Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian
Kedua
Yesus Datang Untuk Memberikan Hidup Yang Berkuasa Atas Kuasa Iblis di Dunia ini, Bukan Untuk Meminta anda menjadi Corpus Delicti Demi Membantu Allah yang
Bercela dihadapan Iblis
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu, 10 Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 19”
Relasi corpus delicti ala pendeta Dr. Erastus Sabdono pada Yesus Kristus memang
tidak pernah terjadi oleh satu sebab tunggal saja: Yesus tak pernah mengalami
problem legalistik terhadap iblis sebagaimana yang diajarkan-Nya baik dalam
wujud perumpamaan-perumpamaan dan dalam wujud konfrontasi langsung semacam ini: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat
menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu “(Yoh 8:43:44)” lengkap dengan penghakiman-Nya
atas iblis yang berbunyi: “Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata
atas kehendaknya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapa segala dusta”(Yoh 8:44). Ia bahkan
berkonfrontasi secara terbuka terhadap karya rejim atau pemerintahan iblis di dunia
ini:
Lukas
11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka
heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia
mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang
meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui
pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti
binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau
Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan
kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan
kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan
menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Ketika pendeta
Erastus Sabdono mengkonsepsi corpus delicti
berdasarkan Bapa mengutus Anak Tunggal-Nya ke dalam dunia untuk
menanggung penghukuman dan dapat menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah
yang dengan demikian menunjukan seharusnya anak-anak Allah dapat mentaati dan
menghormati Bapa secara benar sebagaimana Yesus melakukannya, sehingga dengan
demikian dapat membungkam iblis-karena Allah tak memiliki bukti kejahatan iblis yang kokoh mendakwa dan
mempidanakan secara absolut, maka Yesus menunjukan sebaliknya atau menunjukan
tak ada sama sekali problem sebagaimana sangkaan pendeta Erastus, terbukti
dengan pernyataan Yesus yang berbunyi: tetapi jika Aku mengusir setan dengan
kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Yesus dan kuasa Allah ternyata berdaulat dan berkuasa untuk membuktikan bahwa
iblis adalah sumber kejahatan dan penjahat utama atas segala kejahatan tanpa
dapat dielakan oleh iblis dalam cara bagaimanapun. Itu oleh Yesus dikatakan
sebagai kedatangan Kerajaan Allah yang
berkuasa penuh untuk membuktikan kesalahan dan mengusir secara
memalukan. Jika di dunia ini saja Yesus begitu bebas mempermalukan iblis dalam
sebuah tindakan ekstrayudisial (dalam pandangan dunia) maka apalagi dalam
sebuah pengadilan “formal” kelak.