Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Ketiga
Apa Yang Tertulis Dalam Hukum Taurat Dan Kitab para Nabi
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 29 Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 29”
Siapakah Yesus
Kristus dan apakah tujuannya datang ke dalam dunia dan hanya dirinyalah
Sang Penggenap, memang bernilai abadi di dunia ini atau akan senantiasa
melintasi masa demi masa dan generasi demi generasi dan memang Ia kekal. Sebab
Ia adalah Sang Penyabda dan Sang Penggenapnya, tepat sebagaimana Sang Kristus
menyatakannya sendiri relasi dirinya dengan hukum Taurat adalah: “selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Dua komponen keabadian
melekat secara manunggal pada diri Yesus, pertama: “selama belum lenyap langit
dan bumi ini” yang merujukan keabadiannya di dalam ruang dan waktu; kedua
“sebelum semuanya terjadi” yang menunjukan kekekalan dirinya sebagai Sang Penyabda
dan Sang Penggenapnya sebab ini secara total adalah “satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat.” Itu sebabnya “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya” (Matius 5:17:18) yang diucapkannya dan dilakukannya
sebagaimana sabdanya dalam Ia Sang
Firman telah menjadi manusia (Yohanes 1:1,14) memang dilakukannya sebagai
satu-satunya yang berkuasa sebagaimana Allah itu sendiri berkuasa. Ia Sang
Firman melakukannya sebagai Ia telah menjadi manusia yang tinggal di antara
manusia dan yang memang harus memenuhi tuntutan Taurat. Apa yang membuatnya
sekalipun adalah manusia yang sama seperti semua manusia namun secara
eksistensial tidak sama sama sekali dihadapan hukum Taurat dan kitab para nabi
adalah relasinya dan kehendak diri terhadap Taurat yang bukan saja sebangun dan
selaras tetapi benar-benar ia sendiri memiliki kekudusan, kuasa dan otoritas
yang memampukan mulutnya-raganya dan jiwanya untuk bersabda: selama
belum lenyap langit dan bumi
ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi terhadap
“Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
Ia memenuhi tuntutan
hukum Taurat sebagai ia satu-satunya manusia yang memiliki raga dan jiwa yang
memang adalah hamba terhadap sabda Allah agar ditaati, tepat sebagaimana semua
manusia. Akan tetapi apa yang membuat dirinya tak sama dengan semua manusia
lainnya adalah: ia bukan sekedar mentaati-Nya tetapi menggenapi-Nya pada
dirinya sendiri sebagaimana Allah bermaksud dan berkehendak pada semua manusia.
Juga apa yang membuat dirinya tak sama dengan semua manusia lainnya di dalam ia
telah menjadi manusia sehingga sama seperti semua manusia lainnya, adalah
bagaimana ketaatan Yesus adalah ketaatan yang sepenuh-penuhnya pikiran Allah
dan kehendak Allah dalam tak berkecacatan dan dalam tak sedikit saja kurang
sempurna atau apalagi kurang sedikit saja tidak seperti yang Bapa kehendaki.
Itu sebabnya Ia berkata selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Yesus sendiri berkata bahwa
apa yang dilakukannya adalah satu-satunya cara dan tidak ada lagi yang lain
jika siapapun mau masuk ke dalam
Kerajaan Sorga atau terluput dari kebinasaan akibat sedikit saja meleset
dari kebenaran ini sebagaimana ia bersabda sebagai Ia Sang Penggenap berikut
ini:
Karena
itu siapa
yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan
mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.- Matius 5:19
Kesempurnaan yang tak bercela saja yang akan memampukan
seseorang untuk menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga; jikalau
ada yang mengajarkan dan melakukan dengan meniadakan salah satu perintah
sekalipun yang paling kecil maka ia akan menduduki tempat yang paling rendah di
dalam sorga. Bagi manusia yang penuh kelemahan dan memiliki kemampuan yang unik
antarmanusia, ini masih berita baik dan teramat baik, secara
khusus pada “siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian kepada orang lain.”
Semua
manusia pada era Yesus begitu berharap agar setidak-tidaknya diri mereka dapat memiliki kehidupan kekal. Tetapi apakah mereka dapat bahkan sekedar pada
kategori “tempat paling rendah di dalam Kerajaan Sorga?” Akan adakah satu
saja yang bisa berada di tempat paling rendah di dalam Kerajaan Sorga, tidak
binasa berdasarkan ketaatan pada tuntutan hukum Taurat?
Beginilah sabda Sang Penggenap kepada semua pendengarnya: