Oleh: Martin Simamora
Kala
Konflik dan Darah Begitu Perkasa Melukiskan
Sejarah
Manusia
Sementara kehidupan itu sendiri
tak pernah didambakan sebagai sebuah belantara kebencian apalagi konflik dan
darah, tetapi hati manusia begitu percaya dengan operasionalisasi kuasa dan
kekerasan sebagai solusi-solusi hidup. Ini bukan pada konsepsi atau gagasan
tetapi pada natur jiwa manusia sebagaimana Alkitab menyatakannya:
“Ketika dilihat
TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya
selalu membuahkan kejahatan semata-mata”-
Kejadian 6:5
“semata-mata” di sini menunjukan natur jiwa manusia yang
menggembalakan seluruh gerak hidup manusia, bukan hendak menunjukan bahwa tangan
manusia detik demi detik hanya menikamkan belati di tangannya ke manusia lainnya. Kita harus memperhatikan bahwa "semata-mata" ditautkan dengan apa yang
disebut sebagai kecenderungan hati.
Apa yang hati manusia paling cintai dan idolakan di dalam pilihan-pilihan
hidupnya, bahwa kitab suci menyatakan bahwa yang dimiliki hati manusia adalah kecenderungan yang
membuahkan kejahatan.
Jikapun hati nuraninya menegurkan kecenderungan yang
jahat itu, sekalipun berbuah kemenangan kebaikan, tetapi itu lahir dari hati yang berkutub baik dan jahat dalam sebuah "ko eksis yang tentram" dan tak bisa disucikan sama sekali oleh kekuatan dan kehendak manusia agar tak berkutub dua seperti itu.
Itulah sebabnya saat Yesus Sang
Mesias datang ke dalam dunia ini, realitas kemanusiaan yang ironis kembali
digemakan. Suara purba di Kejadian 6:5 digemakan secara sempurna oleh Sang Mesias:
“Karena dari hati
timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat”- Matius 15:19
Realitas ini universal, tak kecuali pada orang-orang paling dekat dengan kitab suci dan rumah ibadah, membuat, kemudian, agama
sebagai hal yang tak kalah menjijikan dengan kejahatan. Dan Yesus tak
segan-segan masuk ke tempat suci dengan cambuk bukan dengan kata-kata berlapis
religiusitas sebab sudah terlalu nista
tempat itu untuk dikatakan suci, bahkan hanya cambuk saja yang dapat
menyucikannya: