Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Di luar Kristen” (1B)”
Pada paragraf 9 berikut ini, sementara pendeta
Erastus Sabdono membuat pernyataan “semua orang di luar Kristen pasti masuk
neraka” dikatakan olehnya sebagai perumusan manusia berdasarkan sebuah dalih,
sebaliknya kita akan menemukan bahwa itu adalah
argumentasi yang sangat salah secara fatal. Mari, terlebih dahulu, kita membaca paragraf
tersebut:
paragraf 9:
Banyak orang Kristen dengan dalih bahwa
perbuatan manusia tidak menyelamatkan lalu mulai merumuskan bahwa semua orang
di luar Kristen pasti masuk neraka. Perbuatan baik memang tidak
menyelamatkan, tetapi itu hanya berlaku bagi mereka yang mendengar Injil
(keselamatan mereka tergantung sikapnya terhadap karya Kristus). Bagi orang
yang tidak mendengar Injil, perbuatan baik merupakan ukuran dalam penghakiman
nanti. Penghakiman itu akan menjadi ukuran apakah seseorang diperkenan masuk
dunia yang akan datang atau binasa di dalam lautan api. Penghakiman terjadi
atas manusia sesuai dengan perbuatannya.
Ketika
dikatakan: “Banyak orang Kristen dengan dalih bahwa perbuatan
manusia tidak menyelamatkan lalu mulai
merumuskan bahwa semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka.” Maka
ada 2 pertanyaan mendasar yang harus dijawab:
(1)Benarkah “perbuatan manusia tidak
menyelamatkan” merupakan dalih belaka?
(2)Benarkah “semua orang di luar Kristen pasti
masuk neraka” merupakan rumusan manusia?
Sekarang kita harus membuka
Alkitab kita. Benarkah Alkitab
mendukung dua hal yang sedang dituduhkan tersebut?
(1).Benarkah Perjanjian Baru
menyatakan “perbuatan manusia tidak menyelamatkan? Namun hanya Iman!
Pandangan Injil,
Yesus Kristus dan para rasul: dalam Injil, kita
akan menemukan bahwa iman menjadi
sentral segala kebaikan dan segala jawaban atas pengharapan manusia, termasuk
keselamatan atau hidup kekal bersama dengan Bapa. Dan Yesus secara khusus
menempatkan iman, dan bukan perbuatan, sebagai sumber tunggal segala kebaikan, dan sumber segala jawaban
atas pengharapan manusia. Iman manusia kepada dirinya,
sebagai sumber segala kebaikan dan sumber segala jawaban atas
pengharapan; iman merupakan satu-satunya
hal terpenting yang disampaikan kepada manusia:
Lukas
7:48-50 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." Dan mereka, yang duduk makan
bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia
dapat mengampuni dosa?" Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah
menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
Matius
8:5-13 Ketika Yesus
masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: Tuan, hambaku terbaring di rumah
karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita. Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."
Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan
di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku
berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada
seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah
ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu,
heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya iman sebesar
ini tidak
pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel....
(13) Lalu Yesus berkata
kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah
kepadamu seperti yang engkau percaya."
Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
Matius
9:20-22 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas
tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari
belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya:
"Asal kujamah saja
jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
Tiga
dari banyak peristiwa dalam Injil, yang saya sajikan sebagai contoh untuk
menyatakan, bahwa baik Injil dan tentu saja
Yesus Kristus memang sama sekali tidak pernah menyebutkan sama sekali
elemen perbuatan baik pada peristiwa
keselamatan seorang manusia. Bahkan keselamatan yang menentukan bagaimana
keadaan manusia pada akhirnya atau pada
kesudahan hidupnya, sebagaimana dalam peristiwa seorang non Israel, seorang
yang bukan menjadi obyek khusus kasih yang begitu besar dari Allah (bandingkan
Yohanes 1:11). Ketika Yesus berkata “tidak pernah aku jumpai pada seorangpun diantara orang
Israel” terkait “iman sebesar ini,” haruslah dipandang bahwa keselamatan pada sebuah kaum pilihan hanya akan tergenapi ketika kaum pilihan itu
menerima dan percaya kepadanya. Dan, Yohanes 1:12
telah menegaskan hal itu, dan peristiwa
seorang prajurit-seorang non Israel yang beriman begitu besar merupakan representasi Yohanes
1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Yesus
sendiri, pada peristiwa keberimanan seorang non Yahudi ini, tidak berhenti sampai sekedar memujinya,
namun mengaitkannya pada kesudahan orang yang beriman kepada Yesus itu, dan bagaimana keselamatan di dalam Kristus
itu tidak hilang. Atau tidak juga berhenti
ketika Yesus tidak menemukan iman yang hebat pada bangsanya sendiri;
keselamatan di dalam Kristus itu nyatanya terus bergerak menjamah bangsa-bangsa
lain; bangsa-bangsa lain itu mengalami
keselamatan oleh karena mereka percaya kepada Yesus, bukan karena apa yang telah
dilakukan atau apa yang telah dicapainya, sebagaimana prajurit itu:
Matius
8:11-12 Aku berkata kepadamu: Banyak
orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan
Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak
Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah
akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Banyak
orang, bukan semua orang. Dan Yesus tidak mengatakan sedikitpun, "mengapa
mereka yang merupakan orang-orang
masa depan - bukan orang-orang masa Yesus (perhatikan “banyak orang
AKAN datang”) yang KELAK akan
dapat menjadi percaya, DAPAT makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub DI SORGA?!" Nama-nama
“Abraham, Ishak, dan Yakub” adalah
tokoh-tokoh teramat penting dalam Perjanjian Lama dan dalam sejarah keselamatan
yang datang dari dan diadakan oleh Allah. Yesus tidak memberitahukan mengapa
orang-orang masa depan yang NON YAHUDI itu bisa berada di Sorga, namun
jelas Yesus baru saja menyatakan
ketakjubannya terhadap seorang NON YAHUDI yang BERIMAN kepada DIRINYA. Inilah yang
menjadi dasar Yesus berkata mengenai sebuah MASA DEPAN orang-orang NON YAHUDI
yang akan datang- yang akan dapat beriman. Yesus sudah melihat terlebih dahulu dalam sebuah kepastian bahwa
akan banyak dari mereka (NON YAHUDI) dari seluruh dunia yang akan masuk menjadi percaya
kepadanya dan BERADA DI SORGA. [Mengapa manusia dapat menjadi percaya atau beriman kepada Yesus? Penjelasannya dapat ditemukan pada "Tinjauan Bagian 1E"]
Prajurit
yang NON YAHUDI itu, jelas, bukan sama sekali
yang menerima dan memilliki hukum-hukum Tuhan, apalagi
perjanjian-perjanjian keselamatan yang telah disampaikan kepada para nabi
bangsa Yahudi sejak zaman purba, namun kita melihat, oleh percayanya kepada
Yesus, dia menerima sebuah pujian dari Yesus, dan itu berarti dia telah
diperhitungkan sebagai yang telah menerima jawaban atas permohonannya oleh Yesus, sekalipun bukan seorang Yahudi,
sekalipun bukan seorang yang menerima hukum Taurat, dan sekalipun bukan orang
yang merupakan bagian dari sebuah bangsa yang telah menerima, mempercayai dan
menantikan kegenapan janji-janji keselamatan melalui tokoh-tokoh yang telah
Allah pilih:
Ibrani
11:17-21 Karena iman maka Abraham,
tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu,
rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan:
"Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."
Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun
dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Karena iman maka Ishak,
sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena
iman maka Yakub, ketika hampir
waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil
bersandar pada kepala tongkatnya.
(bandingkan
dengan Ibrani 1:1-2, Bilangan 12:6, Bilangan 12:8, Yohanes 9:29, Kisah Para
Rasul 3:21)
Dia
telah menikmatinya secara dahsyat dan ajaib.
Satu
konsistensi Allah yang tak terbendung. Kepada
tokoh-tokoh pilihan yang melahirkan umat pilihan, melahirkan sebuah
bangsa pilihan. Iman kepada Allah dan segenap janji-janjinya adalah
satu-satunya faktor yang dicatat dalam sejarah keselamatan yang diselenggarakan
oleh Allah. Maka, pun demikian kita telah
melihat, ketika sejarah keselamatan itu datang pada kulminasinya dalam diri
Yesus Kristus – Allah Sang Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:1,14) masuk
dalam sejarah perjalanan keselamatan yang telah Allah tuliskan sejak
semula pada bangsa Yahudi, ketika
bergerak keluar menjamah bangsa-bangsa
non Yahudi, maka IMAN menjadi satu-satunya faktor yang
diperhitungkan Allah kepada bangsa non Yahudi, seperti pada prajurit tadi.
PENTING
untuk diperhatikan, bahwa kematiannya bukan hanya untuk bangsa Yahudi, SEJAK MULANYA! Namun, juga bagi
bangsa-bangsa NON Yahudi yang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus atau untuk anak-anak Allah:
Yohanes
11:51-52 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai
Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk
bangsa itu saja, tetapi juga
untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Bukan
untuk bangsa Israel saja, tetapi juga
untuk bangsa-bangsa lain-lain seperti prajurit tadi. Yesus mati untuk “orang-orang beriman atau anak-anak Allah yang akan datang,”
sehingga bisa ada di sorga, sehingga
bisa duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di SORGA. Jika
penyaliban, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga untuk duduk di sebalah kanan Allah,
tidak diperhitungkan terhadap bangsa-bangsa non Yahudi atau anak-anak Allah non Yahudi di segenap penjuru
dunia, maka mustahil Yesus berkata sebagaimana di Matius 8:11-12 tadi.
Iman
atau percaya kepada Allah dan kepada
segenap janji-janjinya, janji keselamatan yang hanya tergenapi di dalam Yesus
Kristus, memang hal yang sangat vital.
Percaya kepada Yesus Kristus dan kemudian menjadi orang-orang percaya atau
anak-anak Allah, bukan sesuatu yang dapat lahir dengan sendirinya dari diri
manusia itu. Mari kita perhatikan bagaimana rasul Yohanes mengatakan hal ini:
Yohanes
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Yohanes
Pembaptis, bahkan mempunyai tugas pokok untuk membuat semua pendengarnya
PERCAYA kepada Yesus Kristus:
Yohanes
1:7 ia
datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu,
supaya oleh dia semua orang
menjadi percaya. (siapa terang itu? Yohanes 1:2-5).
Yohanes
1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus
memberi kesaksian tentang terang itu.
Tugas
Yohanes Pembaptis, memberitakan Yesus Kristus yang sudah datang agar semua orang
menjadi percaya kepadanya. Yohanes tidak memberitakan apa yang harus diperbuat
manusia terkait ketentuan-ketentuan pada hukum Taurat, sama sekali tidak! Bukan
sekedar menjadi penting oleh karena apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.
Namun yang teragung adalah: “beriman kepada
Yesus” menjadi kemutlakan, karena
perihal
pekerjaan Yohanes Pembaptis ini telah sejak lama dinubuatkan jauh sebelumnya harus terjadi,
sebagaimana dikatakan oleh Yohanes Pembaptis sendiri ketika menjelaskan
siapakah dirinya:
Yohanes
1:22-23 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah
engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus
kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah
suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!
seperti yang
telah dikatakan nabi Yesaya."
Tugas
Yohanes Pembaptis untuk memberitakan Yesus,
supaya oleh pemberitaan injil-kabar baik, orang yang mendengar dapat
menjadi percaya karenanya. Dan Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa dirinya
adalah sebagaimana yang telah dikatakan oleh nabi Yesaya:
Yesaya
40:3 Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah
di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara
jalan raya bagi Allah kita!
Bandingkan
hal ini dengan:
Matius
1:1-3 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan
memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan
nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru
di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan
bagi-Nya."
Markus
1:1-4 Inilah permulaan Injil
tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi
Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau,
ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di
padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya",
demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan:
"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni
dosamu."
PERMULAAN
INJIL tentang Yesus Kristus, Anak Allah
atau Allah Sang Firman yang telah menjadi manusia, pada pokoknya telah
ditemukan dan dikumandangkan oleh NABI YESAYA! Dan PERMULAAN INJIL dimulai dengan pemberitaan kedatangan Sang
Mesias UNTUK DIPERCAYAI sekalipun belum nampak dalam pandangan mata! Percaya
atau beriman pada dia yang belum datang
kepada Yohanes Pembaptis sendiri, adalah
jantung Injil itu sendiri. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang
dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama lainnya bernama Yesaya sebagai “PEMBERITA
DIA” sementara dia yang diberitakan itu
sendiri belum menampilkan dirinya, bahkan kepadanya sendiri!
Perhatikan!
Yohanes Pembaptis bahkan belum mengetahui siapakah dia sesungguhnya yang
diberitakannya itu. Namun dia tahu pasti
dan PERCAYA bahwa apa yang dikerjakannya adalah benar dan merupakan
kehendak Allah itu sendiri, sebagaimana telah dinubuatkan sejak lama sekali
oleh nabi Yesaya. Sehingga lahirlah perkataan yang luar biasa ini:
Yohanes
1:26-27 Yohanes menjawab mereka,
katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu
berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari
padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak."
Belum
berjumpa dan belum mengenal secara personal. Masih menantikan, belum berjumpa
secara langsung, namun percaya kepada dia yang masih
dinantikan dalam sebuah iman yang sangat mulia. Inilah tugas Yohanes Pembaptis
itu, memberitakan dia kepada semua orang pendengarnya untuk percaya kepada dia
yang bahkan belum dapat ditunjuknya secara langsung, sebab dirinya pun belum
mengalami perjumpaan secara langsung, bertatap muka. Tak pernah bertatap muka
namun berkata bagaikan sangat mengenal siapa dia sesungguhnya! Percaya,
itulah yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis, dan itulah yang dimintanya kepada
para pendengarnya, sementara
dia yang dinantikan belum juga datang!
Baru
pada keesokan harinya, dia yang diberitakannya dan dia yang dinantikannya juga
menghadirkan dirinya dihadapannya:
Yohanes
1:29-31 Pada keesokan harinya
Yohanes melihat Yesus datang
kepadanya dan ia berkata:
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika
kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku,
sebab Dia
telah ada sebelum aku. Dan aku
sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku
datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."
Yohanes
Pembaptis sejak semula TIDAK MENGENAL namun PERCAYA, BELUM berjumpa sama sekali,
namun percaya bahwa pemberitaannya adalah benar, sebab dia tahu untuk apa dia
ada di dunia ini: “untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan
kepada Israel.” Belum melihat namun percaya sehingga
melakukan sebagaimana dikehendaki Allah. Perhatikan, PERCAYA
SEHINGGA MELAKUKAN, selalu demikian sejarah keselamatan dari Tuhan sejak pada
Perjanjian Lama. Tidak mungkin melakukan jika tidak percaya. Percaya kepada-Nya
adalah kunci kehidupan dari Tuhan untuk
berlangsung di dalam diri seorang percaya.
Karena percaya, maka Yohanes dapat berkata “Dia telah ada sebelum aku.” Sementara secara kelahiran, Yohanes Pembaptis
lebih dahulu hadir dalam kandungan ibunya dibandingkan dengan Yesus sendiri
(Lukas 1:35-36), dapat dikatakan Yohanes Pembaptis sedang membicarakan Yesus
sebagaimana Yohanes 1:1-2, sebab secara kelahiran, Yohanes Pembaptis lebih
dahulu ada sebelum dia yang sedang diberitakannya. Bandingkan dengan perkataan
Yesus berikut ini, terkait dengan “Dia telah ada sebelum aku”:
Matius
13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku
mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang
tersembunyi sejak dunia dijadikan."
Bagaimana dengan
Yesus sendiri? Apakah Ia sendiri ada memosisikan iman kepada dirinya atau percaya
kepadanya merupakan hal yang sangat mutlak, yang jika
tidak beriman kepadanya akan mengakibatkan hal yang sangat mematikan atau tak
terampuni?
Mari
kita perhatikan perkataan Yesus berikut ini:
Yohanes
8:24 Karena
itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu
tidak percaya, bahwa Akulah Dia,kamu akan mati dalam dosamu."
Apa
yang dimaksud dengan “karena itu tadi Aku berkata kepadamu?” Ini pasti
terkait keharusan percaya kepadanya, jika
tidak akan mati. Karena dinilai oleh Yesus Kristus, ketidakpercayaan kepadanya
sebagai sebuah dosa yang tak akan terhapuskan
kecuali percaya. Perhatikan perkataan-perkataan Yesus SEBELUMNYA:
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah
terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yohanes
8:21 Maka Yesus berkata pula
kepada orang banyak: "Aku akan
pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu
akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang."
