Bukan Kuasa yang Terlalu Berani & Bukan Keilahian
Hirarkial
Oleh: Martin Simamora
A.Sang Kristus dan Kuasanya
Apa
yang semakin menyukar orang untuk memahami siapakah Yesus Kristus adalah
lintasan kehidupannya kerap menyertakan penghadiran kuasa demi kuasa yang
bekerja tanpa batasan dan sepenuhnya berdasarkan dirinya sendiri.Theisme yang
diyakini oleh religiositas Yahudi tidak akan pernah memberikan tempat kepada
semacam ketuhanan yang besar kemudian ada ketuhanan yang sedikit lebih rendah
sebagaimana kita suci memberikan
referensinya:
Aku
ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang
lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.- Yesaya 42:8
Kiranya
bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya
bersyukur kepada-Mu- Mazmur 67:3
Kehadiran
Kristus dengan penghadiran kuasa-demi kuasa dihadapan publik pada puncaknya
menempatkan diri mesias pada sebuah lintasan yang tak seharusnya dimiliki oleh
seorang manusia, selain hanya Allah. Bagaimana mungkin Allah memberikan
kuasa-kuasa demikian dan bahkan lebih tepat lagi harus dikatakan bahwa sang
mesias memperlihatkan kuasanya sebagai properti milik diri sendiri yang bekerja
berdasarkan kehendak dan perintahnya. Jika berdasarkan ini, disimpulkan Kristus
adalah Allah dalam strata yang lebih rendah dari pada Allah Bapa, maka problem
terbesarnya akan begitu berbahaya dan membawa kekristenan sebagai sebuah
keyakinan yang menanggalkan kebenaran: Aku
tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada
patung.
Karena
itulah kala sang Kristus masuk pada lintasan dirinya dengan kuasa-kuasa demi kuasa
yang hanya Allah saja yang memiliki properti demikian, maka hanya satu yang
harus dan mutlak untuk dideklrasikan: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan. (Matius 9:34)"
Jelas bahwa orang-orang Farisi sebagai salah satu representatif terhormat dan
otoratif untuk menguji dan menentukan siapakah dan bagaimanakah kuasa yang
bekerja pada Yesus harus diukurkan, telah melihat tanpa dapat dibantah bahwa
kinerja-kinerja kuasa Yesus telah menembus langit yang hanya Allah saja dapat
menjangkaunya.
Kepelikannya adalah, mengakui keilahian Kristus berdasarkan
kuasa-kuasa Kristus yang begitu otentik akan segera memberikan legalitas
penghujatan pada Allah…hanya Allah yang boleh dimuliakan dan diagungkan dengan
segala kuasanya, bukan yang lain selain dan diluar Allah. Kelihatannya ini
menjadi salah satu hal yang harus dicegah untuk berkembang dalam pemikiran publik
mengenai Yesus Kristus.
Mari
kita melihat sejumlah kuasa Kristus yang bekerja dan menunjukan dirinya berada
dilintasan dimana hanya Allah saja yang boleh ada:
Pertama:
Kuasa mengampuni dosa
Maka
dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya.
Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu:
"Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." (Matius 9:2)
Urusan
penghakiman saja sudah menjadi otoritas dan kuasa Allah, namun disini sang
Kristus bukan saja menghakimi keberdosaan seorang manusia, namun begitu saja
memberikan sebuah pengampunan yang sama sekali mengabaikan ketentuan keimamatan
terkait bagaimana sebuah dosa tertentu dapat diampuni…sebab menurut ketentuan
hukum Musa, terkait pengampunan dosa inilah salah satu bentuk upacara yang
harus dilakukan:
Tetapi
segala lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak korban keselamatan
dipisahkan, lalu haruslah dibakar oleh imam di atas mezbah menjadi bau yang
menyenangkan bagi TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang
itu sehingga ia menerima pengampunan- Imamat 4:31
Sehingga
ketika Yesus bersabda "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”
maka ini adalah problem mahabesar, karena siapakah ia bersabda percayalah
kepadanya terkait pengampunan dosa? Apakah ia lebih besar daripada sabda Allah…daripada
Hukum? Ia tak mungkin semacam divinitas yang lebih rendah daripada Allah,
divinitas hirarkial semacam itu tidak pernah ada lahir dalam kitab suci baik
sebagai sebuah teologia dan apalagi pragmatism spiritualitas. Itulah sebabnya
reaksi penolakan harus tegas dan tajam: Maka
berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat
Allah." (Matius 9:3)
Tetapi
apa yang menjadi masalah adalah, para ahli Taurat yang sangat berotoritas dalam
menentukan bagaimanakah pengajaran dalam kitab suci harus diajarkan tak pernah
mampu mengenali relasi antara diri Yesus terhadap kitab suci sebagaimana
menjadi penekanan Yesus dalam pelayanan-pelayanannya. Dengan kata lain, ini
sama sekali tidak serta merta menjadikan Yesus merupakan wujud hirarki yang
berbeda daripada Allah Bapa sehingga dengan demikian Yesus datang menciptakan
politeisme hirarkial yang sama sekali tak diajarkan kitab suci. Tidak demikian,
karena Yesus sedang mendudukan dirinya secara otentik, terbuka dan dialogis
bahwa Ia adalah satu-satunya penggenap kitab suci sehingga apa yang sempurna
dari Allah hadir secara penuh dimuka bumi ini…tepat sebagaimana dikemukakan
Sang Kristus berikut ini:
Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni
dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Matius 9:6)
Kedua: Kuasa Menaklukan
Kematian dan Kuasa Memberikan Hidup yang Menaklukan Maut
Sementara
Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat,
lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal,
tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup."
(Matius 9:18)
Pada
kasus ini, harus kita letakan pertama-tama bahwa pengetahuan umum terkait kuasa
menaklukan kematian dan kuasa memberikan hidup yang menaklukan kematian atas
jiwa dan tubuh tidak dimiliki atau setidak-tidaknya bukan merupakan pengetahuan
umum. Karena itulah reaksi yang muncul ketika Yesus datang untuk membangkitkan
seorang yang meninggal dalam rumah ibadat sangat penuh dengan sinisme dan jiwa
yang mengolok: menertawakan dia! (Matius 9;24). Dirumah ibadat semua tahu bahwa yang meninggal adalah benar-benar mati…jika
demikian biarlah yang mati diperlakukan sebagaimana selayaknya memang Tuhan
telah membiarkan kematian sebagai saat yang tepat bagi yang meninggal tersebut.
Sehingga ketika Yesus memberi sinyal awal bahwa Ia tahu bahwa ia lebih dari
sekedar memiliki pengetahuan akan kematian dan dunia kematian…bahwa ia berkuasa
masuk kedalam dunia dan kuasa kematian untuk melakukan perubahan dan mengadakan
kehidupan dalam ungkapan semacam ini: "Pergilah, karena anak
ini tidak mati, tetapi tidur." (Matius 9:24), opini yang terbangun adalah
apakah Kristus adalah Allah..ataukah ia semacam manusia ilahi yang merupakan
semacam ketuhanan sedikit lebih rendah daripada Allah itu sendiri…telah
melahirkan sebuah jarak dan penolakan yang kian menjauhkan Kristus dari
ketakberdayaan setiap manusia untuk mengenal dan menerima Sang Mesias
sebagaimana seharusnya.
Tetapi
Kristus menunjukan bahwa Ia bukan sama sekali seperti apa yang disangkakan
banyak orang, pertama-tama ia bukan sama sekali semacam ketuhanan lain yang
lebih rendah daripada Bapa…sebab Bapa tidak pernah menyerahkan atau berbagi
sekepingpun otoritas dan kuasa kepada siapapun diluar dan lebih rendah daripada
dirinya dalam cara pembagian kuasa secara hirarkial. Itu sebabnya jawaban Yesus
merupakan jawaban yang menunjukan bahwa baik dirinya dan Bapa ada dalam satu
kesehakekatan kuasa, kemuliaan dan pemerintahan baik di bumi dan di sorga dalam
cara seperti ini: Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak
itu, lalu bangkitlah anak itu (Matius 9:25).
Ketiga: Rantai
Kuasa-Kuasa Kristus Yang Menghakimi dan Sekaligus Berkuasa Menyelamatkan:
Setelah
Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya
dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat
melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." Lalu
Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut
imanmu." Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan
kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal
ini." Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. Sedang
kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan
setan. Dan setelah setan itu
diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak,
katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel."
(Matius 9:28-30)
Kristus
secara bertahap mengajarkan siapakah Ia melalui dirinya sendiri. Sentral
pengajaran Kristus bukan pada Kitab Suci tetapi pada kitab suci yang digenapkan
dalam dirinya..dirinya adalah Kitab Suci yang berisikan kuasa dan kehidupan
menjangkau kehidupan dan memberikan kehidupan yang menaklukan kuasa paling
purba yang memperhamba dunia ini. Ketika tanggapan orang adalah: yang demikian
belum pernah dilihat orang di Israel..maka ini adalah satu momentum terpenting
bagi Israel untuk berjumpa dalam ruang waktu dimana sang mesias sebetulnya
membawa mereka berjalan dalam perjalanan dimana mereka memandang penggenapan dari bayang-bayang yang nampak dari apa
yang selama ini telah mereka alami dan ketahui dan tercatat dalam kitab suci...
bagaimana Allah bekerja diantara mereka selama ini. Ungkapan “jadilah kepadamu
menurut imanmu” pun merupakan satu momentum dimana Sang Kristus menghadirkan
kehadiran Allah yang begitu karib dengan Israel kekasih-Nya yang senantiasa
merindukan sebuah ikatan kasih yang amat personal bagaikan Bapa dan
anak-anaknya! Sang Kristus telah melalui dan didalam dirinya mendekatkan dan
membawa mereka begitu dekat dan sangat dekat dengan Bapa..sebuah keimamatan
yang memang tak pernah terjadi sebelumnya..keimamatan dimana seorang Imam Besar
Agung dapat berkata jadilah kepadamu menurut imanmu!
B.Kuasa-Nya Tak Dapat
Didekati Oleh Jiwa-Jiwa yang Mati
Karena
itulah tak satupun dapat memahami Kristus datang untuk melakukan pekerjaan Bapa
yaitu menggenapi kitab suci:
"Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. (Matius 5:17-18)
Kristus
bukan datang untuk menunjukan dirinya sebagai satu keilahian atau ketuhanan
lain yang secara hirarkial dan hakekat adalah berbeda sehingga kemuliaannya
berbeda terangnya daripada Bapa. Jika demikian, maka adalah satu kemustahilan
Ia mampu untuk menggenapi Kitab Suci yang telah dituliskan oleh nabi-nabi kudus
Allah. Ia tak berada dalam posisi hirarkial dan hakekat yang berbeda secara
demikian…karena tak mungkin ada satu bentuk kuasa lebih rendah dapat
mengerjakan kehendak, rancangan Allah yang mahasempurna itu.
Hanya
jika ia datang kepada yang Hidup, maka ia mampu melihat kitab suci sebagaimana
kitab suci berkehendak agar anda berjumpa dengan Kristus satu-satunya Sang
Penggenap Kitab Suci, datang dari Allah bagi manusia agar manusia hidup dalam
kebenaran Kitab Suci yang genap dalam Kristus…sebagai anak-anak Allah yang
memiliki kuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan mulia dan memuliakan
Kristus.
Lalu haruslah ia meletakkan tangannya ke atas kepala
korban penghapus dosa itu, dan menyembelihnya menjadi korban penghapus dosa di
tempat yang biasa orang menyembelih korban bakaran. Imamat 4:3
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment