“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”
Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 2i
Paragraf lima, kita akan membaca
ini:
“Orang percaya dipanggil untuk hidup secara
luar biasa dalam kelakuan tetapi dewasa ini bila berbicara mengenai
keluar-biasaan, biasanya hanya
dikaitkan dengan berkat jasmani atau dengan sesuatu yang abstrak pengertiannya.
Ini sebenarnya bagian dari penyesatan kuasa kegelapan, yaitu menggelapkan
pengertian. Sehingga banyak orang Kristen yang sebenarnya berjalan di dalam
gelap. Berjalan dalam gelap bukan hanya berarti hidup dalam kejahatan moral dan
meninggalkan gereja, tetapi ketika
pengertiannya mengenai kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam gelap.
Keadaan ini tidak membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu membawa
manusia kepada rancangan-Nya yang semula.”
Saya, secara pribadi justru
merasa sangat asing dengan apa yang dikemukakan oleh pendeta Dr.Erastus
Sabdono, jika paragraf ini adalah pengalaman empirisnya. Pengalaman
empiris saya mengatakan sebaliknya, pengajaran dan praktik pada
orang-orang yang dipanggil untuk hidup secara luar biasa adalah kenyataan hidup
yang memisahkan diri dari perilaku-perilaku jahat, paling minimal, saya bisa
mulai dengan melihat hal itu pada diri ayah saya sendiri. Bagi saya, sejak usia
sedini mungkin, ini bukan omong kosong. Itu benar-benar penjauhan diri dari
cara-cara hidup dunia, sebagai anak-anak, dimulai dengan hal yang sangat
sederhana: tidak berdusta, tekun belajar,
tekun berdoa sebagai bentuk pengutamaan dan pengandalan diri dalam memulai
apapun juga,, patuh dan rajin
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh orang tua sebagai sebuah kehidupan sehari-hari orang yang mengenal dan bersyukur pada Tuhan, atau kehidupan
realistis sebagai anak-anak Tuhan. Apalagi mengaitkannya dengan berkat
jasmani? Sungguh jauh berbeda dengan
pengajaran dari kakak-kakak
sekolah minggu saya, atau saat saya belajar katekisasi yang menekankan
kehidupan sederhana, berdedikasi dan pantang menyerah didalam menghadapi setiap
tantangan sebagai orang beriman di dunia
ini, terang ilahi Kristus, bukan kebenaran dari dunia ini. Pokok dari semua
itu, bagaimana menjadi anak-anak Tuhan
yang berdampak bagi dunia sekitarku, sehingga orang-orang yang belum mengenal
Kristus dan keselamatan-Nya dapat mengenalnya. Boleh dikatakan, saat saya
menginjakan kaki di pulau Jawa untuk berkuliah, barulah saya menemukan hal semacam ini.
Perihal yang diangkat ini, boleh
dibilang sebagai hal yang benar. Dan saya sangat setuju sekali dengan ini: “tetapi ketika pengertiannya mengenai
kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam gelap. Keadaan ini tidak
membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu membawa manusia kepada
rancangan-Nya yang semula.”
Namun, benarkah, pengajaran pendeta
Erastus sendiri adalah kebenaran yang meluputkan dari kegelapan, sehingga
membawa kepada keselamatan, atau malahan “kebenaran” yang memastikan
orang-orang berada di dalam kegelapan sehingga
menyimpang dari maksud keselamatan itu?