“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin
Simamora
Pendeta
Dr. Erastus Sabdono, juga merekayasa “ siapakah
yang disebut orang Kristen itu dan apakah Kristen itu” sehingga ia membangun “Kristen” yang asing. Saya
menyatakan bahwa yang dibangunnya
adalah Kristen yang asing, sebab pada dasarnya gagasan semacam ini: “Dengan memahami
secara benar apa yang dimaksud dengan menerima Yesus maka dapatlah ditemukan ketetapan pengertian mengenai keselamatan orang percaya dan
mereka yang bukan Kristen, tak pernah diajarkan di dalam Alkitab.”
Apakah Alkitab mengidentifikasikan orang Kristen/percaya kepada Kristus, dan
yang tidak percaya kepada Kristus/bukan Kristen sebagai sama-sama memiliki ketetapan
keselamatan, pada bagian-bagiannya tersendiri?
Siapakah
Orang Kristen itu dan apakah yang menjadi fondasi imannya? Pada mulanya,
mereka tidak dikenali sebagai apa yang kita kenal sebagai orang Kristen. Pada
mulanya, mereka dikenali sebagai kelompok yang diburu dan diingini kematiannya:
Kisah
Para Rasul 9:1-2 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam
Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis
Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia
menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap
mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
Mereka
ini, disebut atau dikenali oleh penulis
Kisah Para Rasul, sebagai murid-murid
Tuhan yang ‘agamanya’ disebut Jalan
Tuhan. Darimanakah mereka ini berasal?
Kisah Para Rasul 2:1-12
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba
turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari
segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi
itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing
mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka
semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang
berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing
mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu
bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia
dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi,
orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita
sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Mereka
semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang
kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
Mereka
berasal dari peristiwa Pentakosta,
sebuah peristiwa yang terjadi berdasarkan perintah ketetapan Yesus Kristus,
sebelum Ia naik ke seorga, bagi para murid-muridnya untuk dipatuhi: