Oleh: Martin Simamora
Kehendakku Atas Segala Sesuatu
Di Dunia ini, Tak Pernah Sama Sekali Bersimpuh
Pada Diriku
Tak ada yang begitu membahagiakan seorang manusia kala apapun
kehendaknya terpenuhi dan menghampiri dirinya penuh pemuasan hasrat diri.
Tetapi bagaimana Alkitab bertutur mengenai segala kehendak diri di dunia ini?
Adakah alkitab membicarakannya? Jawabannya ada dan Sang Mesias memberikannya
secara vulgar sekaligus menciutkan
gelora jiwa untuk memeluknya erat-erat. Perhatikanlah ini:
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.-
Matius 7:12
Pada umumnya secara cepat ayat ini dilabelkan sebagai sebuah hukum
kasualitas atau hukum sebab akibat atau hukum tabur tuai sebab menerakan sebuah
timbal balik semacam ini: “segala sesuatu
yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga.” Tetapi ini bukan sama sekali!
Bahkan bukan “adakadabra” atau “law of attraction.” Ya… jika
saja Yesus tidak memenjarakannya kedalam apapun yang disebutnya hanya dia yang
dapat menggenapinya maka “yang kamu kehendaki…supaya
orang perbuat kepadamu” memang benar-benar menjadi mantra yang luar biasa. Hal
kedua, yang begitu penting di sini, Sang Mesias tidak sama sekali sedang
memuaskan keinginan manusia yang
seperti apapun juga baiknya (tentu pasti baik karena diharapkan dilakukan orang
lain padanya) sebab “segala sesuatu yang kamu kehendaki” haruslah secara absolut
menyatakan, menghidupi dan menggenapi: “itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Bagaimana mungkin “segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga” harus dan mutlak perwujudan isi seluruh hukum Taurat?
Jika begitu
masihkah dapat dikatakan segala sesuatu yang kamu kehendaki adalah kehendakmu sendiri?
Kita tak perlu heran jika Sang Mesias berkata demikian, sebab
Ia sendiri berkata terkait segala kehendak dirinya sendiri adalah ini:
“Makanan-Ku ialah
melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”-
Yohanes 4:34
Tidak ada pewujudan kehendak “terliar (atau terbebas yang dapat begitu merdeka untuk diraih)” yang paling ekspresif dan
dapat dipertontonkan di depan khalayak umum secara penuh sukacita selain apa
yang menjadi selera makan. Bicara makan maka itu selera lidah dan selera perut
dan kerap banyak orang gagal mengontrol selera makannya yang berdampak pada
kesehatan fisiknya mulai berat badan yang tak lagi proporsional. Bisa jadi ini
berbicara makanan nyaris menjadi pembicaraan yang begitu liberal itu
dibicarakan dan diinterpertasikan oleh setiap individu atau kelompok
masyarakat. Dan Sang Mesias menyatakan apakah
makanannya atau apakah yang merupakan kehendak “terliarnya” di dunia
ini. Apakah katanya? Katanya: “makananku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya.” Kita sedang melihat Manusia Tuhan beserta selera
tersubstansinya yang tak dapat dibohongi, sebab merupakan makanan sehari-harinya
yang adalah sumber kehidupan dan eksistensinya (karena siapapun jika tidak
makan akan mati pada akhirnya-ini “eksistensi
hidup” bukan menunjukan manusia lebih rendah daripada makanan yang
dimakannya). Sang Mesias begitu berbeda dengan semua manusia lain sebab
makanannya adalah eksistensi Allah dalam kesegenapannya yang paling penuh
demonstrasi kuasa-Nya: “melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya.” Siapakah manusia yang makanannya adalah kehendak Allah
dan melakukan apapun yang merupakan pekerjaan Allah sementara Ia juga manusia?
Dan tahukah anda bahwa
makanan-Nya itu adalah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi,
dan bagi Sang Mesias makanannya ini adalah tujuannya. Susah bagi manusia untuk
dapat memahami bahwa makanan adalah sekaligus tujuannya di dunia ini, karena
senantiasa makanan yang kita asupkan ke dalam eksistensi diri ini kerap tak
selaras dengan apapun tujuan hidupmu, walau berangkali anda dan saya tahu. Bisa
jadi seseorang tahu tujuan yang ingin dicapainya menjadi seorang ilmuwan antariksa,
tetapi makanannya bukan belajar tekun tetapi bersenang-senang dan berpesta pora
dalam waktu-waktu terproduktifnya. Kerap tidak perlu merupakan dosa-dosa keras
seperti mencuri tetapi menyalahgunakan waktu telah menjadi makanan pokok
menggantikan makanan belajar penuh ketekunan. Sebaliknya, pada Yesus memang
makanannya adalah tujuannya datang ke
dalam dunia ini:
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.” Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”- Matius 5:17-18
Siapa manusia yang makanannya adalah firman dan menjadikan
dia memiliki sumber kehidupan pada dirinya sendiri? Rasul Yohanes dalam terang
Roh Kudus begitu luar biasa ketika menuliskan “Dalam Dia ada hidup
dan hidup itu adalah terang manusia” (Yohanes 1:4). Mengapa
menakjubkan sebab sejak permulaan di kekalan sudah dikatakan bahwa Sang Mesias
pada mulanya adalah Sang Firman yang adalah Allah:” Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1) dan
ketika telah menjadi manusia di dunia ini, Ia tetap bersama-sama dengan Allah
untuk bersabda dan menyatakan Allah yang bersama-sama dengan-Nya sejak sebelum
permulaan segala apapun yang dapat disebut permulaan: “Tidak seorangpun yang pernah
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakan-Nya”
(Yohanes 1:18).
Sekarang kita dapat memahami lebih baik ketika Sang Mesias
berkata “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”
sedang menunjukan bahwa:
Ø tidak ada pemerintahan kehendak manusia yang tegak sementara ia hendak
menuruti sabda Allah dalam sebuah penggenapan.
Ini lebih
dari sekedar penundukan penuh perjuangan
berkeringat, karena sekalipun demikian akan tetap gagal. Yesus Sang Mesias pada
dirinya sendiri mengindikasikannya sebagai “makananku.”
Karena
eksistensinyalah maka itulah makanannya. Jangan bingung karena Yesus Sang
Mesias menunjukan apakah dan darimanakah sumber keeksistensiannya sehingga
makanannya begitu berbeda daripada semua manusia:
“Maka kata orang-orang Yahudi itu:
"Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin
kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari
bawah, Aku dari atas; kamu
dari dunia ini, Aku bukan dari dunia
ini.- Yohanes 8:22-23
Eksistensi diri Yesus adalah
eksistensi aktual sebagai manusia bukan sebuah eksistensi yang holografik atau sebuah kesemuan dalam
pandangan manusia. Karena ia memilik: diri, asal, dan tujuan terhadap manusia.
Ø Segala kehendak di sini haruslah menggenapi isi seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi.
Ini
tak main-main karena ini dimulai dari yang tak terlihat sebab didalam jiwa. Tidak dikatakan segala perbuatan,
tetapi segala kehendak!
Dalam hal ini Sang Mesias melakukan penghakiman di kedalam batin setiap manusia
pada “kehendak-kehendak” manusia. Dari kehendaklah datang penggenapan itu.
Kesucian kehendak atau jiwa merupakan eksistensi perbuatan yang menggenapi isi
seluruh… !
Dan Matius 7:12 itu merupakan kebenaran
teragung bagi manusia. Hanya jika manusia kudus adanya maka ia sanggup
menggenapi seluruhnya! Tak ada relativitas dan tidak ada gradasi dan
penyesuaian atau adjustment yang menghasilkan humanisasi pada kehendak Sang
Mesias. Itu jelas terlihat pada pendefinisian kebenaran itu sebagai absolut:
Matius 7:13 Masuklah
melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah
jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya
Sang Mesias
menyatakan, ini:
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
Adalah pintu
yang membawa hidup sebab memakan firman sebagai kebutuhan hidup sehari-harinya
sungguh membuatnya hidup. Tetapi Yesus Sang Mesias menyatakan bahwa manusia tak
suka dengan kehendak yang terpasung oleh keabsolutan moralitas Allah dalam
definisi hukum Taurat dan kitab para nabi. Manusia senantiasa senang pada “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga” sebagai
sebuah keluhuran moral dan hidup pada sesama. Tetapi mengangkatnya lebih tinggi
hingga menjadi itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi, apa perlunya?
Apa perlunya berkehendak baik harus melibatkan Tuhan dan firman??
