Oleh: Martin Simamora
Belajar
Mencukupkan Diri Dalam Segala Keadaan
Pengejaran- Pengejaran yangTak Pernah Titik
Mari
pertama-tama saya ajukan terlebih dahulu konteksnya agar tak disalahmengerti
sebagai ketakproduktifan dan cepat berpuas diri. Dunia ini pada segala aspeknya
tak akan selalu membahagiakan dan karena itu juga tidak akan selalu
menyengsarakan. Kalau memperhatikan pernyataan demikian, seolah manusia
memiliki semacam titik-titik ekuilibriumnya masing-masing yang merupakan
titik-titik kepuasan atau ketercukupan hidup teroptimalnya yang khas. Tetapi
faktanya tidak. Banyak hal, manusia ketika masih belum memiliki hal-hal yang diinginkan dalam daftar
keinginannya, beranggapan andaikata hal tersebut bisa didapatkannya, maka itu
akan menjadi kebahagiaannya atau kepuasannya. Pada satu sisi lainnya, ada
manusia ketika masih dalam situasi-situasi hidup yang tidak membahagiakan,
menyedihkan hingga menyengsarakan, berpengharapan dengan sejumlah daftar
apa-apa yang dianggapnya sebagai penyebab kesusahan hidupnya telah menyangka
jika saja daftar itu dapat dihilangkan, maka ia akan menjadi bahagia dan
memiliki kepuasan hidup yang diimpikannya. Pada faktanya, kedua hal tersebut
tidak pernah terwujud sesederhana itu.
Kepuasan
diri dan kepuasan hidup, pada faktanya, dapat menjadi sebuah pengejaran hidup
yang tak dapat didefinisikan sendiri oleh manusia itu. Mengapa? Karena
pengejaran itu berangkat dari apa yang kita sangka sebab bahkan jiwa kita
sendiri tak pernah bisa mensubstansikannya sedemikian rupa sehingga menggenapkan
jiwa yang bergelora. Ya begitulah kita…kita
mengejar apa yang kita sangka atau pikir akan membuat kita bahagia hanya untuk
mendapatkan dirinya tetap saja tidak seberbahagia sangkanya, kita dengan
demikian mendapatkan diri ini lebih berbahagia sebelum saya dan anda memulai
pengejaran-pengejaran semacam itu.