Tidak
Ada Seorangpun yang Tahu Siapakah Anak Selain Bapa
Oleh:
Blogger Martin Simamora
A.Sang Kristus Dalam
Kemahamuliaan-Nya: Melihat & Menyatakan Bapa
Sementara
Sang Kristus adalah Sang Firman yang turun kedalam dunia dalam sebuah cara yang
membuatnya tak memancarkan kemuliaan sebagaimana hakekat-Nya sebab
kedatangannya dalam rupa seorang anak manusia, tetapi Yesus tetaplah Dia yang
mahamulia. Kemahamuliaan yang tak dapat dilihat, diraba dan dipaham manusia
bahkan sekalipun jika manusia itu adalah makhluk roh sebagaimana halnya dengan
para malaikat, tak akan mampu. Mengapa demikian? Sebab sekalipun
makhluk-makhluk ciptaan itu dalam kemakhlukan yang roh seutuhnya namun ia
tetaplah ciptaan dan begitu terpisah dan begitu terjauhkan dalam kehakekatannya terhadap Allah. Pada Kristus
aspek ini adalah hal yang paling substansial jika siapapun ingin mengenali
kemuliaan Sang Kristus itu setinggi apakah, dan apakah sehakekatkah dengan
Allah Bapa? Jika hanya Allah saja yang
tahu kesejatian Allah maka oleh karena
Yesus adalah Allah Sang Firman yang mengambil bagi dirinya rupa hamba manusia
dalam caranya masuk kedalam dunia untuk menggenapi misi Allah sebagaimana
dikatakan Kitab Suci, maka sementara Ia dapat dikenali oleh manusia dalam
kemanusiaannya, namun dalam keilahiannya tidak mungkin dikenali oleh manusia.
Bahkan malaikat dan segenap makhluk sorgawi tidak akan memiliki pengenalan yang
sedemikian mulianya terhadap Sang Anak Manusia
tersebut. Itulah sebabnya ketika
kemahamuliaan semacam ini yang ditampilkan Sang Mesias sendiri, siapapun sedang
berhadapan dengan Allah yang tak mungkin didekati walau sekaligus ia dapat
dikenali dalam kemanusiaannya. Perhatikan ini:
Lukas
10:22 tidak ada seorangpun yang tahu
siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak
Sang
Kristus sedang menunjukan kemahamuliaannya yang membuat setiap manusia yang
sedekat apapun dengan-Nya harus penuh kerendahan hati untuk menyatakan bahwa
pengenalan sekaya apapun yang dimilikinya akan senantiasa berada dibawah pengenalan penuh kemahamuliaan yang hanya
dimiliki Bapa dan Anak: tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Bapa selain Anak;
tidak ada seorangpun yang tahun siapakah Anak selain Bapa. Kristus yang diutus
agar dikenali manusia, karena itu, oleh injil Yohanes pun dikatakan sebagai
satu-satunya yang berada dalam kesehakekatan untuk dapat berkata yang akan
menunjukan kemahamuliaan yang bersemayam hanya dalam Allah saja, perhatikan apa
yang dinyatakan rasul Yohanes dalam injilnya ini:
Yohanes
1:18 Tidak seorangpun yang pernah
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal
Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah
yang menyatakan-Nya
Kesehakekatan
Anak dan Bapa sekalipun Anak berada dalam dunia pada saat itu telah dinyatakan
dalam kemahamuliaan yang yang tak terputus dan terpisah, yang diungkapkan dalam
sebuah relasi yang penuh kasih satu sama lain: “yang ada di pangkuan Bapa,”
sebuah ungkapan yang dipilih untuk menyatakan ketakberpisahan yang tak
mengalami gradasi dan tak mengalami pada satu tempo sebuah kesenyapan relasi.
Itu sebabnya kesehakekatan ini tidak diungkapkan dalam substansi kehidupan yang
pasif atau menunjukan adanya sebuah momentu menunggu sebuah momentum dalam
Yesus bertumbuh sejak bayi hingga dewasa pada saat ia mengalami semacam
kesadaran atau kebangkitan atau pencerahan bahwa ternyata “aku ini Anak Allah
loh ternyata.” Tidak demikian. Kesehakekatan disini telah dinyatakan sebagai
sebuah kehidupan kekal yang berlangsung
dalam sebuah pemerintahan kekal di bumi sebagaimana di sorga sehingga karenanya
kesehakekatan antara Anak dan Bapa ditunjukan dengan sebuah cara yang taka da satu
makhlukpun di sorga yang dapat menyatakan Bapa..apalagi makhluk di bumi.
Perhatikan ini: tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah yang menyatakan-Nya, jadi bukan sekedar Anak dapat melihat Bapa,
namun Anak berkuasa menyatakan Bapa.
B. Sang Anak adalah
Tetap Sama Baik Dahulu, Sekarang &Selama-Lamanya: Firman yang Bersabda Kepada
Manusia Berdosa, Hanya Saja Sekarang Ia Telah Turut Masuk Kedalam
Ketakberdayaan Manusia untuk Memberikan Kelepasan
Kesehakekatan
sang Mesias dengan Bapa sangat msutahil untuk dilihat sebagai bergradasi walau
memiliki kemuliaan yang mirip atau mendekati Bapa, ini tidak mungkin sebab jantung
kemahamuliaan Anak adalah kesatuannya dengan Bapa yang bersifat tatanan dalam
firman yang memerintah untuk mengerjakan apapun yang menjadi kehendak Ia yang
bersabda. Kristus adalah satu-satunya manusia yang bukan saja dapat melihat
Bapa tetapi juga dapat mendengarkan Bapa bersabda atau Bapa yang tak pernah
berhenti memerintah segenap ciptaan-Nya. Perhatikan ini: Kamu
tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat (Yohanes
5:37), ini bukan sekedar relasi yang teramat eksklusif sebab “rupa-Nyapun tidak
pernah kamu lihat” merupakan deskripsi divinitas sejati yang seperti apakah
dimiliki Kristus dalam kemuliaan dan dalam kesehakekatannya. Ungkapan “rupa-Nyapun
tidak pernah kamu lihat” sementara Allah Bapa adalah Roh begitu jelas berupaya
menunjukan bahwa antara Sang Mesias dan Allah Bapa bukan saja memiliki
kedekatan khusus namun kesehakekatan yang tak mungkin dapat kita ukur dan
pahami dalam penuh kemuliaan. Pun telinga siapakah yang sanggup
mendengarkan-Nya dan pada saat yang sama melihat rupa-Nya? Keakraban jenis
apakah ini yang sedang ditunjukan Kristus? Menjawab ini tidak mungkin dilakukan
Kristus oleh karena kemahamuliaan semacam ini adalah kemahamuliaan yang akan
menghanguskan kemuliaan manusia yang seperti apapun yang coba ditawarkan
kepada-Nya. Itu sebabnya terkait kemahamuliaan Kristus yang semulia dengan Bapa,
karena itu jugalah, hanya Bapa yang dapat menyatakannya: Bapa yang mengutus
Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku (Yohanes 5:37).
Itu
sebabnya sementara Sang Firman menjadi manusia namun Ia tetap sama baik dahulu,
sekarang dan selama-lamanya. Kesehakekatannya ditampilkan dalam cara yang tak
terelakan akan menampilkan keluar kemahamuliaan Kristus dalam selubung tubuh
manusianya…satu-satunya tubuh yang sanggup menjadi bejana tanah liat yang
menyimpan kemahamuliaan yang tak mungkin dicemarkan oleh kelemahan tubuh
manusia Kristus yang memerintah bersama dengan kemahamuliaan Sang Kristus untuk
dengan tubuh manusia tersebut melayani firman yang sudah disabdakan untuk
terjadi. Itu sebabnya ini adalah hal yang ditampilkan Sang Kristus untuk
kepentingan manusia agar manusia dapat mengenalinya dan inilah cara Bapa
bersaksi kepada dunia bahwa Anak adalah sehakekat dengan Bapa, coba perhatikan
ini:
yaitu
segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya.
Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian
tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. (Yohanes 5:36)
Disini
juga kita melihat bahwa “Bapa mengutus Aku” sedang membicarakan bahwa
sebagaimana Bapa mahamulia maka demikian juga kemahamuliaan Bapa ada dan
dimiliki Anak. Hal ini menjadi satu patron kemahamuliaan yang didesain untuk
bekerja dalam kemanusiaan Kristus…sekaligus menunjukan bahwa kemanusiaan
Kristus didesain Bapa untuk berkuasa menyaksikan siapakah Anak dan menyaksikan bahwa
Anak memang diutus Bapa: segala pekerjaan
yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga
yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku.
Kemanusiaan
Kristus tidak membuat Yesus menjadi memiliki limitasi atau mengalami penurunan
derajat kemuliaan-Nya, tidak. Sebaliknya tubuh Yesus dirancang untuk sanggup
atau berkemampuan untuk menyatakan Bapa yang tak dapat dilihat dan didengar,
juga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menggenapi firman. Ini secara
substansial memisahkan Yesus dari semua manusia berdosa sementara ia adalah
benar-benar manusia yang memiliki pikiran dan kehendak yang sangat khas
sebagaimana lazimnya manusia. Posisi Kristus yang sedemikian inilah yang
membuat firman Allah bekerja dalam dan melalui tubuh manusia yang sama alaminya
dengan semua manusia berdosa. Yesus karenanya dapat bersabda pada posisi
kedalam jiwa manusia yang terjebak dalam penjara dosa yang begitu gelap dan
membutakan, sebagaimana tepat dirasakan, dipahami dan dapat dikenali oleh tubuh
Yesus seperti ini:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa
oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu
memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang
kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.
Ini
bukan sekedar bahwa Yesus “maha tahu” apa yang terjadi pada diri setiap
manusia, tetapi oleh tubuh alami yang dimiliki-Nya Ia dapat bersabda kepada
jiwa yang terpenjara melalui tubuh yang dapat merasakan dan mengalaminya namun
tidak dapat ditundukan oleh dosa dengan penjaranya yang sanggup memperbudak
jiwa. Itu juga sebabnya bagaimana manusia itu membutuhkan Hidup dan bagaimana
ketakberdayaan manusia, Yesus memahaminya!
Yesus
bukan saja memahami, tetapi bekerja untuk membebaskan perbudakan melalui
ketakberdayaan tubuh terhadap dosa dan kematian. Tubuh Kristus turut mengalami
ketakberdayaan terhadap kematian tubuh sebagai akibat dosa, namun bukan pada jiwanya.
Ia tahu sekali akan hal ini, itu juga sebabnya Sabdanya terhadap kematian
menunjukan betapa ia sendiri telah masuk kedalam kematian tersebut namun bukan
untuk menjadi tawanan tetapi untuk membebaskan para tawanan bagi diri-Nya
sebagai milik kepunyaan-Nya. Perhatikan ini:
Yohanes
5:24Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus
Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup.
Ia
mengenal maut namun Ia hidup dan memiliki hidup, ini adalah sebuah substansi
yang harus dijunjung sebab Kristus menegaskan bahwa ia mempunyai hidup yang
kekal…tidak atau bukan dikatakan bahwa ia memiliki pengetahuan hidup yang
kekal. Bukan. Ia tak sedang memberikan petunjuk bagaimana hidup kekal bisa
dimiliki untuk anda kerjakan, bukan tetapi Yesus berkata bahwa ia mempunyai
hidup kekal untuk diberikan berdasarkan SABDA atau FIRMAN yang disabdakan-Nya!
Dalam
kemanusiannya, Kristus memiliki kesempatan untuk taat kepada Bapa hingga mati
dan mati pada kayu salib. Sementara memang benar bahwa ketaatan yang seperti
ini menunjukan kehambaan Kristus terhadap Bapa dalam penuh taat yang
diperjuangkannya sampai mengabaikan dirinya sendiri, namun harus kita
perhatikan bahwa dalam ia melakukan demikian telah merupakan tujuannya atau
misinya untuk masuk kedalam kematian yang telah ditetapkan Allah..sebab dengan
demikianlah Ia dalam kematian itu bersabda untuk memberikan hidup; Ia
menggenapi firmannya:”bahwa Ia memberikan hidup” dalam cara menaklukan kematian
secara berdaulat penuh: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus
Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup.
SOLI DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment