Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian
Kedua
Umat Manusia Dalam
Pandangan Allah Yang Mengustus Yesus
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu,23 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “Bagian10”
Sehingga terkait “umat manusia dalam pandangan Allah yang mengutus
Yesus,”maka harus memperhatikan 2
realitas manusia dalam pandangan
Allah. Memahami ini maka akan mengerti mengapa manusia tidak dapat diperlakukan oleh pendeta Erastus
Sabdono sebagai corpus delicti
[dalam interpretasi alanya] yang dapat digunakan Allah dalam pengadilannya melawan
iblis, sehingga terpenuhilah keadilan-Nya secara sempurna. Satu hal dan memang
menjadi satu-satunya kebenaran yang harus diperhatikan, dipertimbangkan dan
ditinjau dalam Allah memandang manusia adalah Siapakah
Dia sejak semula kala berdiri dihadapan manusia berdosa. Dia sebelum
mengirim Anak-Nya yang Tunggal.
Apakah Allah sejak
semula telah menyatakan diri-Nya adalah hakim atas dunia sehingga dengan demikian realitas umat manusia adalah: berdosa dan telah berada di bawah penghakiman
Allah. Ini adalah realitas pertama. Realitas pertama ini akan menunjukan juga apakah sejak semula Allah memberikan
indikasi yang bagaimanapun bahwa Ia membutuhkan manusia-manusia yang mau
menjadi pengikut-Nya dan mau menjadi bukti atau corpus delicti untuk
menolong-Nya. Ini penting dan begitu penting sebab sebagaimana Yesus menunjukan ketakterputusan era sebelum
kelahirannya dan era setelah kelahirannya dalam relasi eranya dan dirinya
adalah penggenap era sebelumnya, atau era sebelumnya menuntun pada
kedatangan-Nya seperti pada pernyataan semacam ini:
Lukas
24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa
lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah
dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk
ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka
apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab
Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas
24:44-47 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis
demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan
dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Maka realitas
kedua akan berbunyi: Apakah Allah, kemudian, setelah Ia mengutus Sang
Firman ke dalam dunia ini menjadi manusia yaitu Anak Tunggal Allah, kemudian mengalami perubahan baik dalam
kekudusan-Nya dan pandangan-Nya terhadap manusia, dosa dan iblis sehingga Sang Mesias ketika datang hanya
menanggung penghukuman dan berupaya menjadi corpus delicti yang menunjukan
seharusnya manusia-manusia yaitu anak-anak Allah dapat menjadi bukti atau corpus delicti yang dapat
membungkam iblis sehingga melepaskan Allah dari ketakberdayaannya terhadap iblis? Realitas kedua ini akan menunjukan adakah ketakterputusan
bahwa Sang Kristus telah dituliskan oleh para nabi untuk menjadi corpus delicti
agar manusia dapat menjadi corpus delicti; apakah para nabi telah menuliskan bahwa Yesus dan
anak-anak Allah yang mau menjadi corpus delicti memiliki kemungkinan besar
untuk membantu ketakberdayaan Allah dalam pengadilan-Nya, sebagaimana diajarkan
oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono?