Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 1H
Sekarang kita akan
menyorot cahaya firman Tuhan pada paragraf
11, sehingga kita akan melihat secara benderang bagaimana kitab suci
menilainya, dan apakah yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono selaras,
atau bengkok terhadap maksud firman Tuhan yang dikutipnya sebagai dasar
pengajarannya? Mari kita membaca paragraf tersebut, dan berfokus terlebih dulu
pada bagian yang saya tebalkan:
Kebaikan
yang dimiliki orang percaya memang bukan dasar untuk memperoleh keselamatan (Ef
2:8-9). Tetapi kebaikan moral yang semakin sempurna
seperti Bapa merupakan ciri dari orang yang benar-benar telah diselamatkan.
Orang yang mengaku percaya dan menerima Tuhan Yesus tetapi tidak semakin serupa
dengan Dia, berarti tidak hidup dalam keselamatan-Nya. Ingat bukan orang yang
memanggil Dia Tuhan yang akan selamat, tetapi yang melakukan kehendak Bapa (Mat
7:21-23). Oleh sebab itu hendaknya kita tidak menganggap murah keselamatan
dalam Yesus Kristus. Ada harga yang harus dibayar untuk mengalami dan memiliki
keselamatan dalam Yesus Kristus tersebut, yaitu meninggalkan pola hidup manusia
pada umumnya untuk mengenakan hidup baru seperti kehidupan yang dikenakan Tuhan
Yesus Kristus. Inilah yang disebut mengerjakan keselamatan dengan takut dan
gentar (Fil 2:5-13).
Saya akan terlebih
dahulu meninjau pembuka paragraf ini. Pembuka
yang menarik, sebab untuk ke sekian kalinya memperlihatkan betapa rancunya pandangan
dan pengajaran pendeta Erastus Sabdono mengenai bagaimana keselamatan itu
berlangsung. Sebelumnya dia berkata dan mengajarkan berdasarkan Lukas 13:23-24
bahwa orang yang telah percaya harus berjuang melalui pintu yang sesak itu
(atau artinya: keselamatan masih harus
diperjuangkan), padahal tidak demikian penentuan keselamatan itu (Lukas
13:25-27). Kerancuan itu menajam kala Roma 8:28 diseret paksa untuk menopang
pandangannya.
Kembali, kerancuan
pengajarannya kian menajam kala Efesus 2:8-9 dibawa masuk untuk mendukung
pengajarannya, namun secara gegabah, sebab jelas teks tersebut berlawanan
frontal dengan pengajarannya, sebuah kesalahan fatal sebangun saat ia menggunakan
Lukas 13:23-24 yang sama sekali tidak mengkomunikasikan gagasan pengajarannya.
Jika sebelumnya, pendeta Erastus menyatakan bahwa orang yang telah percaya
harus berjuang keras untuk melalui pintu yang sesak itu sebagai proses keselamatan, tepatnya begini
dinyatakannya: “Itulah sebabnya mengikut Tuhan Yesus berarti berjuang melalui jalan sesak untuk
menjalani proses keselamatan
(Luk 13:23-24)- paragraf 10.” Maka
saat ia menautkan Efesus 2, maka
pertanyaannya: apakah benar Efesus 2:8-9 mendukung gagasan pengajaran pendeta Erastus tersebut, bahwa keselamatan
adalah PROSES yang harus dijalani? Dan, apakah benar Efesus 2:8-9 bertemali
dengan kebaikan moral pada diri manusia itu sendiri sebagai yang harus
diupayakannya sendiri? Apakah Efesus 2:8:9
mendukung pengajarannya?
Mari kita
meninjaunya.