“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
kredit: fosterandpartners.com |
Menjadi orang percaya atau beriman kepada
Yesus Kristus bukanlah sebuah peran atau
posisi yang dapat diupayakan untuk dimiliki dan dilakoni oleh diri manusia.
Apalagi dalam sebuah peran
penuh dusta, sebab, tak ada orang-orang percaya pilihan Allah dapat menjalani kehidupan di dunia tanpa
sebuah relasi dengan Kristus. Saya sebelumya sudah menyajikan bahwa orang
percaya sejati adalah dia yang hidup di dalam penggembalaan Yesus Kristus
selama di dunia ini [ “tinjauan bagian 3K”]; ia adalah domba-Nya dan
Kristus adalah Gembalanya yang begitu
mengasihi, menuntunnya dan menjagainya sebab domba-domba-Nya mendengar dan mengikut kala Gembala
memanggil atau memerintahnya. Sehingga, kehidupannya sebagai seorang pilihan, tidak pernah sebuah kesendirian dan keterisolasian dari pimpinan Allah yang penuh maksud padanya. Siapakah
yang dimaksud sebagai orang pilihan memang
harus dipahami sebagaimana Yesus telah menyatakannya, sehingga pemahaman
yang benar dibangun berdasarkan
sabda atau pengajaran atau pandangan Kristus bukan berdasarkan “realita” untuk menjelaskan atau
mengajarkan kebenaran mengenai siapakah murid-murid atau orang-orang beriman
yang sejati itu; mengapa pada realitanya dapat dijumpai orang-orang Kristen
yang munafik karena kejahatan-kejahatan yang dilahirkanya. Bagaimana bisa hal
itu terjadi sementara Yesus berkata bahwa orang beriman karena Bapa telah menyerahkan kepadanya sehingga datang
dan diterima-Nya. Bicara realita, faktanya Yesus pun berjumpa dengan
pengikut-pengikut bahkan disebut murid-murid yang bahkan menolak sama sekali
perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Siapapun harus memperhatikan
bagaimana Yesus menjelaskan fakta keristenan yang memiliki perwajahan hitam
itu, apa sebabnya. Sehingga kekeliruan fatal sebagaimana pada paragraf16 “Keselamatan Di Luar Kristen -03” tidak perlu terjadi:
Dalam injil kita
menemukan kenyataan orang-orang yang mestinya
terhisap sebagai “umat Tuhan” ternyata mereka ditolak oleh Allah.
Dalam Matius 24:44-51 dikemukakan suatu
perumpamaan yang jelas sekali menunjukkan bahwa ada orang-orang yang
disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang sebab tidak melakukan
tugasnya dengan baik. Mereka yang tertolak tersebut adalah
hamba-hamba seorang tuan yang adalah gambaran dari Tuhan. Mereka disamakan
dengan orang-orang munafik. Kata munafik dalam teks bahasa Yunani
artinya hipokrites yang artinya orang yang memainkan peranan. Orang-orang yang
munafik artinya orang-orang yang bersandiwara, berperan sebagai umat pilihan
padahal kualitas batiniahnya tidaklah demikian.
“Disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang,” benarkah yang dibuang
itu adalah hamba-hamba Tuhan yang memang para pengikut Yesus karena Bapa menyerahkannya? Mungkinkah ada pengikut-pengikut, bahkan disebut murid-murid Yesus atau
hamba-hamba Tuhan, namun bukan datang dari Bapa?