Oleh : Pdt. Budi Asali, M.Div
MASIH KURANGKAH PENDERITAAN KRISTUS?
KOLOSE 1:19-29“Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya. Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat...”
I
Salib mendamaikan kita dengan Allah.
1)Kita (orang yang
belum percaya) membutuhkan pendamaian dengan Allah. Mengapa? Karena:
a) Kita
hidup jauh dari Allah (ay 21 bdk. Ef 2:12b - ‘tanpa Allah’).
b) Kita
memusuhi Allah dalam hati dan pikiran kita (ay 21).
1.‘dalam
hati dan pikiran’ (ay 21). Ini salah.
NASB: in mind
(= dalam pikiran).
NIV: in your mind
(= dalam pikiranmu).
2. Memusuhi Allah dalam pikiran ini tidak mesti diartikan bahwa
dalam pikirannya manusia itu betul-betul membenci Allah dan menganggap Allah
sebagai musuhnya. Tetapi maksudnya adalah bahwa kita selalu menginginkan hal-hal yang
tidak disenangi oleh Allah (bdk. Ro 8:7-8).
Calvin: “We all, however, stand in need of Christ as our peace-maker, because we are the slaves of sin, and where sin is, there is enmity between God and men” (= Bagaimanapun kita semua membutuhkan Kristus sebagai pendamai kita, karena kita adalah hamba dosa, dan dimana dosa ada, di situ ada permusuhan antara Allah dengan manusia).
c)
‘Memusuhi Allah dalam pikiran’ akhirnya terwujud melalui ‘perbuatanmu
yang jahat’ (ay 21).
Memang kalau pikiran
kita tidak benar, maka lambat atau cepat kehidupan kita (kata-kata maupun
tindakan) juga akan tidak benar.
Karena semua ini, maka murka Allah ada di atas kita (Ef 2:3 Yoh 3:36), dan kita membutuhkan pendamaian. Ini perlu disadari oleh semua manusia, yang belum percaya kepada Kristus!
2) Pendamaian oleh
Kristus.
Ay 20: ‘oleh Dialah Ia mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya ... sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus’.Bdk. Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pen-damaian karena iman, dalam darahNya”.
Calvin: “such is
the determination of God - not to communicate himself, or his gifts to men,
otherwise than by his Son. ‘Christ is all things to us: apart from him we have
nothing. ... we cannot be joined to God otherwise than through him” (= begitulah ketetapan / penentuan Allah - tidak memberikan
diriNya sendiri, atau karunia-karuniaNya kepada manusia kecuali melalui
AnakNya. ‘Kristus adalah segala-galanya bagi kita: terpisah dari Dia kita tidak
mempunyai apa-apa. ... kita tidak bisa disatukan / digabungkan dengan Allah
kecuali melalui Dia).
Pendamaian manusia
dengan Allah hanya dimungkinkan melalui Kristus karena Kristus sudah mati di
salib, mencurahkan darahNya untuk mene-bus dosa kita. Ini yang
seharusnya direnungkan / dikenang dalam mera-yakan Jum’at Agung! Kita harus
merenungkan salib Kristus sedemikian rupa sampai kita betul-betul merasakan
kasih Allah kepada kita, dan juga sampai kita membalas mengasihi Allah.
William Barclay: “The
Cross is the proof that there is no length to which the love of God will refuse
to go in order to win men’s hearts; and a love like that demands an answering
love. If the Cross will not waken love in men’s hearts, nothing will” (= Salib adalah bukti bahwa tidak ada jarak yang tidak mau
ditempuh oleh kasih Allah untuk memenangkan hati manusia; dan kasih seperti itu
menuntut kasih balasan. Jika salib tidak membangunkan / menghidupkan kasih
dalam hati manusia, maka tidak ada apapun yang akan membangunkan /
menghidupkannya).
3) Siapa yang
diperdamaikan dengan Allah?
Ay 20
mengatakan ‘segala sesuatu’ dan bahkan menambahi dengan kata-kata ‘baik
yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’.
Macam-macam
tafsiran:
a) Malaikat
juga punya dosa. Dasar Kitab Suci: Ayub 4:18 15:15.
Calvin mengatakan
bahwa sekalipun malaikat tidak mempunyai dosa tetapi kesucian mereka kotor
dibandingkan dengan kebenaran / kesucian Allah, sehingga mereka juga perlu
pendamai.
Keberatan: malaikat
hanya mempunyai 2 kemungkinan:
- Jatuh dalam dosa ini. Ini menjadi setan dan para pengikutnya, dan yang ini jelas tidak ditebus (Ibr 2:14-17).
- Tetap suci. Yang ini tidak membutuhkan penebusan / pendamaian.
b) Origen,
yang menurut Hendriksen adalah Universalist yang pertama, berpendapat
bahwa ini menunjukkan bahwa Iblis dan malaikat-malaikatnya juga ditebus,
sehingga nanti pada akhirnya mereka juga diperdamaikan dengan Allah oleh
kematian Kristus.
c) Theodoret
dan Erasmus: malaikat-malaikat itu bukan diperdamaikan dengan
Allah, tetapi dengan manusia. Tetapi ini bertentangan dengan kata-kata ‘dengan
diriNya’ dalam ay 20. Hebatnya Barclay menganggap ini sebagai ‘the
most interesting suggestion’ (= usul yang paling menarik).
d) ‘Yang ada
di sorga’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang sudah mati,
sedangkan ‘yang ada di bumi’ menunjuk kepada semua orang pilihan /
percaya yang masih hidup.
Sebagai
tambahan, bandingkan ini dengan ay 23: ‘dikabarkan di seluruh alam di bawah
langit’. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘has been proclaimed to every creature under heaven’ (= telah dikabarkan kepada setiap makhluk ciptaan di bawah langit).NASB/Lit: ‘was proclaimed in all creation under heaven’ (= telah dikabarkan dalam semua ciptaan di bawah langit).
Ini
tidak ditafsirkan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada setan, binatang, atau
batu / pohon, tetapi diartikan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada ‘semua
manusia’! Jadi ay 20 juga tidak perlu mencakup malaikat, setan atau
binatang.
Tetapi mengapa untuk ay 20 kita tidak menafsirkan ‘semua orang’ tetapi
‘semua orang pilihan’? Karena:
- Ay 20
tidak menyebut yang di neraka. Jadi memang ada orang yang tidak diperdamaikan
dengan Allah.
- Jika ‘segala sesuatu’ dalam ay 20 ini ‘semua orang’, maka ini menjurus pada Universalisme, karena ay 20 ini mengatakan ‘memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya’.
Calvin: “Should
any one, on the pretext of the universality of the expression, move a question
in reference to devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No,
not even of the wicked men: though I confess that there is a difference,
inasmuch as the benefit of redemption is offered to the latter, but not to the
former” (= Jika ada orang, dengan dalih keuniversalan pernyataan ini,
menanyakan pertanyaan berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah
pendamai mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan Kristus bukanlah pendamai
orang-orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan, karena
keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang jahat, tetapi tidak kepada
setan).
Catatan: yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang
jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (=
orang yang ditentukan untuk binasa).
Lalu bagaimana kita bisa tahu kita orang pilihan atau bukan? Kalau saudara bisa percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka saudara adalah orang pilihan. Kalau saudara bukan orang pilihan, paling banter saudara hanya bisa menjadi orang kristen KTP.
II) Apa yang harus dilakukan setelah damai dengan Allah?
1) Pengudusan (ay 22).
Tujuan dari perdamaian itu adalah kekudusan (bdk. Ef 2:10).
