Oleh: Martin Simamora
Anda
sangat dianjurkan untuk membaca bagian 1A
Sekarang, mari kita memperhatikan paragraf 6,
paragraf 7 dan paragraf 8:
Paragraf 6:
Hak istimewa ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun. Oleh sebab
hak tersebut hanya ada melalui karya salib Kristus, maka tidak akan ada keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen.
Tegasnya, tidak ada pemulihan karakter atau gambar diri seperti yang Allah
kehendaki sesuai rancangan-Nya semula di luar Kristus dan di luar agama
Kristen. Lagi pula di dalam agama
manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus
diteladani. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar
sosok Yesus sebagai “role model” nya. Justru sosok inilah yang menjadi “pokok
keselamatan” bagi mereka yang mau taat
kepada-Nya (Ibr 5:9).
Paragraf 7:Ketiadaan
keselamatan
dalam agama lain bukan hanya
karena tidak ada penebusan oleh darah Yesus Kristus, tetapi juga karena tidak ada acuan atau
standar kesempurnaan karakter yang harus dicapai. Dengan demikian kalau
ada orang Kristen yang merasa dan mengaku memiliki penebusan dalam Yesus
Kristus tetapi tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai acuan dan standar
kesempurnaan moral yang harus dicapai, maka ia tidak memiliki dan mengalami
keselamatan yang sejati. Jadi, jangan terkejut kalau suatu hari nanti
orang-orang Kristen seperti itu disamakan dengan orang yang tidak mengenal
Allah (Mat 24:45-51; 7:21-23).
Paragraf 8:
Berkenaan dengan hal tersebut
kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang
yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan
kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda. Demikian pula dengan kualitas keselamatan yang dimiliki masing-masing.
Pengertian keselamatannya pun juga berbeda. Bagi mereka yang mendengar Injil
keselamatan ditentukan oleh sikapnya terhadap karya Kristus, tetapi mereka yang
tidak mendengar Injil ditentukan oleh kebaikan hati nuraninya (Rom 2:11-16).
Moral orang yang tidak mendengar Injil dituntut untuk baik sesuai dengan torat
(baik yang tersurat di atas perkamen atau loh batu maupun yang tersurat di
dalam hati), tetapi bagi orang yang mendengar Injil dan menerima keselamatan
dalam Yesus Kristus, mereka dituntut untuk sempurna seperti Bapa.
Ketiga
paragraf ini akan saya tinjau secara simultan oleh sebab memang memiliki kebertauatan langsung. Perhatikan pembuka
pragraf 8:“berkenan dengan hal tersebut.”
Pada
bagian paragraf 6 yang berbunyi “Hak istimewa ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun. Oleh sebab hak tersebut hanya ada melalui karya
salib Kristus, maka tidak akan ada
keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen. Tegasnya, tidak ada
pemulihan karakter atau gambar diri seperti yang Allah kehendaki sesuai
rancangan-Nya semula di luar Kristus dan di luar agama Kristen.” Saya dapat
menyetujui secara utuh oleh sebab kebulatan gagasan dan kebulatan simpulan yang
membentuk sebuah kebenaran yang memiliki landasan kokoh pada kitab suci itu sendiri.
Akan
tetapi, entah bagaimana dimunculkan sebuah negasi atau penyangkalan pada apa
yang baru saja dibangun, apa yang saya
maksud adalah ini: “Lagi pula di dalam agama manapun tidak
ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus diteladani. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar sosok Yesus
sebagai “role model” nya. Justru sosok inilah yang menjadi “pokok keselamatan” bagi mereka yang mau taat kepada-Nya
(Ibr 5:9).” “Lagi pula” dapat
dipahami sebagai ekspresesi gagasan dalam kalimat yang menyatakan sebuah
“eksepsi” atau “penolakan yang bermuatan
keberatan.” Terhadap apa? Jelas terhadap apa yang baru saja dituliskan pengkhotbah pada paragraf 6 itu
sendiri: “tidak akan ada keselamatan
di luar Kristus dan di luar Kristen.”
Dengan kata lain, pada paragraf 6 inilah si pengkhotbah mulai membangun
pandangan kemungkinan keselamatan di luar Kristen, saat dia melakukan negasi
pada apa yang baru saja dia tegaskan terkait “eksklusivitas Keselamatan hanya pada diri Yesus Kristus.”
