Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah
lebih dulu bagian19
Sebuah
episode terdahulu menjadi penting dikemukakan
kembali, untuk menjaga alur perjalanan
artikel serial ini, secara khusus pada bagaimana semua malapetaka yang aktual
dan alami itu sekaligus merupakan sebuah peristiwa dalam bingkai “penetapan
atau penentuan sebelumnya” oleh Allah untuk sebuah peristiwa yang akan
datang, atau dikenal sebagai pre-destinasi (coba
baca misal : Efesus 1:1-5,11, Roma 8:28-29 dan 9:11,16 sebagai sebuah
navigasi sederhana untuk mengenali keberadaan predestinasi didalam Alkitab).
Ketika saya menuliskan “aktual” dan
“alami,” berdampingan dengan “pre-destinasi,” maka diharapkan, sekali lagi, dapat menangkap kenyataan
predestinasi sesungguhnya; sebagaimana telah kerap coba dikemukakan dalam sejumlah ruang peristiwa yang penting. Penetapan atau penentuan
sebelumnya bukanlah sebuah perobotan apalagi penakdiran hidup yang melucuti
kodrat manusia yang memiliki kemampuan berprestasi dan bercita-cita, untuk mewujudkan hal yang lebih baik dalam segenap
pemahaman dan dayanya. Saya akan
memperlihatkan juga pada kesempat ini, mengapa “penetapan atau penentuan
sebelumya” bukanlah sesuatu yang menggelinding kemanapun dia hendak
menggelinding, tanpa sebuah tujuan dan maksud spesifik. Sekarang, inilah episode
terdahulu yang saya maksudkan; ini adalah sebuah alur peristiwa yang penting,
bernuansa “penentuan sebelumnya” yang sangat
kental namun sekaligus “aktual”
dan “alami”:
Lukas 22:14-23 “(14) Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.(15) Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.(16) Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."(17) Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.(18) Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang."(19) Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."(20) Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.(22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"(23) Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.