Oleh: Martin Simamora
Apa yang luar biasa
pada Yesus Kristus saat ia sedang memvonis para ahli taurat dan orang-orang
farisi, dan pada akhirnya semua orang, itu tak dilakukakannya sebagai yang
hanya tunduk pada segala ketentuan hukum Taurat,atau bahkan hanya menggenapi dan sedang melakukan koreksi demi koreksi, namun
dilakukannya sebagai sosok yang sedang
bersabda sebagaimana Allah sendiri yang bersabda. Perhatikan pola semacam
ini:
“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita…Tetapi Aku berkata
kepadamu- Matius 5:21-22; 33-34;38-39;43-44”
Sehingga Yesus seketika dan tanpa dapat ditahan oleh
apapun sudah meletakan dirinya di atas segala guru,di atas segala kebenaran dan
di atas segala interpretasi. Ia mengakhiri segala macam potensi kebenaran
apapapun di luar dirinya kala berkata semacam ini: “tetapi Aku berkata kepadamu.” Ini mengakhiri semua bias kebenaran
di dunia ini, tak hanya melucuti otoritas pengajaran para guru Yahudi, tetapi meletakan dirinya sebagai satu-satunya
sumber kebenaran dan hidup. Sabda semacam ini menunjukan kematian manusia yang tak
hanya legalistik namun terutama pada kerinduan dan kuasa jiwa untuk melakukan
kehendak Bapa. Kematian yang tak dapat dikoreksi oleh kitab hukum itu sendiri
sebab memang hendak menunjukan ketakberdayaan manusia dan manusia Yesus saja
sang Penggenapnya[ ayat 17-20]. Hanya manusia Yesus yang dapat memenuhi
tuntutan hukum semacam ini ”Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam
hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa,
dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- ayat 27-29”
Itulah kehendak Bapa
di sorga, kehendak-Nya sangat sempurna.
Bagi Yesus tak pernah akan ada yang dapat disebut nabi-nabi kudus dari Allah, setelah kehadirannya di dunia ini, jika tak dapat mengajar dan melakukan
sebagaimana dirinya!