Kita
tidak bisa lebih dalam menggali paragraf
6 ini tanpa memperhitungkan paragraf 7
dan paragraf 8.
Pada bagian dari paragraf 7 yang berbunyi: “Ketiadaan keselamatan dalam agama lain
bukan hanya karena tidak ada
penebusan oleh darah Yesus Kristus, tetapi
juga karena tidak ada acuan atau standar kesempurnaan karakter yang harus
dicapai.” Sebagian merupakan pengulangan gagasan (paragraf 6) dengan penekanan yang
semakin spesifik: “bukan hanya karena tidak ada acuan standar kesempurnaan
karakter yang harus dicapai.” Ini yang akan menjadi perhatian.
Sementara
bagian dari paragraf 7 yang berbunyi atau
merupakan kelanjutan: “Dengan demikian kalau ada orang Kristen yang
merasa dan mengaku memiliki penebusan dalam Yesus Kristus tetapi tidak
menjadikan Tuhan Yesus sebagai acuan dan standar kesempurnaan moral yang harus
dicapai, maka ia tidak memiliki dan mengalami keselamatan yang sejati. Jadi,
jangan terkejut kalau suatu hari nanti orang-orang Kristen seperti itu disamakan
dengan orang yang tidak mengenal Allah (Mat 24:45-51; 7:21-23).” Saya dapat
menyetujui dan tidak ada masalah dalam ini, sebab saya dapat mengasumsikannya
sebagai seorang Kristen sejati akan melahirkan buah demi buah dari waktu ke waktu sebagai sebuah pertumbuhan
imannya dalam keseharian dirinya.
Sorotan:
Untuk
apa atau apa kepentingan pengkhotbah setelah menunjukan eksklusivitas
keselamatan pada diri Yesus Kristus, kemudian menegasinya dalam wujud eksepsi
atau keberatan dengan “Lagi pula” yang mengandung:
(1)
Hak istimewa (ini adalah exousia yang sudah ditinjau) ini tidak terdapat dalam ajaran
dan agama
manapun.
(2)
di dalam agama manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi
prototype yang harus diteladani
Eksepsi
pengkhotbah terhadap “eksklusivitas keselamatan pada diri Yesus” dibangun
berdasarkan 2 poin di atas tersebut: ketiadaan hak istimewa (kuasa dari Allah
untuk menjadi anak-anak Allah) dan ketiadaan sosok Yesus Kristus. Dan selanjutnya berdasarkan 2
eksepsi inilah lahir paragraf 8.
Pada
paragraf 8 ini si pengkhotbah
menyatakan bahwa pola keselamatan dalam iman Kristen bukan merupakan pola
keselamatan yang berlaku atau
mutlak harus terjadi pada setiap manusia,
jika ingin mengalami keselamatan. Singkatnya, ada pola keselamatan berbeda, sebagaimana dikatakan si pengkhotbah
pada bagian awal dari paragraf tersebut: “Berkenaan
dengan hal tersebut kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk
orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola
keselamatan yang ditawarkan kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak
mendengar Injil berbeda.”
Tepat
ketika pendeta Erastus Sabdono
menyatakan adanya “pola keselamatan
berbeda,” maka eksklusivitas
keselamatan pada Yesus telah gugur dengan demikian.
Orang
Kristen dengan demikian sangat terlarang
untuk mengimani sabda Allah Sang Bapa:
Yohanes 3:16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Teks
ini sedang berbicara apa yang terjadi pada orang yang percaya: “tidak binasa.”
Allah Sang Bapa sedang memberikan ultimatum kasih-Nya kepada DUNIA, dunia yang diciptakan dengan segenap isinya!
Teks ini melibatkan setiap orang. Setiap orang yang di mana? Maka siapapun
harus mengatakan setiap orang yang ada di dunia ini, sebab ini terkait Kasih
Allah kepada DUNIA. Tak peduli apapun
keyakinan manusia di pulau-pulau lain, di benua- benua lain, dalam keyakinan
seperti apapun dan dalam idelologi apapun,
teks Yohanes 3:16 adalah teks yang diberlakukan oleh Allah Sang Bapa kepada Dunia (bandingkan dengan
Yohanes 1:9-11) yang memiliki konsekuensi: “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Tidak
ada sedikitpun, Allah Sang Bapa sedang memberikan alternatif lain kepada DUNIA.
Absolut harus percaya kepada Anak, jika tidak ingin binasa.
Dan
sebagaimana Allah Sang Bapa telah
menyatakan ultimatum kasih-Nya kepada DUNIA beserta konsekuensinya. Maka demikian juga dengan
Sang Anak pun menyatakan hal yang sama:
Yohanes
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Ini
senada dengan deklarasi Bapa: supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Jika
Bapa berkata kepada dunia, maka Yesus ketika berkata “barangsiapa yang percaya” maka pasti ditujukan kepada setiap orang di dunia ini
sekalipun Yesus sedang berkata-kata kepada sejumlah manusia pada populasi
tertentu dalam geografis yang terbatas. Terkait hal ini, perhatikan teks-teks kitab suci berikut ini untuk dapat lebih
memahaminya:
Lukas
2:8-11,13- (8) Di
daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di
padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba
berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar
meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.(10) Lalu kata
malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: (11) Hari
ini
telah lahir bagimu Juruselamat,
yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
... (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan
malaikat itu sejumlah besar bala tentara
sorga yang memuji Allah, katanya: (14) Kemuliaan
bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya. (15)
Setelah
malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada
yang lain: "Marilah kita pergi ke
Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
Teks
Lukas ini luar biasa, sama luar biasanya dengan Yohanes 3:16. Apa yang
dideklarasikan oleh para bala tentara sorga dan Bapa secara tegas menyatakan
“Di Bethlehem Kepada Seluruh Manusia Bumi.” Lahir di kota Daud untuk semua
penduduk bumi, bahwa jika manusia berkenan kepadanya maka damai sejahtera,
hanya yang berkenan/menerimanya saja maka damai sejahterah ada! Selaras dengan
Yohanes 3:16 dan Yohanes 6:47 yang saya sajikan sebagai teks-teks peninjau!
Lahirnya
Yesus di Bethlehem dan pelayanan Yesus pada geografi terbatas dan dalam
interaksi populasi kecil dari total
populasi penduduk bumi, sama sekali tidak membuat pola keselamatan dari Tuhan
menjadi 2 macam atau bermacam-macam. Sebuah ketunggalan dalam bagaimana
keselamatan itu datang telah ditetapkan oleh
Allah: “damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas
8:14). Allah pencipta langit dan bumi, Allah pencipta segala ras manusia tidak
mengenal diferensiasi pada kemutlakan bagaimana keselamatan yang dari diri-Nya
itu datang kepada manusia-manusia di bumi.
Sehingga
Yesus pun menggunakan klaim-klaim DUNIA terkait kepada siapa keselamatan dari
dirinya harus sampai:
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yohanes
11:25-26 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang
percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan
hal ini?"
Yohanes
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Apa
yang baru saja kita baca, dapat dikatakan sebuah kemutlakan bagaimana diri
Yesus adalah kunci keselamatan satu-satunya bagi setiap manusia di dunia, tidak
peduli bahwa saat Yesus berkata
demikian, Yesus hanya berada di satu titik pada bola dunia, pada sebuah populasi
tertentu. Tak peduli apakah
pendudukan pada belahan bola dunia tidak
dapat melihat dan mendegarkannya, Yesus tetap berkata “Akulah terang dunia.”
Tepat seperti peristiwa yang dicatat dalam Injil Lukas 2, sekalipun Yesus lahir di Bethlehem dan berita baik itu hanya
dikabarkan kepada kawanan gembala
ternak, malaikat berkata:
a.Untuk
seluruh bangsa – Lukas 2:10
b.damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya –Lukas
2:14
Sekarang, perhatikan berikut ini:
Markus
11:15-18 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus
masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di
halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang
melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah
ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah
doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang
penyamun!"
Yohanes
17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Yohanes
17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Tiga
teks ini menarik, sebab sedang membicarakan
hal yang MELAMPAUI BATASAN GEOGRAFIS, MELAMPAUI BATASAN ETNIK, MELAMPAUI
BATASAN WAKTU KEKINIAN ERA YESUS, dan yang terpenting adalah TAK
MEMPERHITUNGKAN PADA APAPUN YANG
DIYAKINI SESEORANG, sangat mutlak untuk disampaikan pemberitaan kedatangan dan
keselamatan dalam diri Yesus ke seluruh dunia: “supaya dunia percaya
bahwa Allah yang mengutus Yesus.”
Allah
pencipta langit dan bumi, Pencipta seluruh ras
manusia menghendaki agar dunia percaya bahwa Allah mengutus Yesus. Yesus
itu datang bukan untuk ras tertentu, untuk geografis tertentu dan bukan
dihadirkan sebagai salah satu alternatif yang bagaimanapun. Kehendak Allah agar
dunia percaya sehingga menjadi diselamatkan atau tidak binasa. TENTU ketika bicara menjadi percaya kepada Yesus maka tidak dapat dipisahkan
bagaimanakah seharusnya kehidupan seorang yang percaya DI DALAM Kristus.
Anda dapat melihat penjelasan-penjelasan ini pada tautan-tautan
yang saja sengaja hadirkan pada bagian1.
Sehingga
ketika pendeta Erastus Sabdono
mengajukan 2 eksepsi di atas tadi, merupakan 2 hal yang tidak memiliki dasar
pada Kitab suci, bahkan secara frontal melawan pernyataan Bapa, melawan pernyataan Yesus. Sebuah eksepsi
yang sangat menantang kebenaran yang datang dari Tuhan!
Bahkan
pendeta Erastus terlampau berani memelintirkan
salah satu bagian dari Epistel Rasul Paulus: “Demikian pula dengan kualitas keselamatan yang dimiliki masing-masing.
Pengertian keselamatannya pun juga berbeda. Bagi mereka yang mendengar Injil
keselamatan ditentukan oleh sikapnya terhadap karya Kristus, tetapi mereka yang
tidak mendengar Injil ditentukan oleh kebaikan hati nuraninya (Rom 2:11-16)”,
menjadikannya fondasi untuk meyatakan adanya
pola keselamatan yang berbeda.
Sekarang
mari kita baca Roma 2:11-16: “Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab
semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan
semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah,
tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Apabila
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri
melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki
hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab
dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam
hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela.”
Teks
ini sama sekali tidak dapat dijadikan dasar adanya sebuah opsi lain atau
alternatif lain bagi keselamatan yang datang dari Tuhan; tidak sama sekali
dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa keselamatan hanya ada pada diri
Yesus Kristus, tidak bersifat eksklusif. Apalagi untuk digunakan sebagai dasar
untuk menyatakan: “tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang
yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan
kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda.”
Pernyataan
semacam ini sungguh menyesatkan, bukan karena saya menyatakannya, namun
oleh rasul Paulus sendiri yang menyatkan bahwa:
YESUS
ADALAH SANG HAKIM UNIVERSAL/SEGENAP MANUSIA:
Roma
2:16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia,
oleh Kristus
Yesus.
Ketika
pendeta Erastus membangun asumsi berdasarkan Roma 2:11-16 sebagai dasar untuk menyatakan “tidak boleh menggunakan
pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang
tidak mendengar Injil.” Pada
faktanya, Yesus adalah hakim bagi semua manusia. Jika Yesus menjadi hakimnya, termasuk bagi
mereka yang tidak mengimani Yesus,
maka seharusnya menjadi dasar untuk
menyatakan bahwa polakeselamatan dari
Tuhan adalah tunggal. Yesus adalah hakim baik bagi yang memiliki taurat dan
yang tidak memilikinya.
Memang
Paulus, pada Roma 2 tersebut ada menulis demikian:
“Apabila bangsa-bangsa
lain yang tidak memiliki hukum
Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum
Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri
mereka sendiri.”
Namun,
apakah ini sedang membicarakan kualitas keselamatan yang lain sama sekali
dengan Injil? TIDAK SAMA SEKALI! Bagian
teks tersebut bukan seperti yang dimaksudkan oleh pendeta Erastus Sabdono,
sebab itu secara langsung berlawanan dengan maksud penulis epistel ini, Paulus:
“Sebab dengan itu mereka menunjukkan,
bahwa isi
hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka
turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”
Peristiwa
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum taurat namun melakukannya, hanya menunjukan bahwa pada mereka ada
sebuah hakim, yaitu Taurat, menghakimi kehendak-kehendak yang berlawanan dengan
tuntutan taurat pada hati mereka: “dan
suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling
membela.”
Jadi
sebagaimana Israel yang memiliki hukum Taurat akan dihakimi oleh taurat itu
sendiri, maka pada bangsa-bangsa lain yang tak memiliki namun berlangsung sebuah kinerja taurat dalam hati
mereka, pun kinerja taurat dalam hati mereka adalah hakim yang menghakimi
mereka.
Jadi
dapat dikatakan bahwa Paulus menjelaskan bahwa pada bangsa-bangsa lain, Taurat
pun dapat menjadi hakim sebagaimana pada Israel!
Jadi bukan sama
sekali ada sebuah
perbedaan kualitas keselamatan, sebaliknya sama! Yang tak memiliki hukum
Taurat diperlakukan sama dengan yang
memiliki hukum Taurat. Dan ini seharusnya adalah kabar yang menggemparkan! Yang
menegaskan betapa Yesus Juruselamat harus diberitakan kepada setiap yang belum
mengenal Yesus Kristus, sehingga setiap
orang memiliki kesempatan untuk menerima atau menolak berita baik itu. Bukan
malah membiarkan saja sebab dikatakan ada pola keselamatan lain! Bukan
malah menyimpulkan ada pola keselamatan
berbeda dan oleh sebab itu “ada keselamatan” juga pada mereka yang di luar
Kristen, dalam sudut pandang Alkitab.
Dan ini ajaran yang sangat menyesatkan sebab, bahkan sekalipun mengutip ajaran
Paulus tersebut, tidak sedang mendukung ajaran pendeta Erastus, bahkan menyelewengkan
ajaran Paulus terkait kemutlakan Yesus demi mengusung pengajaran diri sendiri
yang mengabaikan Kristus!
Perhatikan
baik-baik! Jika Paulus memosisikan bahwa bangsa-bangsa lain yang tak memiliki Taurat
diperlakukan sebagai memiliki karena ada tertulis didalam hati mereka,
sebagaimana Paulus nyatakan:
Roma
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
maka
pertanyaannya: mampukah manusia melakukan tuntutan hukum Taurat? Mampukah
manusia MENGGENAPI TUNTUTAN HUKUM TAURAT DALAM KEHENDAK YESUS “TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU” Jawabnya:
TIDAK ADA. Saya sudah menjelaskan secara sangat khusus perihal ini pada bagian sebelumnya, anda perlu membacanya
untuk memahaminya.
Epistel Roma pada bagian yang dikutip oleh pendeta Erastus tidak boleh diartikan
sebagai adanya “kualitas keselamatan” lain oleh sebab: PAULUS MENYAMAKAN MEREKA
YANG TIDAK MEMILIKI TAURAT NAMUN OLEH DORONGAN DIRI SENDIRI sebagai SAMA DENGAN
ORANG-ORANG TELAH BERSUNAT.
Dan
Paulus sudah menyatakan bahwa Hukum Taurat hanya berguna mendatangkan
keselamatan bila ditaati, tidak
ada ruang untuk tidak taat!
Roma
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika
engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
Teks
ini memang masih dalam komparasi dengan
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki sunat lahiriah namun oleh karena
melakukan tuntutan Taurat diperlakukan sama sebagai yang bersunat walau tak
lahiriah. Dengan kata lain, bangsa-bangsa lain dapat dikatakan sebagai Israel
rohani yang menerima Taurat juga. Paulus sedang menekankan bagaimana
seorang yang berada dibawah Taurat, seharusnya
hidup dalam sebuah kepatuhan yang segenap jiwa bukan STATUS belaka yang miskin
kepatuhan atau ketaatan. Ini bukan tentang keselamatan dalam pola yang lain!
Ini tentang kemutlakan bahwa siapapun manusia harus atau mutlak taat kepada apa
yang menjadi ketentuan hukum Tuhan, jika ternyata pada bangsa lain hal itu
dijumpai maka bangsa lain tersebut diperhitungkan sebagai bersunat, dan dengan
demikian tuntutan hukum Taurat pun akan Tuhan perhitungkan kepada mereka,
seolah mereka adalah Israel itu sendiri.
Orang Israel
diharapkan menjadi pendidik bagi bangsa-bangsa lain:
Roma
2:17-23 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum
Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan
oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik
dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta
dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang
bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum
Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi,
bagaimanakah
engkau yang mengajar orang lain, tidakkah
engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan
mencuri," mengapa engkau sendiri
mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah?
Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa
engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum
Taurat, mengapa engkau sendiri menghina
Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?
Seharusnya
Israel adalah penuntun, terang, pendidik dan pengajar. Perhatikan bahwa Kebenaran dalam hukum Taurat harus juga
disampaikan kepada bangsa-bangsa lain. Sayangnya, mereka, Israel, justru menjadi
pelanggar utama hukum Taurat sekalipun mereka diajar dalam hukum Taurat. Mereka
menjadi tak pantas untuk mengajar bangsa-bangsa lain, oleh sebab tak ada satu
kepantasan di mata bangsa-bangsa lain terhadap diri mereka, sebaliknya oleh
karena perilaku mereka yang menjijikan, Allah dihina oleh bangsa-bangsa lain:
Roma
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat
di antara bangsa-bangsa lain."
Allah
menghendaki, semua bangsa mengenal kebenaran yang telah diterima oleh Israel!
Allah menghendaki dari bangsa Israel menjadi para penggenap hukum Taurat
sehingga semua bangsa dapat dididik dan diajar.
Bukannya menjadi para penggenap, namun menjadi para pelanggar (Roma
2:21-22).
Sampai
Yesus Kristus lahir dan menyatakan dirinya menjadi PENGGENAP HUKUM TAURAT
(Matius 5:17) maka apa yang tak dapat dilakukan oleh bangsa Israel telah
dilakukan secara sempurna oleh Yesus
Kristus! Itu sebabnya rasul Paulus pada Roma
2:16 menyatakan Yesus sebagai hakim
bagi semua manusia, apakah mereka memiliki hukum Taurat atau tidak
memilikinya. Dan Paulus pun menuliskan:
Roma
2:11-12 Sebab Allah tidak memandang
bulu. Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan
binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan
dihakimi oleh hukum Taurat.
Perhatikan
teks ini HANYA mengenai SEMUA MANUSIA
yang berdosa baik DENGAN hukum
Taurat dan TANPA hukum taurat. Pada keduanya, manusia-manusia berdosa akan
berujung pada BINASA. Adakah manusia yang tak berdosa? Jika anda
meneruskan pembacaan Roma 2 hingga memasuki Roma 3, maka kita tahu jawabnya:
Roma
3:10 seperti ada tertulis: "Tidak
ada yang benar, seorangpun tidak.
Roma
2 yang dikutip oleh pendeta Erastus Sabdono tidak sedang membicarakan adanya kemungkinan lain bagi keselamatan,
sebab Paulus sendiri berkata tidak ada
yang benar. Dan jika Paulus sudah menyamakan bangsa-bangsa
lain tanpa hukum Taurat namun oleh dorongan diri sendiri melakukannya sebagai juga bersunat (Roma
2:26) maka pada bangsa-bangsa lain itu, juga harus berlaku:
Roma
3:20 Sebab tidak seorangpun yang
dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa.
Sehingga,
pengajaran pendeta Erastus Sabdono pada paragraf 8 Berkenaan dengan hal tersebut, kita tidak boleh menggunakan
pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang
tidak mendengar Injil, dengan menggunakan Roma 2 sebagai dasarnya, telah
dibuktikan sendiri oleh Rasul Paulus sebagai sebuah kesalahan fatal yang sangat
menyesatkan.
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada
TUHAN
Keterangan terkait situs gereja GBI Rhema Australia:
Gereja GBI Rhema
Australia yang situsnya menjadi sumber primer tinjauan ini, adalah gereja yang berjejaring dengan Rehobot
Ministry, pimpina pendeta Erastus Sabdono:
Sumber-sumber atau koleksi pengajaran pendeta Erastus Sabdono baik dalam bentuk audio maupun sudah dituliskan:
No comments:
Post a Comment