akan menjadi sebuah pengalaman yang
sangat janggal dan tak terlintaskan oleh manusia berdosa dan dalam pelukan
maut. Betulkan segala otoritas di tangan Kristus adalah otentik atau belaka
potensi belaka sebab ia belum sah sebagai Anak Allah..atau lebih tepatnya pendeta-pendeta
berbasis corpus delicti berpandangan
bahkan Kristus saat ini belumlah dilantik menjadi Kristus. Inilah yang diperlihatkan oleh Kristus agar
nyata bukanlah kiasan:
Yohanes
11:7 Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus
telah empat hari berbaring di dalam kubur.
Yohanes
11:31-32 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu
untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar,
mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk
meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan
melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya:
"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Yohanes
11:39 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang
meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan,
ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia
mati."
Akankah
hal besar terjadi sehingga kiasan menjadi sebuah keterusterangan dan bukan sebuah
harapan palsu dan sia-sia? Massa menantikannya, orang-orang Yahudi mengamatinya
secara tajam penuh selidik dalam ketakpahaman mereka. Sehingga situasinya
menjadi tak sederhana, dan Sang Kristus secara cermat mengarahkan kerja kuasa
Kerajaan-Nya terhadap dunia orang hidup namun tak percaya kepadanya dan
terhadap dunia orang mati yang tubuhnya telah mengalami deformasi yang begitu
busuk dalam pelukan maut. Perhatikan bagaimana “power play” berlangsung
dihadapan dan didalam kerajaan maut, juga dihadapan dunia orang hidup dimana
maut pun menyandera jiwa-jiwa mereka:
Yohanes
11:41-44 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke
atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau
telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi
oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku
mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus
Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras:
"Lazarus, marilah ke luar!" Orang
yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan
kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka:
"Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Ini
adalah power play Kristus dan Kerajaan-Nya yang begitu tajam dan berlangsung di
jantung alam maut! Kristus terlampau tajam mendatangkan eksistensi kuasa diri
dan kerajaan-Nya sehingga menimbulkan oposisi
terhadapnya dan perpecahan/perpisahan antara dirinya dan para pemimpin agama tanpa ada satu
kemungkinan agar perpecahan dalam bangsa Yahudi tak melebar. Perhatikan
bagaimana power play yang dilakukan Kristus melahirkan oposan dan perpecahan
yang begitu fatal:
Banyak
di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan
sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi
kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah
dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil
Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita
buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka
semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan
merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara
mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka:
"Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna
bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini
binasa." Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi
sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk
bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk
mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari
hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. (Yohanes 11:45-53)
Kristus
dan kerajaan-Nya datang dalam kuasa yang menggoncangkan dunia dan stabilitas
politik (dan orang-orang Roma akan datang
dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita) serta perdamaian atau
ketentraman (Kayafas, Imam Besar pada
tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak
insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari
pada seluruh bangsa kita ini binasa.).
Kerajaan
maut segera mengeluarkan reaksi terkeras berupa: Mulai dari hari itu mereka
sepakat untuk membunuh Dia. Kristus dan kuasa pemerintahan kerajaannya secara
nyata bukan kiasan dan apalagi fantasi yang melahirkan peninggian Kristus.
Dalam hal ini, kita harus mengerti kalau kerajaan maut pun mengupayakan sebuah
pembunuhan yang disangkanya akan melahirkan kemenangan di medang pertempuran.
Faktanya rancangan pembunuhan-Nya berada dalam kuasa kerajaan Kristus itu
sendiri.
D.Tidak Mungkin Maut Bersatu
dengan Hidup: Perpecahan Adalah Konsekuensi Alami
Dalam
perkembangannya, sebuah penyesatan dalam doktrin fundamental Kristen pasti
secara perlahan akan melahirkan perpecahan yang tak mungkin dipersatukan.
Kristus menandakannya dengan derajat bertajuk non kompromi dan non korporasi:
"Tetapi
barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala
penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan
kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu
dicampakkan ke dalam api kekal.Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah
dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata
satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua. (Matius
18:6-9)
Sehingga
siapapun yang berusaha mencegah perpecahan jemaat yang sengaja memecahkan
dirinya dari komunitas sesat sebagai sebuah cara untuk menyelamatkan dirinya
sendiri (sebab siapa sih pendeta yang
peduli dengan penyesatan tipikal seperti ini karena lebih memilih membela korps
dan agar demi kasih..biarkanlah yang sesat tetap sesat yang penting gue tetap
ajarkan kasih???) dari ajaran yang selama ini menggembalakan jiwa mereka
berdasarkan usaha menyimpangkan perkataan dan ajara Kristus, ia harus merenungkan peringatan rasul Paulus
ini juga:
Aku
heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia
Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya
bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk
memutarbalikkan Injil Kristus.Tetapi sekalipun
kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil
yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah
dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan
sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang
berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. Jadi bagaimana sekarang:
adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan
kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka
aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku,
bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. (Galatia 1:6-11)
Para
pendeta atau gembala seharusnya bersuara…jika perlu berteriak keras jika ada
bahaya mengintai dan menyusup ditengah-tengah jemaatnya. Bukan mengupayakan
perdamaian dengan penyusup! Entah apa yang ada di pikiran anda, jika anda tidak
mau menjadi gembala yang baik bagi domba-dombamu… dengan cara mingkem, dan melawan perpecahan tanpa
melakukan koreksi atas penyesatan yang berlangsung?
Apakah
ini yang sedang anda kejar: Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Jika ini
adalah problemnya, maka belajar dan renungkan apa yang dikatakan rasul Paulus
berikut ini: Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku
bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa
Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment