F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Dasar Terkokoh Kehidupan Orang Kristen dalam Menghadapi Tantangan Zaman



Oleh: Martin Simamora

Mengenali Jati Diri Hidup Beriman Seorang Kristen, Sementara Menjalani Kehidupan yang Penuh Tantangan
Foto ilustrasi: americanalpineclub.org Allah tetap setia kepadamu dan mengasihimu walau anda satu kali dan beberapa kali  lagi dapat tergelincir selama berjalan mengikut Yesus hingga kesudahannya, sebagaimana pendaki gunung masih dapat tergelincir walau ia sedemikian rupa sangat berhati-hati dalam melangkahkan dan menginjakan kakinya pada jejakan dinding gunung sementara tubuhnya telah secara cermat dilindungi oleh tali tali dan kaitan-kaitan kokoh pada celah-celah dinding gunung yang terjal. Sekali waktu ia bisa tergelincir tetapi tidak sama sekali membuktikan jika demikian jangan lagi pernah mendaki gunung itu dan anda telah gagal sama sekali. Kehidupan beriman itu pada derajat lebih sederhana agak mirip dengan hal itu, bahwa tak sembarangan dan memerlukan dedikasi yang tak main-main. Karena itulah apa yang diperlukan  telah diberikan Yesus yaitu memiliki relasi dan  kepercayaan kepadanya sebagai gembala agung yang berkuasa atas jiwa. Jika pendaki gunung mengandalkan semua alat-alat proteksi dan tali-tali pelindung dari kejatuhan fatal dalam melakukan perjalanan ke puncak, mengapa kita tidak mengandalkan relasi dengan Yesus sebagai gembala agung kita sementara kita masih harus melakukan perjalanan hidup ini. Mengapa sampai berpikir Allah memiliki problem terhadap iblis terkait barang bukti yang tak memadai dalam penghakiman-Nya yang harus maha-adil dan mahakudus? Mengapa anda sampai berpikir sedemikian rendahnya terhadap karya Yesus itu?
Bacalah juga artikel ini : "Bisakah Aku?"
Kebenaran Iman Berdasarkan Penggembalaan-Nya
Tantangan  hidup senantiasa membutuhkan sebuah penyelesaian, atau serangkaian alternatif yang dapat dipilih berdasarkan rasionalitas dan peluang-peluang yang mungkin untuk diambil. Tetapi rasionalitas manusia memiliki keterbatasan terutama karena manusia memiliki aspek jiwa yang tak terpisahkan dari setiap proses rasionya dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan. Dalam setiap penyelesaian yang dipilih, siapapun pasti memiliki sebuah keoptimisan atau keyakinan yang tak lain semacam iman yang melahirkan pengharapan berlandaskan kalkulasi rasio, peluang dan tantangan. Jadi memang manusia memiliki kemampuan membangun pengharapan-pengharapan dan optimisme-optimisme dalam kehidupan ini. Lalu bagaimana dengan kebenaran iman dalam obyektivitas dunia yang memiliki natur tantangan, peluang dan sekaligus keterbatasan-keterbatasan, apakah iman Kristen itu membawa saya dan anda pada sebuah kejernihan yang lebih baik dalam mengenali jati diri sebagai manusia yang mampu mengatasi tantangan? Tetapi apakah iman Kristen bertujuan untuk mencerahkan jiwa dan  rasio sehingga tangguh dalam menghadapi tantangan zaman secara mandiri dalam kemanusiaannya yang rasional itu? Bagaimana iman Kristen memandu saya dan anda, misalkan, dalam menghadapi  problem ekonomi, tantangan politik atau bahkan yang lebih kecil lagi: problem keluarga. Kalau kita melihat pada Alkitab maka menjadi nyata bahwa pada kebenaran iman Kristen dalam menghadapi tantangan zaman, setiap orang Kristen malahan memiliki dasar yang kokoh untuk percaya pada keterlibatan Allah sementara beriman kerap diasumsikan sebagai sebuah keabstrakan yang kacau dan semata produk jiwa yang mencari kompensasi penyeimbang jiwa yang tertekan. Dengan kata lain, dalam iman seorang Kristen, Allah tidak pernah jauh atau meninggalkan saya dan anda sendirian saja dalam  menjalani kehidupan ini, seolah Allah hanya menjadi penonton yang baik.

Mari kita memperhatikan sejumlah episode yang memperlihatkan keterlibatan Allah pada kehidupa seorang yang beriman kepada Allah sumber keselamatan dan  yang menggembalakan umat-Nya:

▬Yosua 24:2-18 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga iapun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."

Beriman dalam kebenaran iman Kristen, bukan  serangkaian kata-kata positif sebagai bahan bakar atau suplemen jiwa untuk menjadi kuat/tegar dan  disegarkan kembali. Juga bukan semacam sugesti jiwa untuk mempertahankan keberimanan itu tetap prima demi menghindar situasi kehidupan tanpa beriman pada Tuhan. Beriman kepada Tuhan dalam kebenaran firman Tuhan bukan seperti itu, tetapi sebuah kehidupan yang mendewasakan untuk pertama-tama mengenal Tuhan itu adalah Gembala yang Baik sehingga karena mengenal dan digembalakan-Nya menjadi tahu mengapa harus menyerahkan hidup kedalam tangan-Nya. Dalam teks di atas ada pernyataan seperti ini: tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah. Ini sebuah relasi yang menghendaki kedewasaan yang tak main-main. Setiap orang, katanya memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi pada teks ini, ada sebuah problem kebebasan untuk memilih atau ada sebuah problem rasio sebagai sebuah mekanisme pertimbangan untuk memilih secara jitu tanpa salah, karena faktanya kebebasan untuk memilih pada diri manusia memiliki problem yang serius di hadapan Allah, yaitu manusia memiliki kebodohan yang kronis ketika harus memilih antara Allah yang berkuasa untuk menggembalakan jiwa kepada kehidupan, atau allah yang tak berdaya menggembalakan jiwa kepada kehidupan.

0 Renungan Singkat Bagi Setiap Suami Kristen:


Oleh: Martin Simamora
Suami, Asuh dan Rawatlah Isterimu Sebagaimana Kristus Terhadap 
Jemaat-Nya
(Mengenal dasar Tersuci bagi Setiap Suami Untuk Membina Hubungan dengan Isterinya dan Membangun Keluarga yang Kokoh dalam Tuhan)

Suami Nahkoda Kebenaran dalam Keluarga
Shinta, isteriku
Dalam Alkitab, peran seorang suami begitu sentral dalam kehidupan rohani keluarganya, dan akan seperti apakah hasil pembangunan kehidupan keluarganya akan ditentukan oleh suami:

Efesus 5:22-23 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Ayat ini memberikan makna dan kehidupan yang sangat mendalam terkait kehidupan rohani seorang suami. Apakah sebagai suami, saya dan anda memiliki kehidupan rohani yang terbangun di atas pengenalan Yesus Kristus yang telah menebus kehidupannya yang dahulu dalam taklukan kuasa dosa, untuk kemudian masuk ke dalam kehidupan yang penuh dengan persekutuan Kristus yang mengubahkan hidupnya sehingga mampu melayani Tuhan? Ketika para suami membaca suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat, maka pertanyaan krusialnya adalah:  apakah saya dan anda memang memiliki pengenalan akan Kristus adalah kepala jemaat yang sungguh mengasihi, merawat dan melindungi jemaat-Nya daripada yang jahat, bukan memanipulasi dan bukan menjadi sumber kehancuran kehidupan rumah tangga/jemaat-Nya.

Jadi dalam hal ini, menjadi suami Kristen lebih dari sekedar seorang pria menjadi seorang laki-laki jantan atau laki-laki sejati bagi isterinya yang sanggup menjadi suami-suami yang baik, mampu membahagiakan anak dan isteri, penuh kelemah-lembutan sementara memiliki kepemimpinan yang dewasa.Bukan itu, sementara itu harus dimiliki, tetapi dasar bagi semua itu adalah apakah  seorang suami memiliki pengenalan yang benar kepada Yesus Kristus?


Mengapa demikian? Karena sebetulnya setiap suami-isteri Kristen ketika memenuhi kebenaran ini, ia sedang memberikan kesaksian tentang Kristus yang mengasihi jemaat-Nya yang masih di dunia ini. Sebuah kehormatan yang  dibangun bukan berdasarkan kekuatan diri tapi berdasarkan pengenalan yang sejati dengan Kristus.
Sehingga memang ini adalah soal seorang suami atau seorang pria memiliki pengenalan dan kehidupan dalam persekutuan dengan Kristus yang  telah memberikan hidup kekal dan persekutuan dengan Allah.Kalau saja para suami dapat memiliki kehidupan sebagai kepala isteri sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat, maka di dunia ini, setiap suami Kristen memang dapat diandalkan untuk menjadi nahkoda rumah tangganya dan pemberita injil yang berbasis keluarga atau kehidupan keluarganya.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9