Raja
Salomo: Allah Bertakhta Diatas Awan Gelap
Tebal
Oleh: Blogger Martin Simamora
Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Terang Dunia
Sang
Kristus berulang kali membawakan kepada dunia sebuah penerang yang tak mudah untuk dipahami walau bukan
kata asing, yaitu terang. Terang bukanlah konsepsi belaka dan bukan juga sebuah
abstraksi sebab begitu kata itu disebutkan maka siapapun akan mengaitkannya
dengan pengalaman indrawinya, sekaligus akan mengaitkannya dengan matahari, bulan,
bintang-bintang, lampu, senter,lilin dan dan seterusnya. Bahkan pada tatar
kemajuan peradaban dunia pun memiliki terangnya sendiri yaitu ilmu pengetahuan yang
melahirkan begitu banyak penemuan dan inovasi yang memberikan bukan saja
moderinisasi tetapi juga bagaimana melalui kemajuan ilmu pengetahuan, manusia
sanggup mempertahankan eksistensinya dari wabah-wabah maut. Akan tetapi Sang
Kristus membawa sebuah introduksi terang yang begitu asing untuk benar-benar
menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Mari kita memperhatikan sejumlah catatan
injil terkait perkataan Yesus mengenai terang:
Matius
4:16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar
dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang
Matius
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang
Yohanes
1:5 Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yohanes
12:35-37 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di
antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak
tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada
padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian,
Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.
Dan
meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun
mereka tidak percaya kepada-Nya,
Lukas
11:33 "Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di
kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua
orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.
Diatas
ini kita melihat terang tidak hanya dikontraskan dengan gelap namun telah
ditunjukan bahwa terang yang dibicarakan bukanlah semacam benda penerang
ciptaan yang dikaryakan oleh manusia dalam cara seperti apapun atau bukan hal
yang dapat dikenali secara indrawi, sebab bahkan manusia telah digambarkan
Kristus sebagai dalam posisi dipeluk
oleh maut sehingga secara alami memang hanya memiliki satu kondisi absolut
yaitu: berjalan dalam kegelapan.
Sementara tak mudah untuk membicarakan terang yang Kristus maksudkan oleh sebab
manusia memiliki begitu banyak konsepsi terang dengan ragam pendekatannya,
tetapi untuk berbicara maut dan gelap manusia bisa sepakat seiya sekata
mengakui bahwa manusia memang dipeluk oleh maut khususnya pada momen-momen
dimana maut via ragam instrumen pembunuhnya menyatakan dirinya dalam sebuah
vulgarisme yang mengerikan jiwa sebab dalam kurun waktu tertentu bahkan
peradaban harus takluk membiarkan jutaan tubuh manusia dikonsumsi oleh instrumen maut hingga eksistensi kehidupannya
dimuka bumi ini diakhiri secara paksa diluar persetujuan setiap manusia. Mari
lihat sejumlah informasi atau data dibawah ini sebagai perspektif:
Name
|
TIME PERIOD
|
TYPE/PRE
HUMAN HOST
|
DEATH TOLL
|
|
Antonine
Plague
|
165-180
|
Believed
to be either smallpox or measles
|
5M
|
|
Japanese
smallpox epidemic
|
735-737
|
Variola
major virus
|
1M
|
|
Plague
of Justinian
|
541-542
|
Yersinia
pestis bacteria / Rats, fleas
|
30-50M
|
|
Black
Death
|
1347-1351
|
Yersinia
pestis bacteria / Rats, fleas
|
200M
|
|
New
World Smallpox Outbreak
|
1520
– onwards
|
Variola
major virus
|
56M
|
|
Great
Plague of London
|
1665
|
Yersinia
pestis bacteria / Rats, fleas
|
100,000
|
|
Italian
plague
|
1629-1631
|
Yersinia
pestis bacteria / Rats, fleas
|
1M
|
|
Cholera
Pandemics 1-6
|
1817-1923
|
V.