Beberapa penafsir
mengatakan bahwa ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ ini
menunjuk pada keadaan orang percaya pada akhir jaman. Memang sekalipun dalam
hidup ini kita berjuang menguduskan diri, kita tetap tidak bisa menjadi ‘tak
bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ pada akhir jaman. Kita tetap
membutuhkan penghapusan dosa melalui darah Kristus. Tetapi itu tidak berarti
bahwa kita lalu boleh mengabaikan pengudusan itu! Kristus mati untuk dosa kita
bukan supaya kita bisa terus hidup di dalam dosa! Bdk. 2Kor 5:15.
2) Bertekun dalam iman (ay 23).
a)
Kata-kata ‘sebab itu’ di awal ay 23 merupakan terjemahan yang salah.
NIV/NASB: ‘if’
(= jika).
Yunani: EI (= jika).
Jadi ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ dalam ay 22,
hanya bisa terjadi kalau kita bertekun dalam iman.
William Hendriksen: “Divine preservation always presupposes human perseverance. Perseverance proves faith’s genuine character, and is therefore indispensable to salvation” (= Pemeliharaan ilahi selalu mensya-ratkan ketekunan manusia. Ketekunan membuktikan sifat asli dari iman, dan karena itu mutlak dibutuhkan).
b) Hal-hal
yang bisa menggeser kita dari iman / pengharapan Injil adalah:
- Ajaran sesat. Ini yang dipersoalkan oleh Paulus di Kolose ini.
- Problem / kesukaran / penderitaan. Ingat akan tanah golongan ke 2 (Mat 13:5-6,20-21).
- Daya tarik duniawi (uang, sex, kekuasaan, kesenangan). Ingat tanah golongan 3 (Mat 13:7,22).
c) Hal-hal
yang perlu dilakukan supaya bisa bertekun dalam iman, adalah:
- Belajar Firman Tuhan.
- Berdoa.
3) Melayani Injil (ay 23b,25-28).
Ay 23: ‘pelayannya’
dimana kata ‘nya’ jelas menunjuk pada ‘Injil’.
William Hendriksen: “A minister of the Gospel is one who knows the gospel, has been saved by the Christ of the gospel, and with joy of heart proclaims the gospel to others. Thus he serves the cause of the gospel” (= Seorang pelayan Injil adalah seorang yang mengetahui Injil, telah diselamatkan oleh Kristus dari Injil, dan dengan sukacita dari hati memberitakan Injil kepada orang-orang lain. Jadi ia melayani gerakan Injil).
Pada hari
Jum’at Agung ini renungkan seberapa aktifnya saudara dalam memberitakan Injil?
Sudah cukup aktifkah? Atau sebaliknya kurang aktif? Atau sudah berkurang
keaktifannya, dalam arti dulu aktif sekarang tidak?
Kristus mati bukan
hanya untuk saudara, tetapi untuk semua orang pilihan, dan banyak dari orang
pilihan yang belum mendengar Injil dan karenanya belum diselamatkan. Kita memang tidak bisa tahu yang mana
dari orang-orang yang belum percaya itu yang adalah orang pilihan dan yang
mana yang bukan, dan karena itu kita harus memberitakan Injil kepada
semua orang.
4) Menderita untuk jemaat / gereja (ay 24).
a) Ay
24: ‘aku boleh menderita’.
NASB: ‘in my
sufferings’ (= dalam penderitaan-penderitaanku). Ini bentuk jamak.
Kelihatannya pada saat
menulis surat Kolose ini Paulus ada dalam penjara (bdk. 4:10,18). Ini jelas
merupakan penderitaan yang hebat. Tetapi hebatnya, ia bersukacita karena hal
itu (ay 24a)!
b) ‘aku
boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam daging-ku apa yang kurang
pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat’ (ay 24b).
Roma Katolik
menafsirkan bahwa ay 24b ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus tidak
sempurna, perlu ditambahi dengan penderitaan dari para martir. Dan memang dalam
ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan dengan ketidaksempurnaan penebusan
Kristus, seperti:
- Api pencucian.
- Perbuatan baik manusia punya andil dalam keselamatan.
Tetapi ay 24b ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan Kristus
tidak sempurna, karena:
a. Itu bertentangan dengan ajaran Kitab
Suci yang ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Yoh 19:30 dan Ibr 10:11-14.
b. Dalam surat Kolose Paulus justru
menyerang ajaran sesat yang menekankan ketidak-cukupan penebusan Kristus, dan
Paulus menekankan kecukupan penebusan Kristus. Jadi tidak mungkin dalam
Kol 1:24 Paulus justru berbicara sebaliknya, dan dengan demikian menentang
kata-katanya sendiri.
Herbert M. Carson
(Tyndale): “Furthermore, he is dealing here at Colossae with a false
teaching which denies the sufficiency of the work of Christ, and insists that
it must be supplemented by asceticism and other human endeavours. Paul has
replied in his opening chapter with an uncompromising stress on the preeminence
of Christ, and the completeness of the redemption which He has accomplished. Is
it then likely that he would cast this position to the winds and introduce a
view which envisaged the perfecting of an incomplete atonement?” (= Selanjutnya, di sini di Kolose ia sedang menangani ajaran
sesat yang menyangkal kecukupan pekerjaan Kristus, dan mendesak bahwa itu harus
ditambahi dengan pertapaan dan usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah
menjawab dalam pasal pembukaannya dengan penekanan yang tidak berkompromi pada penonjolan
Kristus, dan kelengkapan / kesempurnaan dari penebusan yang telah Ia
selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang ia membuang pandangannya dan mengajukan
suatu pandangan yang menggambarkan penyempurnaan dari suatu penebusan yang
tidak lengkap?) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and
Philemon’, hal 50.
Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu mungkin menunjuk kepada ayat-ayat seperti Kol 1:13-14,20-22 - “(13) Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih; (14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. ... (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya”.
Bandingkan
juga dengan Kol 2:8-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan
kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan
roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (9) Sebab dalam Dialah berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, (10) dan kamu telah dipenuhi di
dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. (11) Dalam Dia kamu
telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan
sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12)
karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh
pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
(14) dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada
kayu salib: (15) Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka. (16)
Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya
ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah
Kristus. (18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang
pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya
yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana
seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan
sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati
bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di
dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22)
semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut
perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini,
walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti
merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup
duniawi”.
c. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘penderitaan’
tak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menunjuk kepada penderitaan
Kristus dalam menebus dosa manusia.
Herbert M. Carson (Tyndale): “The very word used here for suffering, thlipsis, is nowhere used in the New Testament to describe the atoning death of Christ, and, as Lightfoot points out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial act’” (= Kata yang digunakan di sini untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kematian Kristus untuk menebus dosa, dan, seperti ditunjukkan oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan pengorbanan’) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50-51.
d. Dalam ay 25 Paulus menyebut
dirinya ‘pelayan jemaat’. Jika dalam ay 24 ia memang mengajarkan
bahwa penderitaan yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa, seharusnya ia
mengaku diri sebagai ‘pengantara’ atau ‘penebus’.
Lalu, apa artinya ay 24b ini?
(1) Ini adalah penderitaan dalam pembangunan tubuh Kristus, dan dalam hal
ini Kristus memberikan tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para
pengikutNya.
William Barclay: “He thinks of the sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her from errors, is doing the work of Christ. And if such service involves suffering and sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very suffering of Christ” (= Ia berpikir tentang penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan Yesus Kristus sendiri. Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja harus dibangun dan diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan benar; karena itu, setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas batasan-batasannya, meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang melakukan pekerjaan Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup penderitaan dan pengorbanan, penderitaan itu memenuhkan dan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus).
James Fergusson (Geneva): “As the personal sufferings of Christ were for the church’s redemption, and to satisfy the Father’s justice for the sins of the elect, Acts 20:28, which he did completely, John 19:30; so the suffering of the saints are also for the church’s good, though not for her redemption or expiation of sin, neither in its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by their example, James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to confirm that truth for which they do suffer, Phil. 2:17” (= Seperti penderitaan pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk memuaskan keadilan Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang Ia lakukan secara lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari orang-orang kudus juga untuk kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya atau penebusan / pembayaran dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya, 1Yoh 1:7; tetapi untuk mendidik gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10, untuk menghibur gereja dalam penderitaan, 2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).
(2) Karena adanya kesatuan antara Kristus dan para pengikutNya, maka pada
waktu pengikutNya menderita, Kristus juga menderita dalam dia.
James Fergusson (Geneva): “The sufferings of Paul, and of any other saints, are the sufferings of Christ, and the filling up of his sufferings; not as if Christ’s personal sufferings for the redemption of sinners were imperfect, and so to be supplied by the sufferings of others, (see Heb. 10:14) but such is that sympathy betwixt Christ and believers, Acts 9:4, and so strict is that union among them, whereby he and they do but make up one mystical Christ, 1Cor. 12:12, that in those respects the sufferings of the saints are his sufferings, to wit, the sufferings of mystical Christ, which are not perfect nor filled up, until every member of his body endure their own allotted portion and share” (= Penderitaan dari Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan Kristus, dan memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan penderitaan pribadi Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak sempurna, dan karena itu harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain, (lihat Ibr 10:14) tetapi begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang percaya, Kis 9:4, dan begitu ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan mereka membentuk satu Kristus yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu penderitaan orang-orang kudus adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari Kristus mistik, yang tidak sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya menanggung bagian mereka).
Pulpit Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan alasan sebagai berikut: “this view identifies Pauls’ sufferings with his Master’s while he expressly distinguishes them” (= pandangan ini mengidentikkan penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya sementara ia secara jelas membedakan mereka).
(3) Ini ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.
William Hendriksen: “... although Christ by means of the affliction which he endured rendered complete satisfaction to God, so that Paul is able to glory in nothing but the cross (Gal. 6:14), the enemies of Christ were not satisfied! They hated Jesus with insatiable hatred, and wanted to add to his afflictions. But since he is no longer physically present on earth, their arrows, which are meant especially for him, strike his followers. It is in that sense that all true believers are in his stead supplying what, as the enemies see it, is lacking in the afflictions which Jesus endured. Christ’s afflictions overflow toward us” [= ... sekalipun Kristus melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan pemuasan lengkap / penuh kepada Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya dalam salib (Gal 6:14), musuh-musuh Kristus tidak dipuaskan! Mereka membenci Yesus dengan kebencian yang tidak terpuaskan, dan ingin menambah penderitaanNya. Tetapi karena Ia tidak lagi hadir secara jasmani di bumi ini, panah-panah mereka, yang sebetulnya dimaksudkan secara khusus untuk Dia, menyerang pengikut-pengikutNya. Adalah dalam arti ini dimana semua orang yang sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh itu melihatnya, yang kurang dalam penderitaan yang telah Yesus tanggung. Penderitaan Kristus meluap / melimpah kepada kita].
Bdk.
Kis 9:4-5 2Kor 1:5 Gal 6:17
Fil 3:10 Wah 12:13 (‘perempuan’ = gereja).
Kesimpulan
/ penutup:
Untuk saudara yang belum yakin
akan keselamatan / perdamaian dengan Allah, cepatlah datang kepada
Kristus dan menerimaNya sebagai Juruselamat pribadi saudara. Untuk saudara yang sudah diperdamaikan dengan Allah,
berjuanglah dalam pengudusan, bertekunlah dalam iman, aktiflah pemberitaan
Injil, dan juga maulah dalam menderita bagi gereja! Kiranya Tuhan memberkati
saudara.
-AMIN-
No comments:
Post a Comment