F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (22/40)



Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Yesus Datang Untuk Menggembalakanmu Sehingga Tidak Seturut Dunia Ini

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin, 15 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian21

Dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama” dengan demikian adalah dunia yang keras dan menuntut perhatian penuh kepada Sang Gembala mereka dan apakah sabdanya di dunia bagi mereka. Dapat dipastikan satu-satunya kekuatan untuk bertahan dan bertumbuh atau memiliki kehidupan yang produktif hanya didapati dari kehidupan dalam penggembalaan. Sekarang tentu harus dipertanyakan, benarkah harus secara mutlak bergantung pada penggembalaan Kristus  dan apakah yang menjadi sumber bahayanya sehingga manusia dalam berjalan di dunia ini harus bergantung padanya? Terkait hal ini Yesus menunjukan realitas yang tak lain dan tak bukan adalah  kehidupan dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama” yaitu:

Yohanes 10:9-11 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

Yohanes 10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Teks-teks ini telah memberikan jawaban mendasar sebab Yesus menunjukan realitas dunia ini begitu keras dan membahayakan bagi semua manusia tanpa kecuali sebab berkait dengan siapakah penguasa dunia dan apakah tujuannya pada semua manusia: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.” Yesus sendiri menunjukan kemutlakan dirinya sebagai satu-satunya jalan untuk keluar dari kehidupan dunia semacam itu dengan berkata mengenai dirinya sendiri: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Kita harus memahami bahwa penggembalaan Yesus memang dapat dikatakan sebagai penggembalaan yang bersifat jasmaniah atau berdasarkan kehadirannya di bumi, memperhatikan konteksnya bahwa ia datang ke dalam dunia dan sekarang sedang tidak menyertai  orang-orang percaya kontemporer atau masa kini. Tetapi, harus dikatakan juga bahwa pernyataan “Akulah pintu” adalah jalan keselamatan satu-satunya terhadapan iblis dan pemerintahannya yang tak sama sekali hadir secara jasmaniah atau secara fisik, ini menunjukan bahwa pemerintahan atau penggembalaan Kristus bersifat jasmaniah dan sekaligus bersifat di sepanjang waktu mengingat kuasa penggembalaannya adalah melindungi para domba terhadap dia yang memerintahkan kegelapan untuk meliputi dunia di sepanjang waktu dunia ini. Sebagaimana Yesus telah menyatakannya sendiri: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang” (Yohanes 3:19). Pada puncaknya,  kedatangan Yesus sebagai gembala ke dalam dunia ini bukan sekedar untuk menyelamatkan saya dan anda tetapi untuk memberikan kehidupan-Nya kepada setiap yang menjadi gembalaannya: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya,” yang akan menjelaskan mengapa kehidupan saya dan anda bukanlah kehidupan menurutku dan menurut anda. 

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (21/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Bukan Penggembalaan Menuju Karekater Mulia atau Menjadi Corpus Delicti, Tetapi  Menuju Kepada Terang-Nya Yang Ajaib

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu, 13 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “bagian 20

Yesus Kristus, haruskah ia menjadi segala-galanya untuk Jawaban dan Kebenaran Bagi manusia di hadapan Allah?
Pertanyaan ini senantiasa menarik sejak semula dan hingga kini sebab pada setiap pengajarannya, dirinyalah yang dijunjung sebagai kebenaran bagi manusia, baik pada bagaimana seharusnya manusia berelasi dengan sesama dan bagaimana seharusnya manusia dapat berelasi dengan Allah, seperti hal-hal berikut ini:

Lukas 10:25-28 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."


Pada dialog ini sekalipun bisa dilihat adanya perbuatan-perbuatan berbasiskan karakter mulia tetapi bukan sama sekali penggembalaan agar orang yang dibimbing oleh Yesus dapat menjadi berkarakter mulia, tetapi sebuah penggembalaan pada bagaimana untuk memiliki hidup kekal berdasarkan kebenaran yang disabdakannya bukan berdasarkan pandangan manusia, sebagaimana terlihat dari  apa jawaban Yesus terhadap pertanyaan yang diajukan oleh ahli Taurat. Hal kedua yang menunjukan bahwa ini  bukan sama sekali penggembalaan menuju karakter mulia adalah: Yesus secara langsung bertanya kepada si penanya: apakah yang tertulis atau diperintahkan oleh hukum Taurat yang dijawab secara tepat. Jawaban itu merupakan instruksi hukum Taurat itu, ternyata,  sama sekali bukan instruksi bagaimana memiliki karakter mulia sehingga dapat membawa manusia kepada hidup kekal  tetapi sebuah instuksi agar manusia memiliki kasih atau mengasihi Allah secara  tak bercela sebagaimana dikehendaki Allah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu.” Instruksi ini bukan sama sekali untuk membangun moralitas tetapi bagaimana manusia itu harus memiliki kasih yang sedemikian mulia yang tak menyisakan sedikit saja ruang untuk mengasihi diri sendiri. Dan memang tak perlu sama sekali sebab kalau saja ada seorang terbukti dapat atau mampu menggenapinya maka bukan kehancuran diri atau kekacauan hidup yang terjadi padanya tetapi memiliki kehidupan bersama Allah atau memiliki hidup kekal, tanpa memerlukan kedatangan Yesus dan apalagi sampai perlu mati dikayu salib untuk menggenapi maksud Allah sebagaimana tertulis di dalam kitab suci (Lukas 24:25-27).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9