Oleh: Martin Simamora
“Barangsiapa
Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.”
Mengasihi Yesus Akan Mengubah Tatanan Kasih Dalam Keluarga
Sebagaimana
Alkitab berulang kali menyajikan, bahwa sentral pengajaran Kristus adalah dirinya sendiri bagi manusia, bukan
manusia baginya. Namun Yesus dalam sejumlah pengajarannya, tak pernah sekalipun
menyatakan dirinya “aku adalah Allah”
secara vulgar,sebagaimana menjadi ekspektasi banyak orang untuk menjadi sumber
bukti verbal dari mulut Yesus sendiri, sehingga berdasar bagi orang Kristen
menyebutnya Tuhan. Akan tetapi, Alkitab mengandung banyak sekali pernyataan Yesus yang mendudukan dirinya adalah
Tuhan bagi manusia. Mengasihinya, dengan
demikian, akan menjadi sebuah mengasihi yang bukan saja divinitas tetapi
memisahkan mencintai-Nya sebagai tak tertandingkan kemuliannya dibandingkan
mengasihi siapapun juga yang anda kasihi. Bukan itu saja, dalam mengasihi-Nya,
manusia harus belajar di seumur hidupnya
untuk mampu mengasihi-Nya dengan segenap jiwa, segenap pikiran dan dengan
segenap kekuatan. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:
►Matius
10:37 Barangsiapa mengasihi
bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya
laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Ketika Yesus hadir
dalam kehidupan keluarga-keluarga, maka Ia haruslah dalam relasi yang unik
didalam keluarga tersebut. Ia harus menjadi yang terutama dalam setiap hati
anggota keluarga. Ayat di atas tersebut, bukan soal rivalitas cinta atau kasih
tetapi bagaimana seorang yang mengasihi Yesus akan masuk kedalam sebuah
kehidupan yang memisahkannya dari nilai, norma dan budaya yang berlaku di dalam keluarga
dan di dalam dunia ini. Mengapa demikian? Karena permulaan mengasihi Yesus akan
menuntunmu dan keluargamu-jika semua menerima-Nya- untuk berjalan mengikut
Yesus dalam mengasihinya yang memuliakannya dalam kehidupan. Itu sebabnya ia berkata: barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku. Sampai dua kali Ia menekankan hal ini, menunjukan betapa pentingnya
memiliki relasi dengan diri-Nya dibandingkan dengan apapun dan siapapun juga.
Ini sendiri akan menjadi dasar terpenting bagi kekuatan dan kesetiaan seorang
Kristen untuk setia dan taat untuk hidup bagi Kristus dalam dunia yang penuh
dengan tantangan. Saya akan menunjukannya bagi anda.