Oleh: Martin Simamora
“Pohon” Yesus Kristus
sejak mula dalam pengajarannya di bukit, sudah menunjukan penghakiman beserta
penghukumannya yang begitu tajam terhadap semua “pohon” kebenaran yang berasal
dari dunia, kesemuanya itu berasal dari bawah dan, bagi Yesus, hanya
dirinya dan pengajarannya yang berasal dari atas. Sang Kristus,dengan demikian,
menyatakan bahwa dia adalah Tuan atas segala perkataannya, bahwa Ia adalah Tuhan atas segenap perkataannya -berkuasa untuk mengajar/memerintahkan apa yang dikatakannya sebagai yang secara sempurna
ia sendiri menggenapinya, berkuasa untuk menghakiman segala apapun yang berada
diluar dirinya dan menolak kebenarannya dalam cara yang sesantun sekalipun.
Dalam hal tersebut,
kesempurnaan hukum atau kehendak Allah yang kudus tak lagi dijumpai dan
terletak dalam huruf-huruf hukum Taurat
dan kitab-kitab nabi [Yohanes 5:39-40], tetapi
pada diri Yesus sebagai penggenap dan
perkataan Yesus yang adalah hukum dan kehendak Allah kudus yang sempurna-
perkataannya adalah firman yang tertulis itu sendiri [ Yohanes 5:46-47]. Sehingga, firman
kehendak Allah yang sempurna dan kudus itu kini hadir atau menghadirkan dirinya dihadapan para manusia sebagai Dia yang secara langsung
bersabda. Sang Kudus dihadapan semua manusia yang berdosa.
Inilah dia Sang Kristus kala hadir atau datang ke dunia ini, inilah dia adanya kala mengajar
dan menghakiman segala sesuatu di dalam pengajarannya di bukit kala itu.
Kehadiran Allah, yang
megah, di puncak gunung Sinai, sekarang terjadi kembali, tetapi tidak perlu ada
yang mati seketika sehingga meregang nyawa karena mendekat kepada Allah
[Keluaran 19:9-12] yang sedang meyabdakan segenap hukum dan segenap
kehendak-Nya yang kudus berkat Sang Firman yang datang mengambil wujud manusia yang
membungkus segenap kemuliaan-Nya dalam tubuh daging yang dirajut oleh Roh Kudus
[Ibrani: 1:6,10:5; Mat 1:18; Luk 1:35] di dalam kandungan ibu-Nya, Maria.