Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun
Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana
Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono
(serial
menyambut Natal: Pengantar)
Sederhananya ketika kita membaca Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita,” ini dinyatakan sebagai inkarnasi. Harus
diketahui bahwa kata inkarnasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Kata inkarnasi
berasal dari kata latin in dan caro
(daging), bermakna clothed in flesh atau berbalutkan tubuh daging, tindakan
mengenakan tubuh daging. Satu-satunya penggunaannya dalam theologia hanya untuk
merujukan pada kebelaskasihan ilahi Allah, tindakan penuh kerelaan Anak Allah
dalam Ia mengenakan sebuah tubuh manusia. Dalam
doktrin Kristen, inkarnasi secara ringkas dinyatakan bahwa Yesus Kristus, Anak Allah kekal, telah
menjadi seorang manusia. Ini adalah salah satu peristiwa agung yang terjadi
dalam sejarah semesta. Peristiwa tanpa tanding. (Prof. Lehman Strauss, LittD,
Why God Became Man, Bible.org).
Yohanes 1:14 sendiri dalam bagian Perjanjian Baru telah
diperingatkan dan dinyatakan sebagai sebuah peristiwa yang tak dapat begitu
saja dipahami dan dijelaskan dari sudut pandang dan common sense atau akal
sehat manusia. Jika kita merujuk pada rasul Paulus maka kita akan mendapatkan
sebuah catatan yang begitu menunjukan bahwa apa yang disebut sebagai inkarnasi
tidak memiliki patron yang bagaimanapun bagi manusia untuk memahaminya:
Dan sesungguhnya agunglah rahasia
ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai
di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."- 1 Timotius 3:16
Ketika rasul Paulus menyatakan agunglah rahasia ibadah kita,
maksud rahasia di sini bukan bermaksud sebuah kemisterian yang esoteris atau terbatas pada kalangan
tertentu/tertutup yang berbasiskan pada apapun juga yang mungkin untuk dilakukan manusia
untuk membangun pengertian, pemahaman dan ajaran berdasarkan koginisi dan
spiritualisme manusia yang berjuang memahami Yesus, tetapi terkait dengan “Dia,
yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.” Dan sebetulnya kosa
kata inkarnasi itu sendiri bukan basis atau dasar untuk memahami Yohanes 1:14
itu sendiri sebab Ia sesungguhnya dalam menjadi manusia lebih besar dari
sekedar menjadi manusia sebagaimana rasul Paulus menyatakannya: “diri-Nya
dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya
kepada malaikat-malaikat.”
Kalau
ditanyakan soal inkarnasi dan kemanusiaan manusia Yesus dalam relasinya
terhadap Ia sebelum mengambil rupa manusia- apakah ia tetap dalam keagungan
yang sama secara divinitas, maka jawab rasul Paulus tidak ada perubahan kedivinitasan
malah dinyatakan bahwa Ia begitu penting untuk menampakan dirinya dalam rupa
manusia kepada malaikat-malaikat, walau Ia menjadi manusia bukan untuk menebus
malaikat-malaikat. Ini sendiri memang dapat kita saksikan dalam injil-injil
bahwa ia memiliki relasi yang begitu istimewa terhadap malaikat-malaikat: