F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.D)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.D)



Yesus Sang Kristus/ Mesias dalam banyak kesempatan telah menunjukan bahwa Ia adalah terang yang dibicarakan dan dinantikan oleh para nabi kudus Allah, bahkan semenjak Abraham. Mari perhatikan hal-hal berikut ini:

▬▬Yohanes 8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita."

▬▬Matius 13:16-17  Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Pada Matius 13 ini, sungguh berbeda konteksnya dengan Yohanes 8, karena  yang dimaksud dengan Abraham telah melihatnya, ini terkait dengan pengenalan dan pengetahuan Yesus yang mengatasi waktu dan ruang sebagaimana yang menjadi keberatan para pendengar-Nya: “Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada- Yoh 8:57-58." Sementara itu “tetapi tidak melihatnya” dan “tetapi tidak mendengarnya” menunjuk pada ketak-kekal-an para nabi dan orang benar yang menantikan dan beriman padaDia yang sudah ada sejak kekekalan namun masih dinantikan dalam pengimanan penuh untuk datang ke dalam dunia ini sebagai terang bagi dunia, perhatikan ini: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah…” - Ibrani 1:1-3


Itu sebabnya, Yesus mengajarkan atau menunjukan dirinya sendiri adalah terang dan kebenaran Allah yang telah turun sebagai janji Allah semenjak era umat perjanjian lama. Tidak ada sebuah kebaruan yang mengasing yang terdahulu atau sebaliknya; apa yang ada sebuah kesatuan  yang menunjukan sebuah ketunggalan terang, bahwa terang pada perjanjian lama adalah terang yang sama dengan terang pada perjanjian baru: Yesus Kristus: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup- Yohanes 8:12."

Ketika Yesus berkata: “Akulah terang dunia,” Ia memberikan sebuah penjelasan mahapenting,bukan sekedar untuk menunjukan keilahian-Nya, namun “terang” yang sedang dibicarakan adalah, bahwa “Allah adalah terang atau Allah adalah sumber terang, di dalamnya tidak ada kegelapan sama sekali,” bukan sama sekali, terang itu oleh Yesus ditunjuk atau digambarkannya sebagai rangkaian petunjuk bagaimana seharus manusia mengejar atau memperjuangkan sebuah kualitas kehidupan tinggi sehingga hidupnya (yun:zoe) masuk ke dalam kehidupan kekal berdasarkan melakukan  kebenaran-kebenaran Taurat atau di luar diri-Nya. 

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.C)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.C)



Perintah atau hukum Allah pada dasarnya bukanlah soal moralitas, atau  belaka soal serangkaian pokok-pokok apakah yang benar dan apakah yang salah.  Perintah-perintah itu sendiri bukanlah ketentuan-ketentuan dengan ukuran-ukuran dunia manusia. Mari perhatikan satu hal ini saja: mengapakah  serangkaian perintah-perintah itu harus dimulai dengan  kekudusan Allah itu sendiri, yaitu: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku?- Keluaran 20:3”; “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi- Keluaran 20:4”; Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku- Keluaran 20:5”; “tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku- Keluaran 20:6”; “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan- Keluaran 20:7.” Larangan-larangan seperti “jangan membunuh”, “jangan mencuri”, dan “jangan berzinah” misalnya saja, itu bukan sama sekali soal moralitas manusia tetapi hukum kudus Allah, bukan hukum moralitas manusia. Memang benar merujuk pada apakah moral, bisa dikatakan sebagai hukum moralitas tetapi tidak akan pernah menjadi belaka moralitas manusiawi. Apa yang disebut sebagai moralitas di dalam ketetapan Allah pada dasarnya kekudusan Tuhan dengan konsekuensi  mematikan atau kehidupan dalam kasih setia Tuhan. Dalam Alkitab, kalau  ada hal-hal yang disebut sebagai moralitas umat Tuhan, maka harus dicamkan bahwa sebuah pelanggaran tidak akan mendapatkan  pengampunan  melalui pembangunan komitmen hidup untuk memperbaiki diri. Mengapa? Sebab tak ada manusia yang sanggup menutup lubang ketakudusannya, bahkan satu lubang akan menguapkan kekudusan Tuhan pada dirinya, berganti dengan penghukuman yang melumat bukan saja kehidupannya tetapi generasi-generasi berikutnya. Ketika satu saja anda melanggar salah satu larangan pada perintah-perintah Allah yang manapun juga, ingatlah bahwa manusia sedang berhadapan dengan : Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku dan tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.


Jadi ini bukan sama sekali belaka moralitas manusia kala anda membaca: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu, jangan mengingini rumah, isteri, hambanya laki-laki atau perempuan atau lembunya atau keledainya atau apapun yang dipunyai sesamamu [Kel 20:13-17].” Pada bagian manapun perintah itu tak ada satu bagianpun yang sama sekali bernilai semata ketentuan relasi antarmanusia yang mana nilai-nilainya berdasar pada kemanusiaan pada nilai tertingginya, sehingga menyatakan tidak semuanya bernilai ilahi, karena begitu menjunjung hak-hak terasasi seorang manusia. Dalam hal itu sekalipun, sangat ilahi dan sangat kudus sebagaimana adanya IA ADA: “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh- Keluaran 20:18. 
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9