Martin Simamora
Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti,
Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu,16 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 5”
Sangat krusial bagi
setiap pembaca Alkitab, apalagi yang mengaku sebagai murid-murid Kristus yang
keberimanannya berakar dari semenjak serangkaian janji kedatangan Mesias kepada
para nabi-nabi kudus Allah, untuk tak saja mengenal Dia adalah kegenapan
apa yang telah dituliskan lebih dahulu oleh para nabi di dalam waktu-Nya di
dunia ini dan pada tempat yang dikehendaki-Nya dalam cara yang telah
ditetapkan-Nya terlebih dahulu dalam
kekekalan tetapi sekaligus mengenal Ialah satu-satunya yang dapat secara
sempurna mewujudkan segala maksud Allah secara
jitu sebagaimana Allah bermaksud dan telah merancangkan-Nya dalam sebuah
perwujudan yang tak bergeser sedikitpun sebagaiman hati dan pikiran Allah
menghendakinya, dikarenakan pada Yesus bekerja kuasa dan otoritas yang tak
sedikitpun berbeda dari Bapa.
Sebelum masuk ke
dalam aspek kedua, saya ingin menunjukan bagian dari perjanjian baru yang menunjukan bahwa penggenapan oleh
Sang Kristus bukan keimanan historikal belaka atau bagaikan
sebuah iman yang ditegakan di atas prasasti purba, sehingga dengan demikian
merupakan iman yang dibangun berdasarkan
kenangan untuk pengenangan atau perenungan bagi umat Kristen masa kini, bahwa
Sang Firman yang menjadi manusia, dahulu kala sudah berhasil menggenapi kitab
suci.
Jika kenangan dan
pengenangan Kristus semacam ini adalah
dasar iman, memang benar pengimanan saya dan anda itu, pada saat ini, tak lebih
tak bukan sekedar ziarah iman ke era lampau, sebab tak memiliki kekiniannya yang terus hidup, sebab hidupnya
Kristus atau pentingnya Kristus bagi umat Kristen masa kini telah berakhir
bersamaan dengan genapnya kitab purba itu oleh-Nya, tepat sebagaimana “lenyapnya”
Yesus Kristus dari muka bumi ini.