cholerae bacteria
|
1M+
|
|
Third
Plague 1885
|
1885
|
Yersinia
pestis bacteria / Rats, fleas
|
12M
(China and India)
|
|
Yellow
Fever
|
Late
1800s
|
Virus
/ Mosquitoes
|
100,000-150,000
(U.S.)
|
|
Russian
Flu
|
1889-1890
|
Believed
to be H2N2 (avian origin)
|
1M
|
|
Spanish
Flu
|
1918-1919
|
H1N1
virus / Pigs
|
40-50M
|
|
Asian
Flu
|
1957-1958
|
H2N2
virus
|
1.1M
|
|
Hong
Kong Flu
|
1968-1970
|
H3N2
virus
|
1M
|
|
HIV/AIDS
|
1981-present
|
Virus
/ Chimpanzees
|
25-35M
|
|
Swine
Flu
|
2009-2010
|
H1N1
virus / Pigs
|
200,000
|
|
SARS
|
2002-2003
|
Coronavirus
/ Bats, Civets
|
770
|
|
Ebola
|
2014-2016
|
Ebolavirus
/ Wild animals
|
11,000
|
|
MERS
|
2015-Present
|
Coronavirus
/ Bats, camels
|
850
|
|
COVID-19
|
2019-Present
|
Coronavirus
– Unknown (possibly pangolins)
|
27,000
|
(Johns
Hopkins University estimate as of 3:00pm PT, Mar 27, 2020)
|
Sumber:cdc,who,bbc,encyclopedia
britannica,johns hopkins university di https://www.visualcapitalist.com/history-of-pandemics-deadliest/
Pandemi- pandemi maut ini dikatakan maut sebab memiliki daya bunuh yang sanggup menyapu populasi manusia dalam jumlah signifikan serta dalam kecepatan yang luar biasa. Itu sebabnya sejumlah pandemik menjadi pembunuh legendaris sehingga seperti saat ini dimana wabah Covid-19 menyelimuti dunia, kembali nama-nama mereka muncul sebagai sebuah cermin sejarah yang akan memberikan gambaran apa yang akan terjadi bila vaksin dan protokol penanggulangannya tidak ditemukan atau tidak berlangsung sukses.
Wabah
Bubonic atau berjuluk Kematian Hitam membunuh 30-50 persen populasi Eropa dan
memakan waktu sekitar 200 tahun untuk pulih. Wabah yang berlangsung dari tahun
1347-1351 ini dibawa oleh hewan tikus dengan vektor penyebarnya adalah kutu
yang telah terinfeksi. Di era lebih modern yaitu kurun 1918-1919, wabah Flu
Spanyol telah membunuh 50 juta manusia dalam kurun waktu tersebut, dan sekarang
wabah yang masih berlangsung dan serangkaian vaksin masih dalam proses ujicoba
pada manusia untuk meredam Covid-19 hingga per 27 Maret 2020 telah menewaskan
27.000 orang (estimasi Johns Hopkins University). Ketakutan manusia muncul
bukan sekedar karena kematian itu sendiri, tetapi bagaimana kematian itu
sedemikian rupa menampilkan dirinya sebagai sosok yang begitu aktif, agresif,
tak mungkin dikendalikan dan tak juga dapat dijinakan. Kematian secara alami
mungkin tak akan membawa manusia untuk mengalami rasa takut akan kematian
secara serius, tetapi ketika kematian ditampilkan dalam oknum wabah yang
memiliki daya bunuh yang cepat dan masif, maka kematian telah berubah menjadi
sebuah mesin pembunuh yang kapan saja dapat merampas kehidupan seseorang dan
generasi sebuah bangsa. Bagi manusia era 4.0 akan sangat sulit bagaimana
mungkin kematian dalam 1hari di sebuah negara dapat terjadi dalam bilangan
800-900an sebagaimana Spanyol dan Italia?
