Oleh: Martin Simamora
Meninjau
Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya"
sebagaimana Diajarkan Pdt. Erastus
Sabdono
serial
menyambut Natal: kemanusiaan Yesus dan relasinya terhadap dosa
dan peristiwa kematian di kayu salib: apakah ia menjadi sama dengan semua
manusia Sehingga berdosa dan membutuhkan pertobatan?
Bacalah lebih
dulu: Benarkah Yesus adalah Manusia Berdosa Karena Ia telah menanggalkan Haknya sebagai Anak Allah, dan dengan demikian Ia telah terpisah sama sekali dari Bapa atau Berdosa?
A. Yesus dan relasinya terhadap dosa
Teks Filipi 2:6
secara definitif memotretkan Yesus dalam sebuah kemanusiaan dan sebuah keilahian yang tak terbayangkan
dan tak terjelaskan dari sudut pandang manusia. Hal ini nampak jelas dari
pernyataan rasul Paulus dalam menjelaskan keilahian Yesus Kristus tak
terputuskan, sekalipun Ia sendiri melakukan tindakan penghambaan bagi dirinya
sendiri, sehingga teks tersebut berbunyi:
“yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan”
teks yang hendak
menyatakan dua elemen penting yang tak terpisahkan terkait keilhian Yesus
yaitu:
-dalam
rupa Allah (being in the form of God-KJV)
-milik
(thought it not robbery-KJV)
Ketika rasul Paulus menyatakan siapakah Yesus
Kristus, dengan sebuah permulaan Ia telah ada sejak kekekalan bukan sebagai: salah satu
malaikat yang mulia atau salah satu bentuk keilahian lain yang bersifat atau
mendekati Allah tetapi memang berhakekat Allah atau being in the form of God,
maka sejak titik inilah, kemanusiaan Yesus memiliki kehidupannya. Bahwa
kehidupannya ditentukan dan hanya bersumber dari Ia dalam rupa Allah sebagai Ia
apa adanya sebagaimana Ia ada. Itu sebabnya merupakan kepemilikan yang otentik
dan sebuah kehakekatan: thought it not robbery. Dalam hal ini Paulus sendiri
menyatakan bahwa keilahian Yesus itu, sehingga Ia dikatakan sehakekat dengan Allah
dalam kemanusiaannya, bukan merupakan sebuah pengangkatan Yesus sebagai Allah
atau penggelaran Yesus dengan titel Allah.