F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Kain Kapan Itu Tanpa Tubuhnya


Kubur Kosong Yang Mencemaskan Sekaligus Sebuah Kegemilangan Kekal: Kitab Suci Digenapi
Oleh: Blogger Martin Simamora


A.Hari yang Mencengangkan Pada Hari Itu: Kain Kapan Itu Tanpa Tubuhnya
Hari tersebut belum lagi matahari menampakan dirinya untuk membisikan gelap agar beranjak pergi, namun Maria Magdalena telah melangkahkan kakinya  menuju kubur orang yang begitu dikasihinya dan telah mengasihinya secara luar biasa hingga kekedalaman kalbunya. Tak tahu apa yang ada dibenaknya namun perempuan tersebut pasti  berada dalam kedukaan yang tak cukup kuat untuk membuat jiwanya sekarat untuk mematahkan jiwanya melangkah menuju pusat kedukaan yang  menjadi magnet jiwanya saat itu. Ia terus berjalan menuju kubur Sang Terkasih yang tertutup oleh batu besar  begitu kokoh.

Tetapi belum sampai ia pada kubur itu, masih sejauh pemandangan matanya dibawah terang matahari yang perlahan memancar dari ufuk timur, sebuah pemandangan yang menghempaskan keberaniannya telah menyergapnya, matanya memandang batu penutup kubur itu telah beranjak dari tempatnya:
Yohanes 20:1.. pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

Siapakah yang melakukannya? Siapakah yang sanggup melakukannya sebab ini adalah kubur seorang manusia yang dijaga begitu ketat oleh serdadu-serdadu terbaik dari sebuah kekuatan adidaya dunia dari daratan Eropa yang begitu kuat mencengkram jazirah Timur Tengah? Kubur Yesus adalah kubur yang dijaga secara begitu kuat oleh angkatan bersenjata imperium Romawi dan dibawah pengawasan mahkamah agama Yahudi:

Matius 27:62-65 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."

0 Jumat Agung: Memandang Kematian yang Terpampang Begitu Vulgar



Himne-Himne Sinisme Kala Memandang Kematian: “Mengapa Harus Mati Jika Ada Pilihan Untuk Hidup?”
Oleh : Blogger Martin Simamora

A. Kematian Bukan  Hal yang Disimpan Di Lemari Kecil Berdebu
Apalagi untuk menjadi sebuah tujuan! Namun sebetulnya kematian adalah natur umat manusia entah bagaimana kematian itu menghampirinya. Hari ini orang Kristen atau para pengikut Kristus mengenang kematian Mesias yaitu Yesus. Kematian Sang Kristus adalah integral dan substansial bagi iman Kristen sebab bersama-sama dengan kebangkitannya, kematiannya adalah sebuah pondasi yang tegak berdiri pada kedalaman alam kubur/pemerintahan maut yang menjulang tinggi melampaui kehidupan fana bumi pada satu persekutuan kekal dengan Bapa dalam kematian dan kebangkitan Sang Logos yang telah menjadi daging untuk mengerjakan pekerjaan Allah dalam alam maut. Inilah kompas tunggal dalam pengenangan kematian Sang Mesias tersebut. Tetapi perlu kita camkan bahwa kematian tetaplah sebuah hal yang begitu kelam, gelap, dan membutakan jiwa sebab siapapun tak akan mampu melihat hingga menembus dunia kematian untuk sekedar memandang dari kejauhan apa yang sedang terjadi di alam sana.

Kematian, karena itu, oleh manusia akan disimpan oleh semua individu dalam sebuah kamar terkecil, paling sudut dan paling berdebu oleh sebab tak didambakan. Air mata kesedihan dan kedukaan adalah hal yang paling melukai kebahagiaan dan karena itu sanggup meruntuhkan sukacita jiwa dalam sekejap. Tetapi hari-hari saat ini tidak lagi demikian. Kematian bukan lagi bayang-bayang samar, tetapi kini dapat dilihat oleh seluruh dunia sekaligus secara masif dihindari dalam sejumlah protokol bernama: social distancing dengan sejumlah derivatif atau turunannya. Dalam ukuran tertentu terlihat membantu, namun kala kematian via Covid-19 semakin brutal  untuk menandai hampir seluruh penduduk suatu negara maka Lockdown atau kini ada nama lain untuk itu yaitu: Circuit Breaker sebagaimana pemerintah Singapura memberlakukannya  pada hari ini pun terpaksa dilakukan. Tak pernah diantara kita untuk bertatapan muka secara langsung dengan maut dalam sebuah kegentaran yang rasional (bukan dalam ketakutan irasional) sehingga sudah menjadi mode prokotokol untuk mempertahankan jiwa untuk menggunakan: masker, mencuci tangan, menjaga jarak minimal 1 meter, menjaga jarak 10-20 meter kala jogging, isolasi mandiri kala gejala berindikasi Covid-19 di rumah, dan seterusnya. Tak pernah sebelumnya dalam generasi saya dan anda, namun suka tak suka kita dipaksa untuk belajar secara rasional menghadapinya. Maut dengan demikian tidak lagi berada dalam kamar terkecil, paling sudut dan paling berdebu namun dia adalah prime talk dan prime basis of our conduct of life, bahwa kematian yang mengitari bola bumi via Covid-19 telah melahirkan begitu banyak budaya dan mekanisme pertahanan untuk sebisa mungkin maut tidak begitu mudah menyantap jiwa-jiwa manusia.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9