“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman
Kepada-Nya”
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 3N
Perkenanan seorang manusia dihadapan Allah, bermakna,
bahwa ia mendapatkan penerimaan atau mendapatkan pengampunan atau mendapatkan
pendamaian dari Allah, tak pernah bermakna
pemenuhan oleh manusia itu terhadap tututan-tuntutan hukum atau sabda Allah
secara telak, utuh tanpa sebuah penyimpangan selain kesempurnaan saja, sehingga
diterima, bukan ditolak Allah. Ini, bahkan, sejak perjanjian lama.
Hal demikian juga ditunjukan Yesus kala Ia mengajarkan bagaimana seseorang pada akhirnya hidup dalam kekekalan Allah
pada Matius 25:31-46, tidak sebagaimana diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus, pada paragraf 20 dalam tautan utama di sini atau cadangan “ Keselamatan Di Luar Kristen 03”:
Bagi
orang yang tidak mengenal Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar, perbuatan
baik adalah ciri atau tanda seseorang memberi diri untuk diperkenan masuk dunia
yang akan datang (Mat 25:31-46). Ini berarti mereka
mendengar hati nurani mereka dan melakukan apa yang tertulis dalam hati nurani mereka,
yaitu Torat Tuhan (Rom 2:12-15).
pun
sama
sekali tidak merupakan perintah Yesus
Kristus bahwa itulah hal-hal yang harus dilakukan oleh siapapun juga jika ingin
mendapatkan perkenanan dari Allah.Sebaliknya, merupakan:a.penggambaran Yesus akan apakah yang
terjadi dengan manusia-manusia yang memiliki relasi atau beriman dengan
dirinya, yaitu para domba dan manusia-manusia yang tak memiliki atau tak
beriman dengan dirinya, dan b.bagaimanakah kehidupan yang berlangsung sebagai hasil kehidupan beriman atau berelasi dengan
Yesus Kristus: memiliki kasih-Nya. Jika pendeta Dr. Erastus Sabdono mengajarkan “perbuatan baik adalah ciri
atau tanda seseorang memberi diri untuk
diperkenan masuk dunia yang akan datang,”maka, jelas ia mengabaikan apakah yang terutama dan satu-satunya: sumber berlangsungnya relasi
beriman antara manusia dengan Allah, yang merupakan sumber kehidupan yang
berkenan kepada-Nya. Tak ada manusia
yang berdaya pada dirinya sendiri dapat mencapai berbagai nilai atau standard
atau kesesuaian-kesuaian yang ilahi [karena datang dari kehendak Allah], sehingga dapat berkenan dihadapan Allah dalam derajat yang bagaimanapun.
Tahukah
anda bahwa, pada dasarnya, sejak perjanjian lama hingga perjanjian baru,
manusia tak dapat membenarkan atau melayakan dirinya pada dirinya sendiri?