Ada
KEMUSTAHILAN bagi siapapun manusia untuk luput dari kematian, JIKA terlepas dari
Yesus Kristus. MENGAPA? Sebab Yesus MENAUTKAN
kedapatan seseorang berada di sorga dengan PERCAYA kepadanya dalam sebuah
kemutlakan. Mari perhatikan berikut ini:
a.Pertama,
Yesus menautkan bahwa mengikut
dia sebagai akibat percaya akan memberikan kehidupan, menyingkirkan kegelapan (
Yohanes 8:12)
b.Kedua,
mengikut dia bukan sekedar atau tidak boleh dipahami sebagai kepengikutan di
dunia ini saja, namun ini terkait pada kekekalan. Perhatikan,Yesus berkata “Aku akan pergi..... ke tempat
Aku pergi, TIDAK MUNGKIN kamu datang” (Yohanes 8:21). Perkataan Yesus ini, menutup sebuah
kemungkinan keselamatan alternatif atau pola keselamatan lain yang
bagaimanapun, sebab ke Sorga atau UNTUK TIDAK MATI DALAM DOSA, mutlak terkait dengan
MENGIKUT DIRINYA, bukan mengikut apapun yang lain! Yesus berkata TIDAK MUNGKIN
bagi yang lain, bagi segala jalan keselamatan untuk dapat terjadi, tanpa dirinya.
c.Ketiga,
vitalitas dirinya sebagai satu-satunya pribadi yang harus dipercayai dan harus
diikuti agar memiliki hidup dan agar supaya berada di tempat di mana
Yesus berada, telah membuat sebuah penolakan terhadap dirinya menghasilkan sebuah kepastian di
dalam tangan maut: “kamu akan mati di
dalam dosamu jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia.”
Itu
sebabnya, dalam perkara ini, dia menyingkapkan keberasalan dirinya dalam sebuah
cara yang sukar untuk dipahami:
Yohanes
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia
ini, Aku bukan dari dunia ini.
Untuk
menunjukan bahwa dia bukan saja kredibel untuk berkata demikian, namun memang
sejatinya, dunia ini bukanlah asalnya! Dan dengan demikian memang dia sangat
tahu apa yang sedang dikatakannya.
Sementara Yesus berkata demikian, para pendengarnya
menilai Yesus sedang berbicara perihal
bunuh diri (Yohanes 8:22).
Pada
titik ini, Yesus berkata “tidak ada
gunanya lagi aku berkata kepadamu.” Apakah gunanya berkata lagi, jika
dirinya saja tidak lagi dipercayai?
Yohanes
8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus
kepada mereka: "Apakah gunanya
lagi Aku berbicara dengan kamu?
Percaya
kepada dirinya, dalam sebuah percaya
akan kemuliaan pada dirinya, yang telah dikatakannya sendiri, dan sebagaimana Bapa pun sendiri telah menyatakan (Yohanes
8:26), adalah MUTLAK. Yesus, ANAK MANUSIA itu harus mereka tinggikan sedemikian
rupa:
Yohanes
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia,
barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan
Bapa kepada-Ku.”
Bandingkan dengan:
Yohanes
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh
hidup yang kekal.
Percaya kepada
Yesus adalah faktor tunggal terhadap
keselamatan, tidak ada tambahan apapun. Rasul Yohanes
juga berkata, PERCAYA senantiasa berpasangan dengan KETAATAN. Inilah percaya menurut Injil dan inilah
keselamatan menurut Injil:
Yohanes
3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi
barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di
atasnya."
Sekarang,
jika Yesus berkata mengenai Iman yang berpasangan dengan ketaatan,maka memang
itu menunjukan bahwa Iman kepada Yesus melahirkan sebuah kehidupan yang berasal
dari Allah (Yohanes 1:4), tanpa sebuah kehidupan yang demikian, maka pengakuan
di mulut tanpa kehidupan yang selaras di sepanjang perjalanan hidupnya sebagai
pengaku percaya kepada Kristus, hanya menjadikan percaya yang demikian adalah
palsu atau bukan sebuah kehidupan Kristen yang sejati.
Dan
terhadap perihal itu, Yesus berkata hal yang sama. Iman kepadanya adalah faktor tunggal keselamatan, dan percaya
kepada dia melahirkan sebuah pengikutan terhadap dia yang akan melahirkan kehidupan yang baru. Mari perhatikan hal ini:
Matius
25:31-34 Apabila Anak Manusia datang
dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia
akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala
memisahkan domba dari kambing, Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang
di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak
dunia dijadikan.”
Perhatikan
ayat 34: NIV Then the King will say to those on his right, 'Come, you who are
blessed by my Father; take your inheritance, the kingdom prepared for you since the creation of the
world.
KJ
Then shall the King say unto them on his right hand, Come, ye blessed of my
Father, inherit the kingdom prepared for
you from the foundation of the world:
Aramaic
Bible In Plain English Then The King will say to those who are at his right,
'Come, blessed ones of my Father, inherit the Kingdom that was prepared for you from the foundation of
the universe.'
“telah
disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Bagaimana bisa Yesus
berkata mengenai kerajaan sorga yang disediakan SEJAK DUNIA DIJADIKAN,
sementara belum ada orang percaya, belum terjadi penghakiman terakhir, namun
Yesus sudah berbicara mengenai sorga bagi orang-orang percaya?
Memahami
ini, akan sama dengan mencoba memahami teks bermuatan serupa yang telah lebih dahulu kita ulas: Matius 8:11-12, yang
berbicara mengenai orang-orang percaya AKAN DATANG, namun telah digambarkan oleh
Yesus dalam kepastian makan bersama
dengan Abraham, Ishak dan Yakub, sebagai
PASTI terjadi di MASA MENDATANG!
PERCAYA
atau IMAN, merupakan faktor tunggal yang telah DIKERJAKAN OLEH ALLAH pada orang-orang percaya yang akan datang.
Mereka yang pada dasarnya berada di dalam kegelapan dan tak sanggup mengenal sang
Terang; semua manusia BUTA, harus dibuat dapat mengenal-NYA-percaya kepada-Nya (bandingkan
dengan Yohanes 1:10-11,
Yohanes 3:19, Yohanes 9:39; hanya
ketika Yesus menyingkirkan pangeran kegelapan maka kebutaan dapat disingkirkan melalui
KEMATIANNYA: Yohanes 12:31-33. Itu sebabnya PERCAYA KEPADA DIA MUTLAK DALAM
KESELAMATAN dan KETIDAKPERCAYAAN KEPADANYA MEMAKUKAN KEMATIAN PADA DIRI MANUSIA
YANG TAK PERCAYA- Yohanes 12:46), bahkan sejak
sebelum dosa itu terjadi, sebelum
sang Juruselamat itu dilahirkan, sebelum
perkabaran injil itu berlangsung, dan sebelum
penghakiman terakhir itu berlangsung.
Yesus
pun menggambarkan dirinya sebagai gembala:
Yohanes
10:11 Akulah gembala yang baik.
Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
Yohanes
10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku
mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
Yohanes
10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi
domba-domba-Ku.
Bandingkan
dengan:
Ibrani
13:20 Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah
membawa kembali dari antara orang mati Gembala
Agung segala domba, yaitu Yesus,
Tuhan kita,
1Petrus
2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala
dan pemelihara jiwamu.
Ketika
Yesus berbicara sama seperti gembala
yang memisahkan domba dari kambing. Maka harus diketahui, bahwa domba yang
dibicarakan adalah orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya, sekaligus
adalah domba-domba yang dikenali-Nya,
selain juga sang gembala dikenali oleh para dombanya. Ada sebuah relasi antara
domba dan gembala yang sangat intim. Sebuah pengenalan terhadap Yesus, yang tercermin dalam perilaku hidup orang
beriman sebagaimana digambarkan oleh Yesus dalam MATIUS 25-40. Kalau anda membaca
segala wujud KASIH TERHADAP SESAMA MANUSIA, perhatikan apa yang menjadi
sentralitasnya! Apa yang menjadi SENTRALITASNYA adalah “AKU” atau “YESUS SENDIRI “:
-Ketika
AKU LAPAR ( Mat 25:35)
-Ketika
AKU TELANJANG (Mat 25:36)
-Ketika
AKU ORANG ASING (MAT 25:43)
Yesus
menyebut obyek-obyek KASIH itu sebagai SAUDARAKU PALING HINA (Matius 25:40,45). Apa yang Yesus minta bukanlah hal yang mengada-ada,
sebab DIA sendiri telah mati bagi manusia-manusia yang sangat pantas untuk
mengalami murka Allah (Roma 3:1-6), namun Allah memilih untuk MENGASIHI manusia-manusia tertentu (Yohanes 3:17-18, Roma 8:1-3).
Semua manusia pantas untuk dihakimi, namun Allah dalam sebuah titik sejarah
manusia dalam rencana keselamatan kekalnya, telah masuk dengan mendeklarasikan - telah mewujudkan
kasihnya yang akbar dalam Yohanes 3:16-18. Sekalipun Allah tahu bahwa manusia
itu tidak akan pernah menyukai Yesus Sang Terang: Yohanes 3:19.
Jika
Yesus meminta kepada mereka yang
mengaku orang-orang percaya untuk berbuat kasih kepada salah satu SAUDARA-KU yang paling hina, maka sebetulnya dapat juga dikatakan bahwa kita SEMUA ADALAH orang-orang yang paling hina
itu, NAMUN menerima kasih kemurahan Tuhan, sehingga dibebaskan dari kegelapan
DOSA oleh Anak (Yohanes 8:32,36, Roma 8:2, 1Kor 7:22, Gal 5:1). Yesus telah memberikan kasih yang sangat besar dan tak ada yang dapat disandingkan dengan
kasihnya itu ( Yohanes 15:13).
Yesus tidak pernah
melepaskan perbuatan baik dalam Matius 25:35-43 dengan dirinya. Ini menegaskan
bahwa HANYA DALAM RELASI ISTIMEWA dengannya, hal ini dapat terjadi. Tak akan
terjadi dengan mereka yang terlepas dari Kristus, hal seperti ini:
Matius
25:35 Sebab ketika Aku lapar,
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
Tanpa
anda memiliki relasi dengan Yesus sebagaimana dia kehendaki,
maka hal sebagaimana Yesus katakan,
tidak akan terjadi. Dan perlu
diingat, Kasih adalah perintah yang Yesus
berikan kepada para pengikutnya:
Yohanes
15:12,14 Inilah perintah-Ku,
yaitu supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu. Kamu adalah sahabat-Ku,
jikalau kamu berbuat apa yang
Kuperintahkan kepadamu.
Dan
perhatikan ini:
Matius
22:36 Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Yesus
adalah kasih Allah yang teragung kepada
manusia, dan seorang yang menjadi
percaya kepada Yesus adalah seorang yang sanggup mengasihi sesama manusia, oleh
sebab Dia lebih dulu mengasihi setiap orang percaya:
1Yohanes
4:10-12 Inilah kasih itu: Bukan kita
yang telah mengasihi Allah, tetapi
Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya
sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku
yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada
seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap
di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
1Yohanes
4:19-21 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan
ia membenci saudaranya,
maka
ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya
yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan
perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya.
Dan
dalam Matius 25, Yesus sedang meminta kita berbuat kasih kepada SAUDARANYA yang paling hina, bukan orang yang
asing:
Matius
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku.
Siapakah saudara Yesus?
Maka kita harus memahaminya sebagai orang-orang
yang memiliki relasi dengan Yesus, seperti
seorang domba terhadap gembalanya!
Sehingga
memang konteks 25:41 “Dan Ia akan berkata
juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya” secara ketat ditautkan dengan kehidupan seorang tanpa kasih
yang DIMILIKI OLEH KRISTUS. Orang tak bisa berkoar “aku mengasihi Allah” atau
“aku murid Kristus” tetapi tanpa kehidupan
kasih Kristus. Setiap orang yang didalam dirinya Kristus bersemayam, pastilah
melahirkan dari dalam dirinya tindakan-tindakan kasih, sebagaimana Kristus
gambarkan pada Matius 25:42-45. Dan
orang-orang tanpa Yesus adalah orang-orang yang berada dalam kutuk kematian!
Ini
bukan sedang berbicara mengenai perbuatan derma pada umumnya, ini bukan
kasih para filantropis, ini bukan derma
yang begitu luhurnya di mata manusia, NAMUN, TANPA KRISTUS. Bilamana TANPA
KRISTUS akan mustahil terjadi: “KETIKA AKU LAPAR”, “KETIKA AKU TELANJANG” engkau tidak MEMBERIKAN AKU, dan seterusnya.
Dan
pada akhirnya memang perbuatan-perbuatan
kasih yang semacam ini pun tak akan
pernah dapat dikatakan sebagai sebuah upaya untuk memperjuangkan, mendapatkan
atau mempertahankan keselamatan, sebab Yesus sendiri tak pernah memaksudkannya
demikian!
Dengan
menjawab poin pertama ini, Maka secara pasti kita dapat menjawab:
(2)Benarkah “semua orang di luar
Kristen pasti masuk neraka” merupakan
rumusan manusia?
JAWABNYA: Bukan merupakan rumusan
manusia sama sekali. Sebab Yesus sendiri memang telah
menyatakan secara demikian.
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada
TUHAN
No comments:
Post a Comment