F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Klausula Yesus Mengenai Perceraian: “Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah…ia menjadikan isterinya menjadi zinah”



Oleh: Martin Simamora

“Apakah Sebuah Pintu Emas Bagi Suami Untuk Menceraikan Isterinya, Ataukah Peringatan Betapa Kudusnya Sebuah Pernikahan Untuk Dipermainkan?”

1.Bukan Hal yang Sumir, Tetapi Betapa Sucinya Pernikahan itu: Dosa Membawa Dampak Kerusakan Pernikahan Suci

Hal pertama yang harus saya sampaikan, artikel ini saya tuliskan sehubungan dengan janji  yang begitu lama tertunda untuk saya penuhi kepada sahabat dan beberapa orang yang menanyakan perihal ini. Topik ini tidak boleh semata diperlakukan sebagai pengetahuan, tetapi harus menjadi sebuah refleksi bagi setiap pria yang telah berkeluarga atau akan berkeluarga, dan tentunya setiap rumah tangga Kristen, agar mengerti dan menghidupi kehidupan rumah tangganya sebagai hal yang mulia dan kudus, tidak seharusnya dipandang sebagai ikatan emosional belaka: dicintai dan karenanya mencintai, atau sebaliknya. Hal kedua, yang sama pentingnya, artikel ini  juga memiliki tujuan untuk menunjukan bahwa klausula pengecualian perceraian boleh dilakukan, harus pertama-tama dipandang sebagaimana Yesus memandang: betapa tingginya kesucian sebuah pernikahan harus diperlakukan dan dihidupi oleh pasangan suami-isteri. Sebagaimana Yesus begitu tinggi memandang kesucian dan kesetian hubungan antara dirinya dengan para murid yang sangat dikasihinya. Bahwa klausula pengecualian perceraian boleh dilakukan, harus dipandang sebagai sebuah kebenaran dari sudut Allah, betapa Allah sangat membenci kecemaran  pada kesucian pernikahan, bukan sebaliknya, dipandang dari sudut kedagingan manusia yang cenderung memandang klausula ini dalam kotornya dan rendahnya moralitas manusia untuk sanggup memandang kesucian pernikahan yang sedang diangkat Yesus melalui klausula ini. Tentu saya dapat memaklumi, sungguh mengejutkan kalau Yesus sampai benar-benar mengucapkan klausula itu. Namun, jika kita mau mempelajarinya secara cermat, sebaliknya kita akan melihat betapa rendahnya kekuatan moralitas dan kekudusan manusia untuk bisa memahami bahwa didalam Tuhan, pernikahan tidak dirancang untuk menuju sebuah perceraian namun manusia tidak kebal dan berdaya untuk senantiasa sanggup menjunjung kemurnian pernikahannya melawan daya pikat dosa yang menyasar pada kesucian pernikahan.

Saya juga harus menandaskan, sementara secara populer klausula tersebut telah dipandang sebagai sumir dan bahkan dianggap sebagai penyimpangan diantara injil sinoptik, seharusnyalah setiap orang Kristen yang menghargai Alkitab sebagai sumber tertulis paling otoratif bagi praktik  hidup keimanannya, setiap orang Kristen seharusnya memiliki pemahaman yang memadai, sebelum menghakimi bagian tertentu pada injil, dan bahkan Yesus Kristus sendiri.

2.Perceraian & Kekudusan Pernikahan yang Retak Dalam Alkitab
Dalam Alkitab, pada injil, perceraian dan kekudusan pernikahan yang retak merupakan salah satu topik yang diajarkan  oleh Yesus:

►Matius 19:3-10 “Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

0 Catatan Kecil Kancah Politik Nasional 2018



Oleh: Martin Simamora, S.IP

Pancasila, Masihkah Dasar  Persatuan Hati Bagi Kita? Jika Tidak, Kita Akan Saling Merobek dan Saling Membinasakan

Mengapa Fenomena Politik Bisa Mengintimidasi?

Apa yang saya maksud dengan fenomena politik, adalah berbagai macam kegiatan atau aktivitas politik mulai dari yang diselenggarakan oleh negara seperti pilkada dan pilpres, hingga aktivitas bersifat organisasi kepartaian seperti pengkaderan, perekrutan, pemetaan konstituen dari tahun ke tahun, pemetaan kebutuhan sospolek konstituennya atau bahkan lebih luas lagi sehingga partai dapat secara kongkrit dan otentik menjawab kebutuhan dan mengembangkan program-program yang dapat memberikan kemajuan. Dan semua itu baik, produktif dan benar sejauh selaras dengan upaya memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang begitu multi-etnik.

Tetapi, tentu saja, kita harus mengakui kalau belakangan ini, kita sedang melihat perwajahan politik yang nampaknya mulai membahayakan. Fenomena-fenomena politik yang  bersalutkan intimidasi sebagai ekspresi perbedaan haluan atau orientasi politik, kian hari telah menjadi praktik sehari-hari yang lazim. Dan ini berbahaya sekali, ketika ini dibiarkan, sedang terjadi sebuah pergeseran kultur politik nasioanal yang pada awalnya bersifat kebangsaan yang satu, bangsa Indonesia, secara gradual menjadi bersifat keideologian yang tidak mengokohkan kebangsaan Indonesia satu dalam Pancasila dan Konstitusi 1945. Maksud saya, ketika fenomena politik semakin tajam meretakan kerekatan kesatuan dan persatuan bangsa dan eksistensi negara Kesatuan Republik Indonesia, kita sungguh-sungguh dalam bahaya yang tak terbayangkan bisa terjadi di negeri tercinta ini.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9