Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Ketiga
Digembalakan Oleh Yesus Kristus Agar Tidak Serupa Dengan Dunia Ini Sebab Dibawa Keluar Dari Hidup Di bawah Maut Kepada Hidup Di Dalam Allah
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 21Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
|
Moralitas pada relativitasnya dan problem abadi manusia- kredit: carlylestewart.com |
Penggembalaan Yesus
bukan menggembalakan anda agar memiliki
moralitas baik sebagai kontra terhadap segala dimensi negatif atau jahat di
dunia ini, hal ini terjadi karena siapakah Yesus dan kuasa padanya yang
mengerjakan apakah yang menjadi tujuannya ke dunia ini sehingga digenapi
olehnya. Sementara itu, memang adalah
baik bagi semua manusia untuk memiliki moralitas yang baik dan kehidupan
luhur di dalam dunia manusia, tetapi juga jika anda mengakui siapakah Yesus
sebagaimana Ia bersabda maka kita harus mendengar dan mentaati kebenarannya
yang menunjukan bahwa kejahatan di dunia ini bukan berakar pada problem peradaban, etika moralitas dan keagungan
spiritualitas manusia di dalam kehidupan. Yesus sejak semula menunjukan bahwa
peradaban, etika moralitas dan keagungan spiritualitas manusia bereaksi begitu janggal terhadap kedatangan dirinya,
menolaknya atau etika moralitas, peradaban manusia dan keagungan spiritualitas
manusia menjadi buta dan tuli terhadap Yesus:
Yohanes
3:19 Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi
manusia lebih
menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Ketika
Yesus berkata “tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang,” yang
dimaksudkannya adalah dirinya adalah
terang.
Mengapa penggembalaan
Yesus tidak berhubungan dengan sebuah kontra keras terhadap segala hal negatif terkait
moralitas dan hukum, itu dikarenakan Yesus sendiri meletakan dirinya sebagai
satu-satunya solusi bagi problem jahat dunia ini. Itu termasuk moralitas di dunia ini telah berada dibawah penghakiman
jiwa Sang Kristus. Mari perhatikan berikut ini:
Matius
15:17- 20Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut
turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut
berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati
timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan,
percabulan,
pencurian,
sumpah
palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan
tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."
Moralitas dunia
adalah soal apakah yang benar dan apakah yang salah; apakah yang seharusnya
dilakukan dan apakah yang tidak boleh dilakukan; apakah yang harus dikoreksi
pada diri manusia agar kehidupannya hidup didalam apakah yang seharus dilakukan
berdasarkan apakah yang benar dan apakah yang salah sehingga tak boleh
dilakukan. Tetapi sama sekali problem moralitas ini tidak akan mendefinisikan
manusia dan kemanusiaan sebagai memiliki problem kenajisan; sama sekali problem
moralitas manusia tak akan dikaitkan dengan akar masalah sejatinya, yaitu “dari
hati timbul segala rupa kejahatan dan
problem moralitas itu.” Perubahan
perilaku bisa dipastikan sebagai kemampuan manusia itu untuk menguasai dirinya
dan mengontrol apa yang ada di hati dan pikirannya agar tidak melahirkan problem moralitas di dunia ini dan problem
kejahatan yang dapat melukai sesamamu manusia, tetapi disaat yang sama dapat
dipastikan bahwa selama-lamanya manusia tidak dapat mematikan dan membuang
problem kenajisan yang datang dari hati.
Sebab manusia tak akan pernah memiliki sumber
pengudusan yang senantiasa terhadap problem kenajisan itu sendiri sementara hati
sebagai sumber segala rupa kejahatan dan problem kemanusiaan, tetap berada
dalam kehidupan diri setiap manusia.