Oleh: Martin Simamora
"ilustrasi=Broken Chain, pixshark.com" |
Bacalah
lebih dulu: “Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus....”
Yesus adalah pribadi terpenting dan jantung jiwa iman Kristen, tanpa Kristus
maka Kristen tidak memiliki detak kehidupannya dan tidak memiliki sentral
kehidupannya. Tanpa Kristus tidak ada kehidupan di dalam Kristen, sebab tak ada
apapun yang dapat disebut sebagai pengharapan apabila terlepas darinya. Dan
ketika saya mengatakan demikian maka Yesus menjadi dipertanyakan, SIAPAKAH dia?
Saya menuliskan “dia” dan bukan “Dia” atau “DIA”, untuk menunjukan bahwa memang
ketika Sang Firman menjadi manusia maka segala kemuliaan sorganya menjadi
tersembunyikan didalam tubuh dagingnya. Juga memang kebanyakan orang memandang
Yesus, akan sangat sukar untuk dipandang melampaui kemanusiaannya, jika
dilakukan melampaui kemanusiaanya akan menimbulkan konflik tajam sebagaimana
telah terjadi pada eranya (saya akan coba perlihatkan hal ini pada bagian ke
dua). Bahkan tak peduli oleh orang-orang Kristen sendiri, sehingga tak aneh,
lahir berbagai pengajaran yang begitu tajamnya menekankan kemanusiaannya sehingga
terlepas dari siapakah dia pada sejatinya. Akibatnya, tak mengherankan jika ada
pengajaran bahwa Yesus perlu membuktikan kesalehannya atau kelulusannya agar
layak dibangkitkan, menyatakan bahwa ada atau telah terjadi keterputusan atau keberpisahan kesatuan antara Yesus
dengan Bapa dalam kesatuan relasinya atau “kelekatannya”, tak sebagaimana saat Dia sebelumnya adalah pada mulanya Firman yang bersama-sama dengan Allah.
Hendak menyatakan bahwa:
Hendak menyatakan bahwa:
(1)
inkarnasi Firman menjadi manusia telah
mengakibatkan sebuah kemerosotan yang mengakibatkan
Yesus/Firman Yang Telah Berinkarnasi, oleh kemanusiaannya telah mereduksikan
keilahiannya sebagaimana Dia sebelumnya kala bersama Allah; Inkarnasi Firman menjadi manusia telah
dinilai mengakibatkan keberpisahan pada kesatuan Yesus dengan Allah yang
mengakibatkan kedaulatan Kristus menjadi independen terhadap Allah atau memiliki
kehendak bebas yang dapat mematuhi atau menolak apapun kehendak atau perintah
Allah;
(2)Mengakibatkan
lahir pandangan bahwa Yesus tidak melekat pada Bapa sebagaimana Roh Kudus,
bahwa Dia seperti halnya lusifer dan manusia telah diberi roh, mengatakan secara
tak langsung Yesus adalah ciptaan dan independen/BERDIRI SENDIRI terhadap Allah.
Dikontinuitas, keterputusan dan keterpisahaan pada kesatuan ketika diterapkan pada Firman
yang telah berinkarnasi, melahirkan sebuah kekacauan yang tak main-main, sebab
secara frontal berlawanan dengan kesaksian Yesus sendiri. Apakah Yesus
berdaulat dalam makna seperti halnya manusia-manusia yang memiliki kehendak
bebas atau BERDIRI SENDIRI, bahkan terhadap Allah? Tulisan ini diinspirasi oleh RH Truth yang mengemukakan pandangan
semacam ini.