Sekalipun
jelas konsekuensinya, lucunya manusia terlihat menjadi bodoh, sebab:
“karena sesaklah pintu dan sempitlah
jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Matius 7:14
Kita harus
mengingat secara cermat bahwa terkait “sedikit orang yang mendapatinya” terkait dengan 2 hal penting yang sedang berlangsung
pada saat itu dan dinyatakan-Nya terkait
dirinya dalam berelasi dengan (1) “jalan menuju kehidupan” dan (2)“itulah isi hukum Taurat dan kitab para nabi”:
1. Akulah hidup:
“Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan
hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah
mati” (Yohanes 11:25)
“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci,
sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu
tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” (Yohanes 5:39-40)
Ketika Yesus berkata sebagaimana
Matius 7:13-14, ia sedang menunjuk pada dirinya dan memang pada saat ia di
dunia tidak banyak yang dapat mendapati dirinya adalah JALAN SEMPIT MENUJU
KEHIDUPAN. Sebagaimana Ia sendiri menyingkapkannya sebagai sebuah penggenapan
yang begitu singkat rentangnya:
“Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku
dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup
oleh Aku. Inilah roti yang telah
turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan
mereka telah mati. Barangsiapa makan
roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya." Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari
murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan
ini keras, siapakah yang
sanggup mendengarkannya?"-
Yohanes 6:57-58,60
“Mulai dari waktu itu banyak
murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”- Yohanes 6:66
2. Itulah isi hukum Taurat dan Kitab para nabi
Terkait manusia, Sang Mesias sudah
memvonis semua tanpa kecuali bahwa pada eksistensi diri semua manusia itu
sendiri, mustahil untuk menggenapinya, oleh sebab hakikat manusia itu ketika
berhadapan dengan:
Sang Penggenap hukum Taurat dan kitab
para nabi, maka:
Yohanes
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang
telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Merupakan
keadaan manusia batin atau manusia rohani manusia yang memang akan tak mampu
memenuhi tuntutan kekudusan Allah dengan menggenapinya sebagaimana Yesus Sang
Mesias oleh sebab jiwa manusia memang sama sekali tak kudus:
Matius
5:18-19 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah
yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang
menajiskan orang
Sang
Mesias sudah menyatakan bahwa dasar penggenapan hukum Taurat dimulai pada
kehendak/hati bukan pada
perbuatannya sebagai mata air penggenapan. Perbuatan eksternal tidak melahirkan penggenapan tetapi kehendak
internal jiwa yang melahirkan perbuatan itu, itulah menjadi dasar lahirnya
perbuatan kudus sebagaimana kudusnya Sang Penyabda “jangan membunuh” dan
seterusnya.
Manusia
tidak pernah berhasil menjadi para penggenap tak bercela sedikit saja
sebagaimana Yesus, sehingga menjadi pintu menuju kehidupan berdasarkan
perbuatannya.
Ini bukan
anti perbuatan baik, ketika Yesus berkata seperti ini. Sebaliknya ia mendudukan
perbuatan baik dalam bingkai kudus Tuhan: “Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya
orang
perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Hanya ketika
seseorang berada di dalam Kristus saja maka segala perbuatan yang dapat
dikatakan sebagai baik berasal dari jiwa yang dikuduskan dan
dihidupkan dalam persekutuan hidup berdasarkan firman yang digenapkan secara
sempurna oleh Yesus Sang Mesias:
“Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”-Yohanes
15:5
Sekarang kita harus menjadi cerdas bahwa Yohanes 15:5
bukan hendak menyatakan bahwa manusia-manusia di luar Yesus tidak bermoral,
tidak dapat berbuat baik dan tidak dapat melakukan kemuliaan-kemuliaan dalam
dunia manusiawi ini. Bukan itu! Tetapi mustahil bagi siapapun untuk berbuah
yang membuahkan dari pohon kehidupan Allah jika tak menerima hidup dari Allah:
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Semua orang
memiliki potensi optimal untuk berbuat baik dan membangun karakter, bahkan
tanpa perlu mengenal eksistensi Allah dan mengenal, apalagi, Sang Mesias.
Tetapi jelas perbuatan baik tak perlu, dalam dunia manusia ini, bertaut dengan
kekudusan Allah dan kemurkaan Allah terhadap ketakudusan yang bagaimanapun.
Dalam dunia manusia, pada pokok batangnya, memang manusia bisa membangun
nilai-nilai etika dan moralitas tanpa sama sekali menyebut Tuhan, atau bilapun
tersebutkan, maka itu Tuhan dalam bingkai-bingkai moralitas dan etika peradaban
manusia, dimana Allah tidak boleh berdaulat dalam menentukan kebenaran yang
bertakhta di atas kekudusannya. Sementara Yesus berkata, terkait perbuatan
manusia yang baik di hadapan manusia:
“Kamu
adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Demikianlah
hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang
di sorga."- Matius 5:13,16
Kamu adalah
ranting-ranting pokok anggur dan kamu adalah garam dunia merupakan eksistensi
setiap pengikut Kristus di dunia ini
yang berelasi dengan Allah pada setiap aspek diri sehingga melahirkan pemuliaan Bapa. Semua harus
memiliki relasi pengenalan akan Bapa agar perbuatan baik masuk ke dalam
kekudusan Bapa sebagai yang mengharumkan
Bapa, di dunia ini!
Apakah
kehendakku, apakah kehendakmu? Inilah
kehidupan rohani dalam kedewasaan berelasi dengan Tuhan yang membasahi bumi
yang menerangi bumi yang membuat bumi bukan tujuan semesta diri selain
menjadikan diri ini alat semesta bagi Allah demi kepentingannya sendiri
sementara aku anak-Nya dan Ia Bapaku-mengenal jati diri anak Allah dalam sebuah
kesejatian mengapa Allah memilihku sebelum dunia ini diciptakan. Dalam hal
inilah kita turut serta di dalam Kristus melakukan kehendak Bapa dan melakukan
pekerjaan Bapa. Di dalam Kristus.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment