“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman
Kepada-Nya”
Oleh:
Martin Simamora
-
Sang
Kristus yang kudus dan penuh kasih, bukan sedang berkonsepsi atau sedang
berteologia bagaikan seorang guru kitab
suci yang berhasil menemukan sebuah formulasi iman dan apakah tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai murid-muridnya sehingga
menjadi dasar untuk sah disebut murid-Nya. Kala ia berkata “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku pada Yohanes 14:15,” itu pada hakikatnya merupakan
pelukisan-Nya mengenai kehidupan orang-orang
kepunyaan Bapa [Yoh 17:6,9 dan 20] yang berlangsung di dalam kasih-Nya.
Sebuah kasih yang menjadikan diri Sang Kristus bukan sekedar primadona jiwa,
tetapi penguasa yang bertakhta di atas segala “aku-ku.” Sebuah deskripsi realita, bukan tentang dua yang saling mencintai, tetapi bagaimana pada hakikatnya hanya satu pihak yang berkehendak mencintai atau
mengasihi, sementara pada hakikatnya pihak yang dicintai tak akan bisa
mengasihinya karena tak mungkin untuk mengenalinya. Sebuah kasih agung dari Allah
yang menyebabkan sebuah pemuliaan dan sebuah penaklukan diri pada dia yang dikasihi, membuahkan
: “akan
menuruti segala perintahku.”
Inilah
kasih yang dimaksudkan oleh kitab suci. Mengasihi semacam ini akan menjadi
teramat janggal untuk dikatakan sebagai sebuah cinta atau mengasihi? Betapa
terlihat Yesus menuntut demikian. Haruskah yang mengasihinya berlaku sebagaimana
mau-Nya? Apakah benar kasih kepada Allah yang merupakan kasih karunia Bapa
mengandung pemaksaan atau hal yang legalistik?