Oleh: Martin Simamora
Pohon dan buah anggur khas Brazil- Credit: edenproject.com |
Bacalah
lebih dulu bagian 1i
Kerancuan demi
kerancuan, terus bergulir. Konsekuensi alami yang dihasilkan oleh pembangunan
sebuah ajaran di atas dasar yang salah: menggunakan Lukas 13:23-24 yang sama
sekali tidak mengkomunikasikan ajarannya, bahwa seorang yang telah percaya kepada Kristus, masih harus berjuang keras untuk melalui jalan yang sesak
[masih harus berjuang lagi untuk mendapatkan dan memastikan keselamatannya
sendiri], hal yang dibantah secara sangat keras oleh Lukas 13:25-27. Terus
bergulir, meruncingkan sudut-sudut
bengkok sebelumnya, pendeta Erastus Sabdono, kembali memasukan 2 nas firman yang justru menegasikan atau lebih
tepatnya: menyibakan kesalahan-kesalahan fatal dalam pengajarannya, yaitu: Matius 7:21-23 dan Filipi 2:5-13, sebagaimana dinyatakannya dalam lanjutan pada paragraf 11:
Orang yang mengaku percaya dan
menerima Tuhan Yesus tetapi tidak semakin serupa dengan Dia, berarti tidak
hidup dalam keselamatan-Nya. Ingat bukan orang yang memanggil Dia Tuhan yang
akan selamat, tetapi yang melakukan kehendak Bapa
(Mat 7:21-23). Oleh sebab itu hendaknya kita tidak menganggap murah keselamatan
dalam Yesus Kristus. Ada harga yang harus dibayar untuk mengalami dan memiliki
keselamatan dalam Yesus Kristus tersebut, yaitu meninggalkan pola hidup manusia
pada umumnya untuk mengenakan hidup baru seperti kehidupan yang dikenakan Tuhan
Yesus Kristus. Inilah yang disebut mengerjakan keselamatan dengan takut dan
gentar (Fil 2:5-13).
Pendeta Erastus
Sabdono menyatakan: orang yang mengaku
percaya dan menerima Tuhan Yesus tetapi tidak semakin serupa dengan Dia,
berarti tidak hidup dalam keselamatan-Nya. Ingat bukan orang yang memanggil
Dia: Tuhan, yang akan selamat, tetapi yang melakukan kehendak Bapa (Matius
7:21-23). Ia, menggunakan Matius 7:21-23 sebagai landasan pengajarannya tersebut. Sekarang mari
kita membaca nas firman tersebut:
Matius
7:21-23 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia
yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang
kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Teks
ini (Matius 7:21) memiliki kesebangunan atau memiliki kesetaraan situasi pada
Lukas 13:23-24 yang juga telah digunakan secara sangat salah untuk menopang
pengajarannya.
Mari kita lihat,
kesebangunan dalam hal apa saja:
Bukan oleh Karena Pejuangan Kerasmu
Untuk Memiliki Keselamatan, Namun Karena Aku Telah Mengenalimu Dan Kamu Melakukan Kehendak-Ku Sebagai Buah
Hubungan Sejati
Pada Lukas 13:24,
Yesus berkata: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” Dan
memberitahukan hasilnya: “Sebab
Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak
akan dapat.”
Yesus
memberikan perintah, sebuah kebenaran, yang terlepas dari dirinya. Ini adalah
kebenaran yang terletak pada “jika
dilakukan sebagaimana kehendak Bapa” dan menekankan pada “perjuangan manusia itu sendiri.”
Yesus dalam menjawab pertanyaan: “sedikit
sajakah orang yang diselamatkan?" Memilih menjawabnya dalam cara
yang tak langsung kepada penanyanya itu tersebut, dan konteks penanya tentu
saja sebagai orang Yahudi yang bertanya mengenai keselamatan berdasarkan
kebenaran Taurat, itu sebabnya Yesus memberikan
jawaban yang menekankan pada perjuangan manusia untuk melalui jalan yang
sesak itu. Terkait hal ini, bacalah bagian1F dan 1G.
Yesus
berkata: “tetapi tidak akan dapat.”
Yesus memberikan perintah agar para
pendengarnya mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa jalan menuju keselamatan
itu adalah jalan yang sesak, dimana harus berjuang keras agar dapat melaluinya.
Yang mengejutkan adalah hasilnya: tidak
akan dapat.
Itu
apa yang dikatakan Yesus, bukan saya.
Yesus sendiri sudah lebih dulu memberikan vonisnya. Namun, yang jauh lebih
menarik adalah penjelasan Yesus, menagapa tidak akan dapat masuk walau sudah
berusaha keras.
Jawaban Yesus berikut ini, mutlak diperhatikan.
Semutlak orang harus memperhatikan ayat
24, beginilah penjelasan Yesus:
Lukas
13:25 Jika tuan
rumah telah bangkit dan telah
menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu
sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata
kepadamu: Aku tidak
tahu dari mana kamu datang.
Sekonyong-konyong, penentu
bagi seseorang yang berjuang melalui pintu sesak itu, bukan pada diri
manusia, bukan pada seberapa keras perjuanganmu. Sekonyong-konyong,penentu bagi
seseorang untuk sukses masuk melalui pintu sukses itu adalah tuan rumah;
penentu bagi seseorang untuk sukses masuk melalui pintu sukses itu adalah:
apakah manusia dikenal oleh tuan rumah?; penentu bagi seseorang untuk dibukakan
pintu agar dapat masuk, bukan sama sekali pada
skor perjuangan kerasnya, tuan rumah tak peduli dan kata-kata
ultimatumnya jelas: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
Dan,
orang-orang yang ditolak itu, yang berpikir memiliki dasar kokoh untuk tidak
ditolak, sebab mereka mengenal dia dan seharusnya dia mengenal mereka, mengajukan pembelaan diri:
Ayat
26 : “Kami telah makan dan
minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan
kota kami.”
Kami
berinteraksi denganmu, bahkan sangat baik dan sangat interaktif: makan dan
minum di hadapan-Mu, dan Engkau sendiri, bukankah telah mengajar kami di
jalan-jalan kota kami, bagaimana bisa
dikatakan Engkau tak mengenali kami??” Interaksi yang interaktif dan
bersahabat dalam tatanan sosial manusia, dijadikan dasar untuk membela diri;
tak seharusnya mereka menerima jawab: “Aku
tidak tahu dari mana kamu datang.”
Apakah rasanya, jika itu anda alami dalam tatanan sosial di dunia ini?
Anda berteman dengan seseorang, sangat
akrab dan sangat komunikatif, namun suatu saat pada sebuah peristiwa,anda dikatakan tidak dikenali oleh orang yang anda pikir dan
rasakan pasti akan mengakuimu sebagai sahabatnya?Tuan rumah tidak mengakui mereka sebagai yang dikenalinya,
sekalipun memang mereka memiliki relasi yang baik dengannya dalam pandangan mereka dan dalam pandangan
dunia, namun tuan rumah
mengatakan: tidak mengenali!
Ayat
27: Aku
tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai
kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
Tuan rumah menjadi penentu
apakah seseorang dapat masuk, bukan pada manusia-manusia
dan pada perjuangan kerasnya.
Mengapa
Yesus berkata: “tetapi
tidak akan dapat,” ada 2 poin dasar:
(1)
Tuan
rumah adalah penentu siapakah yang dapat masuk, bukan
pada manusia dan pada perjuangan kerasnya
(2) Hanya yang dikenali oleh tuan rumah
yang dapat masuk, dan pengenalan itu bukan berdasarkan pada perbuatan-perbuatan atau
relasi-relasi yang lahiriah atau apalagi relasi yang dibangun manusia. Namun, oleh karena Bapa
menganugerahkan. Lantas, bagaimana
pengenalan atau saling mengenal itu harus terjadi dalam anugerah? Saya
sudah jelaskan pada bagian 1F.
Sekarang, mari kita melihat bagian Matius yang dikutip oleh pendeta Erastus Sabdono, untuk mendukung
pengajarannya, yang menekankan “perjuangan
keras untuk memiliki keselamatan” dan “tidak
ada yang namanya kepastian dalam
keselamatan jika tidak diperjuangkan = mengupayakan diri untuk semakin serupa seperti Bapa untuk menjamin keselamatan.”
Pada
Matius 7:21-23 (21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga. (22)Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi
nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?(23) Pada waktu itulah
Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Matius
7 ini, adalah penjelasan Yesus mengenai “mewaspadai
nabi-nabi palsu (ayat 15).” Yesus sedang mengajarkan betapa para nabi
palsu ini adalah serigala buas yang
memiliki karakter yang jinak atau santun atau berperangai dan berkarakter
sangat baik. Perhatikan, Yesus berkata: “datang
kepadamu menyamar seperti domba.” Ini
adalah penyamaran yang ulung sekaligus mematikan dalam memperdayai orang-orang
percaya, sebab,bahkan, domba sejati sangat sukar untuk mengenali para pengajar atau pengkhotbah atau pendeta
yang sebetulnya adalah “serigala buas.”
Perhatikan,
sebelum Yesus berkata sebagaimana dicatat pada Matius 7:21-23, yang dikutipkan
oleh pendeta Erastus Sabdono. Ada sebuah pedoman yang bertemalian dengan “melakukan kehendak Bapa dan mengenali” berdasarkan sebuah relasi yang bernilai sejati. Melakukan kehendak Bapa ditalikan secara
ketat dengan relasi sejati dengan Bapa
atau dikenali oleh Bapa. Seperti
apakah relasi sejati itu? Yesus memberikan sebuah penggambaran, untuk menunjukan maksud-Nya:
a.Pohon dan buahnya. Yesus
menggunakan relasi
antara pohon dan buahnya: buah anggur pasti dari pohon
anggur; buah ara pasti dari pohon ara. Tidak mungkin buah anggur dari semak
berduri dan buah ara dari rumput berduri.
Relasi
yang memiliki kesatuan dan yang memiliki produktivitas alami atau pada
hakikatnya. Ada produktivitas pada pohon tersebut, dan pohon yang baik menghasilkan buah yang baik. Para
nabi palsu digambarkan sebagai Serigala buas yang menyamar sebagai domba; ini
bagaikan semak berduri yang menyamar seperti pohon anggur dan
bagaikan rumput berduri yang menyamar seperti pohon ara [Matius 7:16]
b.Nilai pohon bertemalian dengan nilai buahnya. Yesus menggunakan
relasi antara pohon dan buahnya untuk menunjukan kesejatian nilai pohon,
pohon baik pasti berbuah baik. Ini relasi alami atau pada hakikatnya: Pohon anggur tidak perlu berjuang untuk membuahkan
anggur seolah pohon itu bukan pohon
anggur atau perlu membuktikan bahwa pohon
itu memang pohon anggur, demikian juga pohon ara tidak perlu berjuang untuk
membuahkan buah ara selain memang kealaminnya yang pasti akan berbuah kala
musim atau saat baginya untuk berbuah, sebab itu kealamian bagi sebuah pohon
ara. Tidak akan terjadi pada semak
berduri dan rumput berduri untuk dapat
menghasilkan buah anggur dan buah ara, demikian juga pada serigala buas kala
menyamar sebagai domba, tidak mungkin menghasilan perbuatan-perbuatan yang
memiliki nilai buah sebagaimana
dihasilkan seekor domba [Matius 7:17]
c.Yesus memutlakan relasi semacam ini
secara absolut : polanya harus: Pohon anggur menghasilkan buah anggur. Kalau anda mau
memetik buah anggur maka mutlak harus pergi mencari pohon anggur, bukan tanaman
lain! [Matius
7:18]
d.Pohon yang tidak menghasilkan buah yang sejati atau sesuai dengan [jenis apakah atau diciptakan Allah sebagai jenis pohon apakah] pohonnya –pohon anggur HARUS berbuah anggur- akan
ditebang dan dibuang ke dalam api. Perhatikan, ini harus dipahami
atau diartikan demikian kala anda membaca Matius 7:19. Anda tidak bisa
mengartikanya, di luar itu, sebab Matius 7:16 telah memberikan makna pasti dan
menutup pintu bagi spekulasi yang bagaimanapun untuk memahami secara pasti apakah yang dimaksud dengan buah yang baik.
Matius
7:16 Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari
rumput duri?
Yesus
mengatakan: TIDAK MUNGKIN (Matius 7:18)
Yesus
hendak mengatakan: MUSTAHIL SERIGALA
BUAS DAPAT MEMBERIKAN HAL-HAL BAIK KEPADA PARA DOMBA.
Nabi-nabi palsu,dengan
demikian, adalah:
-Serigala buas yang menyamar sebagai
domba
-Semak duri yang menyamar sebagai pohon
anggur
-Rumput duri yang menyamar sebagai pohon
ara
Dan semua ini menggenaskan!
Yesus
menutup pengilustrasian ini dengan sebuah pernyataan yang dapat dipahami oleh
siapapun: “Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka.”[Matius 7:20]
Ada
relasi, ada produktivitas sebagai
kealamian atau pada hakikatnya
sebagaimana sebuah pohon dinamakan pohon anggur yang akan bertumbuh dan pada
musimnya atau saatnya akan menghasilkan pohon anggur. Pohon anggur tidak disebut pohon anggur saat dia berbuah, atau hanya akan di sebut sebagai pohon
anggur kala musim berbuah baginya telah tiba. Seorang petani anggur, ketika
menanam benih pohon anggur, tahu pasti itu adalah pohon anggur dan buahnya
adalah anggur, tanpa perlu menunggu beberapa lama hingga berbuah, baru percaya
bahwa benar yang ditanamnya adalah pohon anggur. Inilah yang dimaksud dengan “pada hakikatnya.” Anda
menamakan sebuah pohon berdasarkan apa yang memang akan dihasilkannya:
buah-buahnya. Yesus sedang menggunakan dunia tanaman untuk menggambarkan relasi sejati
dan kesejatian dalam berelasi, dan menggunakan itu
untuk menyibakan praktik nabi-nabi
palsu!
Setelah memaparkan
relasi sejati dan kesejatian dalam berelasi, barulah
Yesus menyibakan nasib akhir para
nabi palsu. Bagaimana ujung kehidupan para serigala buas yang menyamar menjadi gembala atau menyamar
sebagai hamba Tuhan namun tidak memberitakan kebenaran Tuhan. Relasi alamai
antara pohon anggur dengan buah
anggurnya, diujikan pada serigala
buas akan membuahkan apakah menurut
penghakiman Tuhan!
Teks
Matius 7:21-23, tidak sama sekali berbicara mengenai perjuangan keras yang harus
dilakukan agar semakin serupa
dengan Bapa atau bahkan bagaimana
orang Kristen harus berperilaku
agar menghasilkan buah Kristen, karena dia atau orang disebut Kristen itu belum
pasti pohon Kristen atau belum pasti selamat
sampai menghasilkan buah atau sampai
berbuahkan buah Kristen menurut kehendak Bapa. Teks ini, sejatinya,
mengenai NABI-NABI PALSU, bukan orang percaya pada umumnya. Namun,
jikapun berdasarkan teks ini hendak dibangun pengajaran untuk semua orang
Kristen, maka sama sekali bukan mengenai
apa yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang Kristen agar pantas disebut
orang Kristen atau dapat dikatakan berpotensi memiliki keselamatan.
Faktanya Yesus sejak semula berbicara sebuah relasi sejati dan kesejatian
hubungan antara pohon dengan buahnya sebagai produktivitas yang
bersifat alami:
Matius
7:16 Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara
dari rumput duri?
Sekarang perhatikan poin-poin
Matius 7:21-23:
a.Bukan yang berseru “Tuhan... tetapi yang melakukan kehendak Bapa
[ayat 21].” Bagaimana memahaminya? Dengan relasi dan kesejatian relasi
yang telah dijelaskan Yesus tadi. Pada ayat
21, Yesus menjelaskan sebuah relasi antara orang percaya dengan buah orang
percaya. Orang percaya pasti melakukan
kehendak Bapa, seperti halnya pohon anggur menghasilkan buah anggur. Dalam hal
ini, sebagaimana pohon anggur tak perlu berjuang keras untuk membuahkan anggur,
sebab sebagaimana dia adalah pohon
anggur maka takdirnya adalah hanya dapat menghasilkan buah anggur, sebagai
kealamiannya. Pun orang percaya, melakukan kehendak Bapa, ditetapkan sebagai buah, dan buah itu
datang dari Bapa dalam orang percaya itu MENGERJAKAN apa-apa yang menjadi
kehendak Bapa [bacalah bagian 1i]. Hasrat orang percaya adalah melakukan kehendak Bapa [bandingkan
dengan Yohanes 4:34 dimana, pada Yesus,melakukan
kehendak Bapa adalah makanan atau kebutuhan untuk hidup, bukan upaya agar Yesus
menjadi Anak; lihat juga Maz 4:8 yang
menggambarkan melakukan kehendak Bapa adalah sebuah kesukaan], anak-anak
Bapa memiliki hasrat untuk melakukan kehendak-kehendak Bapa, mutlak harus ada
dan mutlak harus berbuah demikian, oleh
sebab tunggal: berada di dalam relasi dengan Allah dan kesejatian relasi
ada pada buahnya. Sekali lagi, harus dipandang sebagai kealamian didalam
hubungan, bukan sebuah upaya agar memiliki relasi. Buah-buah merefleksikan keberadaan hubungan atau relasi [yang tak kasat mata] dan
menunjukan kesejatian [yang tak kasat mata] hubungan atau relasi antara dirinya
dan Bapa.
b.Nabi-nabi palsu atau serigala-serigala buas ini, membela dirinya: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?- Mat 7:22”
Serigala-serigala buas ini, memiliki tempat yang dimuliakan
dalam jemaat Tuhan, ini, dengan demikian, mengerikan, sungguh amat mengerikan,
bahkan KALAU BISA, kalau bisa! Orang-orang pilihan dimaksudkan mereka sebagai
target yang hendak disesatkan [bandingkan dengan Markus 13:22, Matius 24:24],
sebab para serigala buas ini berdiri dihadapan jemaat dan mengadakan nubuat,
mengusir setan, mengadakan mujizat DEMI NAMA YESUS!! Nabi Palsu menggelar
keajaiban demi nama Tuhan, dan jemaat pun bersorak memuji nama Tuhan, dan
jemaat tidak bisa begitu saja mengenali buah-buah yang memuliakan nama Tuhan tersebut
untuk menunjuk bahwa hamba-hamba Tuhan itu ternyata adalah serigala-serigala
buas! Namun
ingatlah, Yesus berkata: para
serigala buas itu dapat dikenali! [Matius 7:16,22]
Jelas
ada sebuah gap atau jurang lebar nan dalam antara mengenal sebuah pohon
berdasarkan buah-buahnya, dengan
buah-buah spiritual dan pengajaran yang lahir dari seorang serigala buas. Sukar
untuk menuding demikian, pada seseorang yang dikenali berbuat tanda-tanda heran
demi nama Tuhan, dan dia adalah serigala buas! Sukar untuk menuding demikian
pada pendeta yang mengajarkan kebenaran, moralitas dan karakter yang harus dimiliki seekor domba melalui
pengajaran-pengajaranya yang berdasarkan firman Tuhan, nama Tuhan diucapkan bahkan
dilantunkan dalam doa dan pujian, namun dia adalah bukan seorang hamba Tuhan, tetapi seekor serigala
buas. TETAPI Yesus mengatakan bahwa demikianlah serigala-serigala
buas yang dielu-elukan sebab perbuatan-perbuatan atau buah-buah ajaib yang
keluar demi nama Tuhan, mengajar demi nama Tuhan, mengajar dan mendidik jemaat
dengan firman Tuhan, namun ternyata bagi-Nya adalah para pelaku kejahatan!
c.Buah-buah para nabi palsu atau serigala buas itu, sekalipun mereka mengadakan
berbagai hal menakjubkan dan mengajar firman demi nama Tuhan, tetap tidak
diakui oleh Tuhan: “Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!"[Matius 7:23].
Tak
peduli sehebat apakah nama Tuhan dimuliakan melalui khotbah-khotbahnya,
pengajaran-pengajaran firmannya, pelayanan mujizat mereka, yang dilakukan demi
nama Tuhan. Itu tak diperhitungkan sama sekali oleh Bapa, dan vonis mereka sudah final: ENYAHLAH dari
pada-Ku. Mereka yang membuat tanda hebat demi nama Tuhan, dan membuat banyak
orang bersorak haleluyah atau terpujilah nama Tuhan, ajaiblah engkau Tuhan,
oleh pelayanan mereka, menjadi tidak bernilai. Dikatakan oleh Tuhan: kamu
sekalian pembuat kejahatan. Apakah kejahatan mereka? Menipu dengan menggunakan
nama Tuhan! Sebuah penipuan, tentu tidak pernah menghasilkan pengagungan yang
sejati kepada Tuhan, jemaat mereka tidak pernah menghasilkan buah-buah sejati
pengagungan Tuhan, sebab penipu – serigala
buas tidak pernah akan menuntun
kepada apa sejatinya kehendak Bapa
sebagaimana diteladankan dan diajarkan Yesus untuk dipercayai dan dilakukan [misal:
Yohanes 3:17-18, Yoh 6:38-44, Yoh 14:9-10, Yoh 14:12-14,Yoh 14:15] selain kepada diri serigala itu
sendiri!
Matius
7, ketika Yesus berkata: Bukan setiap orang yang berseru: Tuhan.... Namun yang
melakukan kehendak Bapa-Ku, harus dipahami dalam bingkai DIKENALI oleh Bapa.
Orang hanya bisa melakukan kehendak
Bapa, jika memiliki relasi dengan
Bapa. Seorang kristen sejati pasti memiliki relasi dengan Bapa, dalam relasi
itu, pasti menghasilkan buah-buah perbuatan: melakukan kehendak Bapa. Di
luar relasi demikian atau tanpa mengenal Bapa= pelaku
kejahatan! Perhatikan ini:
Lukas
13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari
hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan
kejahatan!
Matius
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Sehingga
teks Matius 7:21-23, bukan sama sekali
mengenai:
-Orang yang mengaku percaya dan menerima
Tuhan Yesus tetapi tidak semakin serupa dengan Dia
- berarti tidak hidup dalam
keselamatan-Nya
Sebab pada
Matius 7, Yesus sedang menyibakan
identitas pekerjaan dan jati diri para nabi palsu atau serigala buas,
bukan ditujukan pada orang-orang percaya pada umumnya. Tidak juga berbicara agar seseorang yang mengaku percaya dan menerima Tuhan Yesus,
harus
semakin serupa dengan Dia, jika
tidak,berarti tidak hidup dalam keselamatan-Nya. Sebab pada teks tersebut,
sekali lagi, Yesus sedang berbicara bagaimanakah mengenali nabi-nabi palsu: “Jadi dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16,20). Seorang
nabi Tuhan yang sejati, dengan demikian, HARUS melakukan kehendak Bapa, sebagai
sebuah KEALAMIAN seperti pada pohon anggur berbuah anggur bukan buah lainnya
(Matius 7:15-16). Pohon anggur berkualifikasi untuk bertumbuh dan berbuahkan buah
anggur, maka hanya pada orang yang telah
diselamatkan [bacalah bagian 1H] saja, ada kualifikasi untuk melakukan kehendak Bapa, sebab hanya
anak yang dapat memahami kehendak ayahnya. Inilah relasi alami yang memiliki
buahnya tersendiri. Kealamian sebagai
hasil dari Bapa mengenal mereka, atau dengan kata lain, ketika seorang
percaya melakukan kehendak Bapa, itu hanya dapat terjadi kala orang percaya
(anak-anak Tuhan) memiliki relasi diri dengan Bapa! [Bagaimana Bapa dapat mengenali
mereka dan bagaimana bisa seseorang dapat memiliki relasi dengan Bapa, dan diakui oleh
Bapa?, bacalah bagian 1E].
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada
TUHAN
No comments:
Post a Comment