Apa Yang Harus Kuperbuat Untuk Memperoleh
Hidup Kekal?
Oleh: Martin Simamora
A.Percakapan Maha Penting Di Muka Bumi
Apakah
yang mungkin akan ditanyakan seseorang kepada Yesus jika ia memiliki kesempatan
untuk menemukannya? Seharusnya itu adalah hal yang maha penting dan itu akan
merefleksikan apa yang sangat bernilai bagi
hidupnya. Saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk membaca sebuah
bagian dalam injil yang memotretkan bagi kita sebuah percakapan maha penting
tersebut, perhatikanlah dan bacalah:
Pada
waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang
berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya:
"Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?" (Markus 10:17)
Orang
ini nampaknya mengetahui bahwa Yesus tak jauh dari posisinya saat itu dan jelas
bahwa ia memiliki pengetahuan yang memadai untuk memastikan bahwa Yesus Kristus
adalah orang yang begitu istimewa untuk dijadikan nara sumber maha penting
terkait sebuah hal maha penting bagi hidupnya yang menjadi pengejaran yang
tersuci bagi jiwanya. Ia, karena itu, tak hanya berlari-lari untuk mencegat
perjalanan Yesus. Bukan bermaksud untuk tak sopan dan apalagi untuk mencobai
Yesus, sebab baginya Yesus adalah seorang yang lebih dari sekedar terhormat
sebagaimana diperlihatkan oleh bahasa tubuh dan lidahnya:…dan sambil bertelut
di hadapan-Nya ia bertanya; “Guru yang baik…. Ia mengejar Yesus dengan sebuah penghormatan
teragung yang mungkin dilakukan baginya dan hampir dapat dipastikan inilah
satu-satunya penghormatan teragung yang pernah diberikannya kepada seorang
Rabbi. Pasti tidak akan pernah dilakukannya kepada yang lain. Mengapa dikatakan
hampir dapat dipastikan inilah satu-satunya…, karena pengejaran yang demikian
membawa muatan dalam jiwanya yang menjadi hal maha penting dan menggelisahkan
jiwanya…terkait kepastian yang hendak dibangun berdasarkan dirinya sendiri: “apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?"
Yesus
sang Mesias memberikan respon yang sangat penuh perhatian dan dalam penuh
kepedulian terhadap pertanyaan yang maha penting tersebut: apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Sang Mesias secara lugas
mengajukan pertanyaan penguji atau pengukur yang akan segera mendudukan Yesus
Sang Mesias sebagai hakim dan satu-satunya pengukur yang tak mungkin keliru
dalam menggunakan alat ukur yang mahasuci, dan di satu sisi, orang tersebut
segera menjadi seorang yang sedang dihakimi…dan ia meletakan dirinya dalam
sikap yang tunduk penuh. Mari kita baca dan dengar pertanyaan yang dilontarkan
sang hakim dan jawaban yang diajukan oleh orang tersebut. Perhatikan dialog
ini:
Yesus Kristus: Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan
membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
Orang tersebut: "Guru,
semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
Pertanyaan
penguji atau pengukur yang diajukan Sang Kristus adalah pertanyaan yang gamblang
sehingga sangat mudah dimengerti…tak perlu tafsiran teknis bagi orang tersebut
untuk menjawabnya: semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.
Seperti
telah kita ketahui pada permulaan, orang tersebut datang kepada Yesus dalam
sebuah pengejaran segenap jiwa…ia tahu apa yang begitu penting bagi jiwanya dan ia tahu kepada siapa ia datang…jiwanya sangat tahu
dan menundukan diri terhadap sang Kristus untuk keputusan dan jawaban apapun
yang akan diucapkan sang Kristus kepadanya. Sehingga kita tahu bahwa jawaban
semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku, adalah jawaban yang sangat jujur
dari kedalaman jiwanya. Tetapi apakah itu sanggup memberikan sebuah kepastian
hidup kekal, atau setidaknya merupakan jalan yang sungguh benar dan pondasi
kokoh untuk membangun jalan menuju hidup kekal? Jelas untuk kedua hal ini…bahkan
orang tersebut yang sejak masa muda adalah orang yang taat pada hukum, tidak
tahu sama sekali. Jelas bukan saja bagi dirinya tetapi juga bagi semua rabbi
yang hidup di eranya. Kegelisahannya adalah kegelisahan yang tak tersolusikan,
bisa dipastikan tak satupun rabbi yang sedikit saja memiliki wibawa baginya untuk memberikan jawaban…hingga ia
mendengar bahwa Yesus melintas tak jauh dari posisi dirinya.