Dunia
bisa dikatakan masuk dalam era kegelapan yang sangat pekat karena
kemajuan-kemajuan dunia medis dan kedokteran tidak dapat segera untuk sekedar
menahan laju kematian di negara-negara tertentu tersebut. Dunia memang tidak
setiap saat melihat wujud kuasa kematian yang sedemikian hebat seperti ini.
Bagi saya pun, ini adalah pengalaman pertama melihat bagaimana kemajuan
peradaban manusia bahkan begitu miskin ketika kuasa kematian menunjukan
kemampuannya membunuh tubuh daging manusia dalam jumlah begitu masif per hari
di seluruh dunia oleh virus Corona hanya melalui kontak tubuh pada benda mati
dan via interaksi antarmanusia. Bisakah anda membayangkan India dengan 1,3
milyar penduduknya harus melakukan Lockdown paksa agar setiap warganya
mengkarantina dirinya sendiri di rumah dan jika keluar maka aparat keamanan
akan melakukan tindakan tegas atas pelanggaran yang dilakukan. Lockdown menjadi
upaya yang paling diandalkan sementara vaksin belum bisa dikatakan telah
ditemukan sementara masih dalam fase
ujicoba keamanan dan kesuksesan bagi manusia. Tetapi itupun tak mampu menahan
oknum maut dalam rupa wabah semacam ini untuk tidak menimbulkan outbreak
covid-19.
Terang dunia
sebagaimana yang dikemukakan Yesus, adalah sukar untuk diaplikasikan dalam
dunia kognitif manusia, sama sukarnya bagi manusia untuk menerima realita
eksistensi maut sekalipun dalam era-era tertentu dalam sejarah manusia yang
telah dan akan menjadi seperti saat ini…manusia sedang dikonsumi secara renyah
dan begitu rakusnya maut itu menyantap tubuh-tubuh manusia agar lepas dari
kehidupan muka bumi ini. Kegelapan dunia kadang menampilkan rupanya yang paling
keras dan dapat dilihat berjalan membawa
berita maut dari satu negeri ke negeri lain. Kristus memang memaksudkan kegelapan
dunia dengan kuasa maut yang tidak hanya berbicara kematian tubuh tetapi
perbudakan jiwa manusia oleh maut tersebut. Yesus menyatakan dirinya bukan
sebuah kuasa diantara kuasa tetapi kuasa diatas segala kuasa, tak dapat
disentuh oleh kuasa maut: Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan
itu tidak menguasainya.
Dalam
Alkitab pada bagian perjanjian lama bahkan dunia berada dalam kegelapan bila
Allah tidak menyertai memang digambarkan
dalam kuasa maut dalam rupa kekelaman termasuk diantaranya wabah-wabah maut,
coba perhatikan berikut ini:
I
Raja-Raja 8:37-43 Apabila di negeri ini
ada kelaparan, apabila ada penyakit sampar, hama dan penyakit gandum, belalang,
atau belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan mereka di salah satu kota
mereka, apabila ada tulah atau
penyakit apapun, lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel ini
memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya--karena
mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri-- maka
Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan
Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang
sesuai dengan segala kelakuannya, karena engkau mengenal hatinya--sebab Engkau
sajalah yang mengenal hati semua anak manusia, -- supaya mereka takut akan
Engkau selama mereka hidup di atas tanah yang telah Kauberikan kepada nenek
moyang kami. Juga apabila seorang asing,
yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang
dari negeri jauh oleh karena nama-Mu, -- sebab orang akan mendengar
tentang nama-Mu yang besar dan tentang tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu yang
teracung--dan ia datang berdoa di rumah ini,
Teks
diatas ini adalah bagian dari permohonan Raja Salomo dihadapan Tabut Allah
dengan pemandangan yang tak mungkin lagi untuk dilihat untuk kapanpun juga: sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua
sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut
serta kayu-kayu pengusungnya dari atas (IRaja-Raja 8:7). Ada 2 hal yang
menarik perhatian saya: pertama, mengenai Allah yang bertakhta di dunia
sebagaimana di tempat mahatinggi-Nya..perhatikan bagaimana raja Salomo
menyatakan Allah bertakhta di dunia ini: "TUHAN telah menetapkan matahari
di langit, tetapi Ia memutuskan untuk
diam dalam kekelaman. (I Raja-Raja 8:12), dimana Alkitab versi King
James menunjukan “dalam kekelaman” sebagai “thick darkness” atau “kegelapan
yang pekat sedemikian rupa sehingga dapat digambarkan sebagai tebal”. JPS
Tanakh 1917 juga menyatakannya sebagai “dwell in thick darkness.” Salomo memandang
bahwa natur dunia dimana Allah bertakhta adalah demikian adanya, tabut sebagai simbol
dan sarana kehadiran Allah dalam dunia yang sangat gelap ini telah dinyatakan
secara otentik dengan kerub-kerub itu
mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu. Sekaligus menunjukan
bahwa Allah memang secara penuh, total dan tanpa parsialitas mengatasi
kegelapan total. Ketika kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas
tempat tabut itu, ini sedang menunjukan bahwa kegelapan tidak menguasai-Nya
atau kuasa kegelapan tak dapat berbuat apapun juga terhadap pemerintahan Allah.
Ini adalah situasi yang identik dengan kedatangan Sang Logos dalam rupa manusia
yang didalam dirinya sebagai bait dimana Sang Firman berdiam tak terpisahkan
antara kemanusiaan Kristus dari kedivinitasan-Nya sementara tidak bercampuraduk
sama sekali dalam kehakekatannya begitu berdaulat dihadapan kegelapan: Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya
(Yohanes 1:5). Dalam hikmat Salomo dihadapan kehadiran Allah yang sedemikian
rupa, hal menarik kedua adalah bagian permohonan ini:”Apabila di negeri ini ada kelaparan, apabila ada penyakit sampar, hama
dan penyakit gandum, belalang, atau belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan
mereka di salah satu kota mereka, apabila ada tulah atau penyakit apapun”,
mengapa permohonan yang diucapkan Salomo juga membicarakan peristiwa-peristiwa
kelam termasuk wabah penyakit? Satu-satu penjelasan mengapa untuk apapun
peristiwa yang terjadi baik menyenangkan atau menyedihkan, Salomo datang kepada
Allah..itu karena Allah saja yang bertakhta diatas awan kegelapan pekat
tersebut, tak ada yang terjadi diluar pemerintahan-Nya. Jika anda percaya bahwa
Allah mengatasi segala sesuatu tanpa pengecualian maka sebetulnya pernyataan
Salomo yang ini: Allah bertakhta diatas awan gelap pekat, merupakan wujud yang
sangat keras untuk dapat diterima manusia. Salomo bahkan memandang peristiwa
kelam itu sebagai produk-produk alami dunia ini yang tak berada diluar pemerintahan
Allah, dan Allah menggunakannya sebagai sebuah instrumen untuk sebuah tujuan
yang menjangkau bangsa-bangsa diluar Israel itu sendiri: “juga apabila seorang asing, yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang
dari negeri jauh oleh karena nama-Mu” (8:41). Salomo,juga, dalam
permohonannya menunjukan bahwa peristiwa-peristiwa kelam dapat merupakan sebuah
peristiwa langsung terkait kemurkaan Allah yang harus menjadi pertimbangan
manusia untuk diperhatikan secara amat serius, perhatikan ini: lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel
ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan
tangannya--karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya
sendiri-- maka Engkaupun kiranya
mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya
mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala
kelakuannya, karena engkau mengenal hatinya--sebab Engkau sajalah yang mengenal
hati semua anak manusia.. (8:38-39).
Raja
Salomo menunjukan bahwa kegelapan seperti apapun, bukanlah takdir yang
berdaulat, sebab Allah yang hidup bertakhta dan memerintah dengan sebuah tujuan
tunggal, yaitu agar manusia mengenal SIAPAKAH ALLAH yang BENAR itu. Dunia
beserta kegelapannya hanya dapat memproduksi kekelaman dengan tujuan agar
manusia bukan datang untuk mengenal Allah yang memberi hidup; agar manusia
tidak datang kepada Allah yang seharusnya lebih digentari dan dipandang penuh
hormat daripada wabah penyakit dan kematian itu sendiri.
