Benarkah
Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi
Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari
konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Bacalah lebih
dulu: bagian 4
Oleh:
Martin Simamora
Bapa
Telah memberikan kepadanya. Ini adalah relasi yang tak
mudah dipahami bahkan sebetulnya tak mungkin jika saja Yesus tak pernah
mengemukakannya. Ketakmudahan untuk memahaminya hingga ke tahap kemustahilan
bagi indrawi manusia disebabkan karena tak ada satupun manusia yang dapat
melihat permulaannya dalam peradaban alam semesta ini. Nabi Mikha dalam nubuat
mengenai seorang raja Israel yang akan datang telah menggambarkan bahwa raja
ini memiliki permulaan sebagai Ia adalah
divinitas sebagai pencipta segala permulaan dan bahwa ia adalah sumber segala
permulaan. Mikha 5:2 menuliskan: ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang
terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang
yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala.’ Untuk apakah nubuat purba mengenai seorang raja yang keberadaan
dan letak permulaannya adalah keabadian sebelum segala sesuatunya; sebelum ada
untuk disebutkan Betlehem Efrata dan sebelum ada untuk disebutkan kerajaan
Israel? Jelas ini bukan kisah mengenai Israel itu sendiri dan apalagi Betlehem
tetapi adalah kisah seorang raja yang telah ada sebelum segala sesuatu ada
termasuk sejarah itu sendiri ada bagi dunia ini dan baginya sendiri untuk
menjadi seorang raja Israel sementara Ia pada mulanya bukan seorang Yahudi sama
sekali dalam kekekalannya karena Ia tak bersuku bangsa sejak semulanya tetapi ia telah ditentukan
sejak semula untuk masuk ke dalam sejarah dunia pada satu bangsa yang kecil
sebagaimana kecilnya kota tempat kelahirannya. Tentulah seorang raja Israel
haruslah seorang Israel, dan raja yang berasal dari kekekalan pasti akan
menghadirkan kemegahan dan kegentaran bagi raja dan bagi para pemimpin-pemimpin
agama dunia ini. Perhatikanlah ini:
Matius
2:1-5 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja
Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan
bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah
Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah
ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam
kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka,
di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di
tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau
Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang
pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam
Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada
mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem,
katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu
dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun
datang menyembah Dia."
Kitab kuno Mikha 5:2
secara luar biasa menjadi fokus yang memiliki gravitasi yang begitu dahsyat
sehingga seorang raja sangat berkuasa, segenap imam dan ahli Taurat bangsa
Yahudi, tak mungkin tak berkata bahwa pada Mikha 5:2 semua harus mengukur kedatangan
Mesias yang dinubuatkan sejak Purba dan memiliki kekekalan dalam kekekalan
dirinya sendiri yang eksistensi kesejarahannya menemukan penggenapannya dalam
kedatangannya secara geografis sebagaimana telah ditorehkan Allah sendiri pada
kitab nabi Mikha. Ia begitu penting dan
begitu agung dalam kemuliaan yang tak mungkin dimiliki satu manusia teragung manapun lainnya di
dunia ini, sebab kemuliaanya berasal datang dari kitab suci yang sejak semula
telah menuliskan mengenai dirinya. Dirinya adalah sentral kitab suci dan boleh
dikatakan inilah pertama kalinya observasi mesianik dalam pimpinan kuasa negara
adi daya kala itu berlangsung, dengan perintah yang singkat, tajam, jelas tanpa
keburaman: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu!"