Tak
perlu heran jika kemudian Yesus menerima jawaban orang muda tersebut, tetapi
sekaligus Sang Kristus memberikan penghakiman maha penting bagi jiwanya
terkait: apakah yang telah dilakukan sedemikian baik itu mampu sedikit saja
membangunkan jalan menuju hidup kekal? Bagi orang tersebut, Yesus adalah
seorang dalam kriteria begitu mulia
dalam alat pengukur hukum kudus Allah..tak mengherankan jika ia tak hanya
bertelut dihadapan Yesus, tetapi juga memanggilnya Guru yang baik.. ketika ia
memanggil sang Kristus baik..ia sedang menggunakan ukuran ketaatan pada hukum
sebagaimana ia menyebut dirinya melakukannya sejak masa muda.
Percakapan
ini berkembang menjadi begitu dalam dan tajam, karena tanpa diduganya Yesus
meletakan dirinya lebih tinggi dan lebih mulia daripada Guru yang baik, sebab kini sang Guru mengaplikasikan hukum kudus
Allah sebagai alat ukur didalam genggamannya dan satu-satunya yang berhak
mengukurkan kebenaran seseorang dihadapan hukum. Perhatikan tanggapan sang
hakim kepada orang tersebut:
Yesus Kristus:
"Hanya
satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Markus 10:21)
Sang
Kristus bukan saja guru, ia juga Sang Hakim. Perhatikan ini:
Ia Hakim
dengan alat ukur Hukum: Hanya satu lagi kekuranganmu
Siapakah
manusia yang berani menghakimi sesamanya dan meletakan dirinya sebagai sang Hakim
dengan kepenuhan hukum ada dalam dirnya
sehingga tak mungkin dan tak bisa salah penghakimannya..yang pada orang
tersebut hasilnya: hanya satu lagi
kekuranganmu.
Sementara
secara umum siapapun akan berpikir “satu lagi” secara kualitatif dan
kuantitatif adalah sangat mungkin untuk dicapai siapapun manusia asalkan mau
dan bersungguh-sungguh dengan segenap hati, jiwa dan pikiran untuk
melakukannya, sang hakim tidak demikian karena penghakimannya berbunyi secara
kualitatif dan kuantitatif tidak berada dalam jangkauan seorang manusia yang
bahkan sejak masa muda melakukan hukum. Dalam penghakiman Yesus pada tahap ini,
bahkan Yesus menunjukan kekakayaan dan kemuliaan dirinya baik secara kualitatif
dan kuantitatif harus dihakimi sebagai tak bernilai bagi pengejarannya untuk
memiliki hidup kekal. Sehingga setelah menghakimi secara demikian, Yesus
membukakan sebuah jalan yang akan menunjukan bahwa tak ada satupun pada dirinya
yang cukup mulia untuk dibawa sebagai modal untuk melanjutkan pengejarannya
tersebut. Ketika Yesus menyuruhnya untuk meninggalkan semua kekayaannya dan
menyerahkannya kepada dunia yang penuh dengan kemiskinan dan kelaparan badani,
sang hakim sedang menunjukan kepada orang tersebut untuk tak hanya mengejar,
bertelut dan memuliakannya pada saat orang tersebut mengetahui bahwa ia dapat
memiliki hidup kekal berdasarkan perbuatan..tetapi tetap mengejar, bertelut
dihadapan Yesus dan memuliakannya sekalipun kini ia telah diberitahu bahwa tak ada
satupun kebaikan yang berasal dari diri seorang manusia untuk memiliki nilai
kebenaran dihadapan alat pengukur Hukum di tangan Sang Mesias. Itu sebabnya
Sang Hakim berkata: Hanya satu lagi
kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku."