B.Allah Bertakhta Diatas
Awan Gelap Tebal & Telah Menaklukan Maut Untuk Mengakhiri Perbudakan yang
Membelenggu Manusia Selama ini
Peradaban
manusia tak selamanya menang mengatasi berbagai ancaman di dunia ini. Siapakah
yang dapat membayangkan bahwa pembunuh manusia yang masal dan masif adalah
makhluk mikro dan tak dapat dilihat dan tak dapat diraba sehingga dapat
dijauhi. Tak dapat dijauhi sehingga satu-satunya adalah sembunyi didalam rumah?
Jika apa yang kita baca pada Kitab Raja-Raja tersebut adalah spesifik mengenai
satu bangsa yaitu Israel, bisakah anda membayangkan bagaimana Allah memperhitungkannya
kepada bangsa-bangsa lain..sementara Ia menggunakan bangsa-bangsa lain untuk
mendisiplinkan bangsa pilihan-Nya tersebut:” Apabila
mereka berdosa kepada-Mu--karena tidak ada manusia yang tidak berdosa--dan
Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka
diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat”
(1Raja-Raja 8:46).
Injil
Yohanes dibuka dengan informasi peradaban manusia yang mengerikan yang
sebetulnya juga dikemukakan oleh Raja Salomo: Apabila mereka berdosa
kepada-Mu--karena tidak ada manusia yang tidak berdosa (1Raja-Raja
8:46), begini Injil Yohanes menyatakannya: Terang
itu bercahaya di dalam kegelapan (Yohanes 1:5) bahwa
pada dasarnya semua manusia tidak hanya menghadapi kematian tubuh yang bisa
diproduksi oleh pemerintahan maut dunia ini, tetapi juga tak satupun manusia
memiliki kehidupan dari Allah yang tak dapat dibunuh oleh kematian tubuh yang
didatangkan oleh maut. Inilah kegelapan manusia yang lebih berbahaya daripada
kegelapan yang didatangkan pandemi itu sendiri.
Bagaimana
Allah yang bertakhta diatas awan gelap itu menebus manusia dari perbudakan itu,
perhatikan apa yang telah dilakukan Anak Manusia pada Salib itu:
Yohanes
12:23-24,31-33 Tetapi Yesus menjawab mereka,
kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah…
Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia
ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku
akan menarik semua orang datang kepada-Ku."Ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Allah
tak sekedar bertakhta diatas awan gelap pekat tetapi Ia memerintah atas
kegelapan itu sendiri, sehingga tak ada satupun terjadi diluar kontrol divinitas-Nya.
Manusia tidak dalam kapasitas dan kapabilitas untuk dapat mengendalikan
kekuatan maut yang hanya dalam rupa virus belaka. Mengapa tidak mungkin? Karena
manusia pada hakekatnya berada dalam perbudakan maut tanpa sebuah terang yang
dapat menyelamatkannya. Kristus masuk kedalam realitas maut manusia: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh
ke dalam tanah dan mati, namun untuk melahirkan hidup manusia yang
menaklukan maut: tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah. Allah berdaulat atas setiap peristiwa di
dunia ini mulai dari penyakit hingga kelahiran pengobatannya..walau sekedar
agar manusia dapat mencapai usia optimal hidupnya. Tentu saja tak ada satupun
kemampuan manusia baik raga dan spiritual akan mampu berhadapan dengan maut
dalam kematiannya sehingga ia akan dapat berlari menuju kehidupan Allah; tidak
juga dalam pengadilan-Nya nanti, manusia tanpa terang Kristus, dapat mematahkan
perbudakan dirinya oleh maut dihadapan Allah, selain Kristus Sang Penebus yang
telah menebusnya dari maut sebagai milik kepunyaan-Nya.
SOLI
DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment