Integritas
Vs Jiwa Terpecah:
Andaikata
Pendetamu
Keturunan
Ular?
Hal
itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang-
2Korintus 11:15
Oleh:
Martin Simamora
Lebih
Besar Dari Sekedar Keselarasan
Integritas,
mengacu pada KKBI, adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;
kejujuran. Dengan kata lain
integritas adalah keseluruhan karakter seorang pribadi, bukan parsialnya
sehingga tidak ada fraksi-fraksinya atau pecahan-pecahannya. Ketika Yesus Kristus
mengangkat isu integritas, ia tidak secara khusus menyebutkan kata
tersebut namun langsung pada jantungnya atau natur alami yang seharusnya
dimiliki oleh seorang manusia. Perhatikan ini:
Matius
23:2-3 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab
itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Pada
teks di atas, kita menemukan sebuah fraksi atau pecahan pada karakter para ahli
Taurat dan orang-orang farisi yaitu fraksi atau pecahan karakter yang terpecah
antara apa yang mereka ajarkan atau perkatakan versus apa yang mereka
perbuatan. Satu sisi mereka mengajarkan jangan begitu, jangan begini dan harus
begitu sebagaimana juga harus begitu tetapi perbuatan pada diri mereka sendiri
menunjukan sebuah keterpecahan karakter yang dijumpai pada perkataan dan
perbuatan mereka, yang oleh Yesus
dikatakan: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Secara
cepat kita dapat mengatakan bahwa Yesus menghendaki sebuah kesatuan karakter
dalam sebuah totalitas jiwa seorang manusia: apa yang terdapat dalam diri
seseorang akan Nampak pada luar diri seseorang, itulah integritas. Jika
sebaliknya, maka integritas seseorang dalam bahaya yang sangat serius dan
menghancurkan dirinya sendiri sehingga sangat mungkin perkataan-perkataannya
sangat bernilai untuk dituruti, tetapi tidak pada perbuatannya: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan
mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ini
bukan sebuah situasi yang baik pada sisi apapun juga sebab tanpa teladan,
kebenaran yang diajarkan tidak dapat memberikan perubahan karakter yang
sesungguhnya. Tak heran salah satu kecaman
terhadap para pemimpin agama ini sangat mencengangkan: