F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Galatia 3:15-29, Sebuah Dialog Tradisi, Taurat Vs Anugerah



Oleh: Dr. John Frame

Galatia 3:15-29, Sebuah Dialog Tradisi, Taurat Vs Anugerah


Galatia 3:15-17 Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun. Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.

Ada banyak pengajaran baik dalam teks ini, tetapi memang sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Sebagaimana dilakukan para teolog, kami secara luar biasa tergoda untuk masuk ke dalam banyak bahasa teknis. Tetapi  biarkan saya  untuk  sedikit menjauh dari hal semacam itu  dengan menggunakan sarana sebuah  konstruksi imajinatif, jika anda bersedia untuk mengikuti saya.

Katakanlah bahwa anda seorang Yunani yang hidup di abad pertama (saya akan memanggilmu Jason), dan anda  mendengar seorang pengkhotbah bernama Paulus sedang membicarakan seorang lain bernama Yesus. Yesus ini, ujarnya, telah melakukan  mujizat-mujizat, telah mati sebagai seorang korban penebus dosa, dan telah bangkit kembali. Dan Paulus berkata bahwa jika kamu percaya pada Yesus, Tuhan akan mengampuni seluruh dosa-dosamu, setiap dari mereka. Sesuatu mencengkram  hatimu, dan anda berlari kepada Paulus:

0 Alkitab Pada Problem Kejahatan



Oleh: Dr. John Frame


Alkitab Pada Problem Kejahatan


Roma 3:1-8 (1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?(2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.(3) Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?(4) Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."(5) Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah--aku berkata sebagai manusia--jika Ia menampakkan murka-Nya?(6) Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?(7) Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?(8) Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
Harus juga membaca: Roma 3:21-26, Roma 5:1-5, Roma 8:28-39

Bagi banyak orang dewasa ini dan di sepanjang sejarah, problem kejahatan telah digambarkan sebagai keberatan paling serius  pada iman Kristen. Beberapa filsuf yang sangat brilian telah berpendapat bahwa problem ini secara konklusif/tak terbantahkan menyanggah keyakinan dalam Tuhan Kristen. Namun tak hanya para profesor dan filsuf—orang awam, juga, kerap merasa ini problem yang mendalam. Anda tidak perlu menjadi seorang  filsuf yang canggih untuk meragukan realita Tuhan ketika seorang yang dikasihi sedang  mengalami penderitaan yang mengerikan. Pada saat-saat semacam ini “problem kejahatan” bukanlah semacam argumen yang perlu dipelajari sebab hal itu  pada dasarnya sebuah teriakan hati, “Bagaimana bisa  Tuhan yang kasih mengizinkan hal ini?”
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9