Sang
Mesias menyatakan kemiskinannya dalam cara yang begitu ekstrim seperti dunia
ini gelap dan tidak ada satupun terang, dalam sebuah cara komparasi yang
menunjukan bahwa manusia mustahil menebusnya dalam cara apapun:
Harta/Kemuliaan/Kebenaran
Dunia
|
Harta/Kemuliaan/Kebenaran
Dunia
|
juallah apa yang
kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin
|
engkau akan beroleh
harta di sorga
|
Yesus adalah Sumber Hidup Kekal: Ikutlah
Aku
|
Fokusnya
adalah Yesus Sang Kristus. Final penghakiman itu bukan untuk menunjukan bahwa
karena manusia tak berdaya untuk menebus bagi dirinya sebuah hidup kekal maka
manusia harus 10 kali lipat dan bila perlu sampai mengucurkan darah untuk
minimal tidak turut binasa. Final penghakiman sang Kristus adalah: agar manusia
melihat bahwa di dunia ini hanya dirinya saja sumber hidup kekal dengaan cara
ikutlah Yesus.
Orang
yang kaya dan taat pada Hukum menjadi begitu kecewa, sebab ia telah diukur dan
didapati tidak bernilai kecuali ia mengikut Yesus. Kekayaan dan kemuliaannya
telah dihakimi sebagai sampah dan tak bernilai sama sekali, bahkan cara Yesus
menunjukan ketakbernilaian itu begitu ekstrim dengan menunjukan bahwa
berikanlah semua kepada orang miskin. Dirinya dan ketaatannya beserta seluruh
kemuliaan dirinya, sama sekali tak berkaitan dengan tujuan jiwanya untuk
memiliki hidup kekal. Fokusnya bukan
pada dirinya, tetapi pada Yesus dan apa yang sesungguhnya merupakan kekayaan
jiwa seorang manusia yang ingin mengejar kehidupan kekal: harta sorgawi yaitu
Yesus Kristus. Itu sebabnya orang tersebut: kecewa, lalu pergi dengan sedih,
sebab banyak hartanya (Markus 10:22)
B.Tak Mungkin Ditebus Oleh
Manusia, Hanya Allah yang Berkuasa Menyediakan
Kesunyian
tersunyi segera menyergap dunia, tak disangka jika keselamatan bukan seperti
prakiraan manusia. Kehidupan kekal memang bukan topik yang berada dalam
genggaman kuasa manusia, sekalipun begitu menarik. Hal paling utama, karena
kehidupan kekal bagi manusia selama dimuka bumi ini adalah konsep hingga
spekulasi baik dalam cara mencapainya hingga pada apakah ini lebih besar dari
sekedar konsepsi belaka? Sekalipun demikian, ada satu yang tak bisa dipungkiri
oleh setiap manusia, bahwa ini akan senantiasa menjadi hal yang menggusarkan
jiwa oleh sebab tak ada satupun bukti yang berada dalam jangkauan tangan
manusia. Siapapun mencemaskan ini sebab setiap manusia pasti akan mati, entah
senang, bahagia atau sengsara, menderita dan ia tak tahu apapun juga setelah
itu. Jadi jika tadi orang kaya tersebut berlari-lari mengejar Yesus untuk
membicarakan topik ini, sebetulnya ini adalah point of interest paling megah
bagi setiap manusia.
Dan
Yesus adalah satu-satunya Rabbi yang mengungkapkan ini dalam sebuah kepastian definitif.
Perhatikan ini:
Yesus Kristus: "Alangkah
sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Markus 10:24)
Yesus Kristus
mengulangi lagi: Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
(Markus 10:25)
Perhatikan
baik-baik bahwa konteks “alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam
Kerajaan Allah” bukan sebuah konteks diskriminatif sehingga bagi yang tak
beruang akan lebih mudah dan sangat mungkin memiliki hidup kekal berdasarkan
perbuatan. Mengapa bukan? Sebab Yesus sedang mengangkap problem dunia yang tak
berdaya untuk menebus sebuah kehidupan kekal oleh perbuatan dirinya sendiri,
dengan berkata: alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Selanjutnya,
konteks “alangkah sukarnya” bukan mengindikasikan bahwa sementara manusia tidak
mampu memenuhi ketentuan standar ukuran Hukum yang ditetapkan sang Hakim untuk
memenuhi kriteria “lolos” ke dalam hidup kekal saja, tetapi sebetulnya bisa…asalkan
ia jauh lebih serius daripada orang kaya tersebut. Jadi ini bukan semacam kasus
unik yang sangat bervariasi penghakimannya jika diberlakukan pada orang lain;
ini bukan penghakiman dalam konteks yang terisolasi dari semua manusia atau
tidak dapat diaplikasikan kepada segenap manusia. Kita dapat mengetahui ini
secara pasti berdasarkan respon para murid Yesus terhadap Sang Rabbi:
Yesus Kristus: Lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." (Markus 10:25)
Para Murid: "Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (Markus 10:26)
Jadi
ini adalah problem umat manusia yang solusi mustahil dari manusia. Dalam dua
bahasa kita menemukan realita ini sebagai sebuah keniscayaan:
Bahasa Yesus
Kristus: Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya
masuk ke dalam Kerajaan Allah
Bahasa Para Murid: Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?
Yesus
telah menghakimi dan sekaligus memberitakan kabar baik atas realita yang tak
dapat ditebus manusia untuk kapanpun juga, sehingga konsep penebusan oleh Allah
atas ketakberdayaan manusia bukan sebuah konsepsi penebusan yang dapat gagal
dan mungkin berhasil baik untuk pertama kali dan seterusnya hingga yang ditebus
menutup matanya di dunia ini, sebab penebusan ini berangkat dari penghakiman
Allah berdasarkan alat ukur mahasuci: Hukum Allah oleh Sang Mesias. Sang
Juruselamat,dengan demikian, adalah satu-satunya yang tak bercela terhadap
Hukum dan satu-satunya yang sanggup memenuhi ketakbercelaan pelaksanaan hukum.
Bukankah sang Mesias juga berkata:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.” (Matius 5:17-18). Bukan saja ini, tetapi tak mungkin
gagal karena Allah sepenuhnya mengadakan, sebagaimana diutarakan Yesus.
Yesus
Kristus: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi
Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." ( Markus 10:27)
Kita
tidak boleh mengabaikan dan tidak boleh mengabaikan sekalipun bahwa asosiasi
Yesus terhadap segenap Hukum dan Kitab Suci tidak pernah bersifat kontekstual
dan kesejarahan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, karena terkait asosiasi
yang saya maksudkan, sebetulnya bersemayam dan terselenggara didalam dan oleh
dirinya sendiri. Perhatikan ini:
Yesus
Kristus: " Sesungguhnya selama belum lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum
Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Matius 5:18)
Pemerintahan
kasih karunia Allah didalam Yesus Kristus akan selalu berasosiasi secara ketat
dan tak terpisahkan dengan fakta pemerintahan firman tertulis/ yang telah
disabdakan melalui para nabi kudus Allah akan terus memerintah secara sempurna:
satu iota atau satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi, yang mana tak satupun manusia berdaya berdasarkan
perbuatan memenuhi tuntutan kitab suci dapat memiliki hidup kekal.
Penebusan
Allah melalui Yesus Kristus atas ketakberdayaan manusia untuk menebus hidup
kekal oleh perbuatan diri, memenuhi segenap ketentuan hukum akan senantiasa
bertaut erat dengan pemerintahan firman tertulis-termasuk taurat. Itu sebabnya
kasih karunia keselamatan dalam Yesus Kristus adalah kuat dan tak memerlukan
komplementer mentaati taurat seolah ada keping-keping tertentu atau banyak keeping
yang tak mungkin dilingkupi oleh kasih karunia Allah dalam Sang Firman yang
telah menjadi manusia itu. Tidak demikian.
Kiranya
kita dibebaskan dari kebutaan untuk melihat kebenaran ini,sehingga kita tahu
hanya Yesus Sang Penggenap dan Sang Juruselamat itu.
Jika
Yesus bertanya kepadamu apa yang
kauhendaki supaya Ia perbuat…apakah yang menjadi doa anda saat ini?
Berdolah
dan serukanlah nama-Nya, maka Ia akan menjawabmu. AMIN
Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki
supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku
dapat melihat!"-Markus 10:51
SOLI
DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment