F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (6/40)

Martin Simamora

Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti, Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu,16 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 5

Sangat krusial bagi setiap pembaca Alkitab, apalagi yang mengaku sebagai murid-murid Kristus yang keberimanannya berakar dari semenjak serangkaian janji kedatangan Mesias kepada para nabi-nabi kudus Allah, untuk tak saja mengenal Dia adalah kegenapan apa yang telah dituliskan lebih dahulu oleh para nabi di dalam waktu-Nya di dunia ini dan pada tempat yang dikehendaki-Nya dalam cara yang telah ditetapkan-Nya  terlebih dahulu dalam kekekalan tetapi sekaligus mengenal Ialah satu-satunya yang dapat secara sempurna mewujudkan segala maksud Allah secara  jitu sebagaimana Allah bermaksud dan telah merancangkan-Nya dalam sebuah perwujudan yang tak bergeser sedikitpun sebagaiman hati dan pikiran Allah menghendakinya, dikarenakan pada Yesus bekerja kuasa dan otoritas yang tak sedikitpun berbeda dari Bapa.


Sebelum masuk ke dalam aspek kedua, saya ingin menunjukan bagian dari perjanjian baru yang menunjukan bahwa penggenapan oleh Sang Kristus bukan keimanan historikal belaka atau bagaikan sebuah iman yang ditegakan di atas prasasti purba, sehingga dengan demikian merupakan iman yang dibangun  berdasarkan kenangan untuk pengenangan atau perenungan bagi umat Kristen masa kini, bahwa Sang Firman yang menjadi manusia, dahulu kala sudah berhasil menggenapi kitab suci.


Jika kenangan dan pengenangan  Kristus semacam ini adalah dasar iman, memang benar pengimanan saya dan anda itu, pada saat ini, tak lebih tak bukan sekedar ziarah iman ke era lampau, sebab tak memiliki kekiniannya yang terus hidup, sebab hidupnya Kristus atau pentingnya Kristus bagi umat Kristen masa kini telah berakhir bersamaan dengan genapnya kitab purba itu oleh-Nya, tepat sebagaimana “lenyapnya” Yesus Kristus dari muka bumi ini.

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Oleh: Steven J. Cole

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(3)
 “Lesson 28: Why Obedience Is Not Optional (Luke 6:46-49)”


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu: "bagian 3"

Yesus selanjutnya  menunjukan, dengan perumpamaan  dua orang pembangun rumah, alasan-alasan lebih jauh mengapa ketaatan bukan opsional. Pertama Ia memperlihatkan pentingnya ketaatan dengan sebuah contoh positif, dan kemudian dengan sebuah yang negatif. Ia mengakhiri khotbahnya  secara tajam dan mengejutkan dengan contoh negatif, membuat kita berpikir tentang tayangan tragis sebuah rumah yang dihancurkan oleh banjir.


2.Ketaatan bukan opsional karena itu merupakan fondasi yang akan berdiri tegak dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Lukas 6:47-48).

Pembangun rumah pertama menggambarkan bukan saja orang yang mendengar, tetapi bertindak di atas ucapan-ucapan Yesus. Dia tetap saja mengerjakan hal yang menyusahkan, menggali sedalam-dalamnya tanah hingga ia menyentuh landasan batu. Ia memancangkan pondasinya pada landas batu tersebut, sehingga rumahnya berdiri di atas pondasi yang kokoh. Ketika badai melanda dan banjir melanda rumahnya, tetap berdiri kuat karena rumah itu dibangun baik.

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (5/40)

Martin Simamora

Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti, Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis,14 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “Bagian 4

Kejelasan yang terang benderang, bahwa Yesus Kristus tidak diutus ke dalam dunia ini, oleh Bapa, untuk menjadi corpus delicti bagi orang-orang yang beriman pada Yesus Kristus, bahkan juga dapat dilihat pada pengakuan  orang banyak dalam kekontemporeran Yesus dan pelayanannya di bumi.  Yesus menunjukan dirinya berkuasa dan berdaulat penuh atas iblis, sebuah kontra tajam terhadap pernyataan pendeta Erastus bahwa Allah memiliki problem tak memiliki corpus delicti atau bukti yang kokoh untuk menunjukan kejahatan iblis, sehingga Allah lemah terhadap iblis.


Bukan itu saja, pendeta Dr. Eratus Sabdono telah juga mengajarkan penguasa dunia ini, si iblis, memiliki kemegahan dan kegemilangan  karakter yang begitu kemilau, sehingga Allah begitu tak percaya diri dan begitu meragukan kesempurnaan-Nya sendiri, dalam penghakiman, terhadap mahkluk yang jauh begitu rendah dibandingkan dengan diri-Nya, dan sebetulnya tak mungkin diperbandingkan sebab mana mungkin ada yang dapat menandingi-Nya. 

Alkitab secara khusus Perjanjian Baru telah menunjukan realitas yang benar-benar sebaliknya. Melawan pengajaran pendeta Erastus.

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (4/40)

Martin Simamora

Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti, Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu,13 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “Bagian  3” 

Yesus Kristus Menentang “Ia Menjadi Corpus Delicti”, Ia Berkuasa Dan Menaklukan Pemerintahan Maut

Sebelum anda mempercayai atau menerima kesaksian dari orang lain, termasuk seorang pendeta sekaligus seorang akademisi, mengenai siapakah Kristus dan apalagi terkait apakah yang menjadi tujuan Bapa atas diri Anak dalam pengutusan Anak oleh Bapa ke dalam dunia,  dalam penjelasan yang semacam ini:

“Manusia harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang mebuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum  [halaman 37- “Aturan Main”]” 



Secara khusus pada bagian:

Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum

maka anda harus benar-benar memeriksa kebenaran informasi yang disampaikan, sebagaimana lazimnya dalam keseharian dan apalagi jika itu terkait hal-hal yang memerlukan kesekasamaan sebelum menerima dan menyetujui hal-hal yang sangat penting atau berdampak pada kehidupan si penerima. Kita akan dan seharusnylah begitu berhati-hati dengan apa yang kita akan terima untuk dipercayai dan apalagi untuk diimani, yang menyangkut  perjalanan kehidupan ini, yang tak hanya di dunia ini, tetapi sesudahnya.



Pengajaran pendeta Erastus tersebut di atas, telah menjadikan Yesus, dalam pengajarannya tersebut, dalam kedatangannya  ke dunia saat itu,telah sama sekali sebagai sosok manusia yang tak dapat menyentuh kuasa kerajaan iblis, sama sekali! Pada penutup bagian 3 dari serial ini, saya sudah menyajikan: Lukas 10:17-18 dan Yohanes 12:31-33 yang secara gamblang telah membantah pengajaran pdt. Erastus bahwa kedatangan Yesus, sama sekali, tak berkuasa untuk menghakimi dan apalagi menghempaskan begitu saja kedamaian kehidupan iblis beserta antek-anteknya.  Apa yang terjadi atau menjadi fakta yang disajikan berdasarkan informasi yang disajikan Alkitab.

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (3/40)

Martin Simamora

Mengenal Tujuan Pengutusan Yesus Oleh Bapa, Benarkah Corpus Delicti?

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,11 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “Bagian 2”   

Sementara,secara pokok, telah dijelaskan, apakah corpus delicti itu dalam hukum dunia ini, sebuah terminologi yang digunakan oleh pdt. Dr.Erastus Sabdono untuk menjelaskan bagaimanakah keselamatan Allah itu berlangsung dan terwujud berdasarkan kehendak-Nya, khususnya pada momen pengadilan-Nya terhadap Lucifer  yang hingga kini Ia belum memiliki corpus delicti atau barang bukti yang menunjukan kejahatan iblis-[sekali lagi, dalam hal ini, untuk sementara saya tidak mempermasalahkan terlebih dahulu konsepsi siapakah Lucifer sesungguhnya, benarkah menunjuk iblis ataukah yang lain? Namun anda dapat membaca penjelasan ringkas Prof. Dr. Dan Wallace pada bagian bawah setelah artikel ini]-, maka hal sangat terpenting dari semuanya adalah: apakah benar pengutusan Anak oleh Bapa,memang benar memiliki tujuan corpus delicti di dalam pengutusan itu? Bahwa Bapa memerlukan bukti yang kokoh atas kejahatan Lucifer yang untuk menghadirkannya Bapa harus mendatangkan dari sorga Anak-Nya Yang Tunggal yang datang ke dunia dalam rupa manusia.  Sehingga Yesus juga  menjadi  corpus delicti atau bukti bukan sama sekali bukti yang secara tempat dan waktu kejadian perkara tidak ada [sebab Manusia Yesus belum ada di dunia kala kejahatan iblis berlangsung],  tidak berada dalam peristiwa-peristiwa kejahatan Lucifer.  Dan memang konsepsi corpus delicti pada Yesus yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono, sama sekali bukan bukti untuk menunjukan kejahatan iblis tetapi menunjukan Ia mentaati dan menghormati Bapa- yaitu corpus delicti :ia mati di salib dalam sebuah ketaatan. Kekacauan konsepsinya terletak pada corpus delicti Yesus sama sekali tak menunjukan substansi kejahatan siapapun baik Yesus dan iblis sendiri, jadi sama sekali tak berguna bagi Allah dalam pengadilan-Nya dan juga berarti Allah tetap tak pernah memiliki corpus delicti untuk membungkam iblis. Kekacauan ini pun terjadi pada manusia-manusia atau tepatnya anak- anak Allah yang mau menjadi corpus delicti berdasarkan keteladanan Yesus, sebab sebagaimana pada Yesus maka bukan substansi kejahatan iblis yang ditunjukan tetapi menunjukan bahwa mereka berhasil meneladani Yesus.


Untuk menunjukan apakah benar ataukah salah tujuan pengutusan Yesus oleh Bapa untuk menjadi corpus delicti, terlepas dari keselahan konsepsinya, saya tetap akan menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pemikiran pendeta Erastus yang semacam itu.

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(2)



Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu:"bagian 1"

Juga sejak permulaan kita harus menjadi jelas bahwa Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa para pengikut-Nya dapat menjadi sempurna secara nir-dosa dalam kehidupan ini. Jika persyaratan dapat masuk kedalam sorga adalah mematuhi tanpa setitik noda sekecil apapun semua hal yang telah diajarkan Yesus, tak seorang pun akan berada di dalam sorga. Bahkan tidak juga orang Kristen yang paling saleh mengasihi Allah di semua waktunya dengan setiap serat  yang ada pada tubuhnya. Tak seorangpun mengasihi sesamanya dalam cara tanpa cela yang sekecil dan selemah apapun sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Rasul Yohanes mengatakan kepada kita,”Jika kita berkata bahwa kita tidak memiliki dosa, kita sedang menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada didalam kita (1Yoh1:8).” Jadi Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa kita harus mencapai kesempurnaan yang tanpa bercak dosa sesamar apapun sama sekali agar dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga. Tetapi yang menjadi fokus pengajaran-Nya  adalah apa yang Yakobus, kemudian, ditekankannya dalam suratnya, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17,26). Iman yang sejati bukan semata kesetujuan secara intelektual. Iman yang asli tunduk pada ketuhanan Yesus, memberikan dampak dalam sebuah hidup kudus yang aktif mengimplementasi dalam segenap perjalanan hidupnya.


Yesus di sini menunjukan tiga alasan mengapa  kepatuhan kepada diri-Nya bukan opsional, karena  itu adalah sebuah tes atau uji yang sesungguhnya bagi  pengaku beriman pada Kristus (Luk 6:46); kedua, karena itu adalah dasar yang akan bertahan atau kokoh dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Luk 6:47-48); dan ketiga, karena mereka yang tidak mentaati Kristus akan menghadapi kehancuran seketika dan final (Luk 6:49).

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Oleh: Steven J. Cole

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(1)


Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Sebuah pengajaran palsu yang meluas di dalam gereja injili saat ini adalah bahwa kamu dapat menerima Yesus sebagai Juruselamatmu, namun terkait mematuhi-Nya sebagai Tuhan hidupmu adalah opsional. Mereka yang mempromosikan ajaran ini secara keliru berpikir bahwa mereka sedang menjaga doktrin keselamatan oleh anugerah melalui iman, memenggalnya dari perbuatan-perbuatan manusia. Mereka tidak menyangkali pentingnya menundukan diri pada Kristus  sebagai Tuhan, tetapi mereka sungguh bersikukuh bahwa perbuatan-perbuatan baik itu tak bertaut sama sekali dengan iman yang menyelamatkan. Dan karena itu mereka mengajar bahwa memungkinkan bagi seseorang untuk percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat bahkan sekalipun ia tak pernah menundukan diri kepada-Nya sebagai Tuhan.


Saya yakin bahwa pengajaran ini berpijak pada sebuah gagasan keliru pada natur iman yang menyelamatkan dan itu memberikan jaminan atau kepastian palsu kepada banyak orang yang berpikir mereka, orang-orang Kristen, tetapi tidak sungguh-sungguh diselamatkan. Kitab suci  jelas bahwa tanpa kekudusan, tak ada yang akan melihat Tuhan (Ibr 12:14). Iman menyelamatkan yang sejati senantiasa berdampak dalam  sebuah kehidupan saleh yang mendewasa atau semakin matang dalam perjalanan waktu. Jika seseorang mengklaim diselamatkan, tetapi tidak ada kelaparan akan firman Tuhan, tidak bertumbuh membenci dosa, dan tidak bertumbuh dalam kehidupan saleh, ia harus memeriksa diri apakah ia  sungguh berada dalam iman (2 Kor 13:5).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9