Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Yunus 4:1-11
Bacalah
lebih dulu bagian 5
Yunus 4:1-11 - “(1) Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati
Yunus, lalu marahlah ia. (2) Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN,
bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya,
maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah
yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta
yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya. (3) Jadi sekarang,
ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada
hidup.’ (4) Tetapi firman TUHAN: ‘Layakkah engkau marah?’ (5) Yunus telah
keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di
situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan
terjadi atas kota itu. (6) Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang
pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari
pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. (7) Tetapi
keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah
seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. (8) Segera sesudah
matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas
terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu
dan berharap supaya mati, katanya: ‘Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.’
(9) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: ‘Layakkah engkau marah karena pohon
jarak itu?’ Jawabnya: ‘Selayaknyalah aku marah sampai mati.’ (10) Lalu Allah
berfirman: ‘Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun
engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam
satu malam dan binasa dalam satu malam pula. (11) Bagaimana tidak Aku akan
sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus
dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari
tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?’”.
I) Kemarahan Yunus.
1)Yunus marah (ay 1).
a)Kemarahan belum tentu merupakan suatu
dosa.
Pulpit Commentary: “Anger is in itself an emotion which may be
either good or evil. ... a righteous anger or indignation with wrong-doers is
now and again in the Scripture narrative mentioned with approval. Indeed, a
nature to which anger is foreign cannot but be lacking in moral fibre. On the
other hand, into how many sins have men been led by giving way to foolish
anger? ... An angry man can seldom decide with justice or act with
consideration” (= Kemarahan itu sendiri merupakan suatu perasaan yang bisa
baik atau jahat. ... kemarahan yang benar terhadap orang-orang yang berbuat
jahat berulang kali disebutkan dalam cerita Kitab Suci dan direstui. Memang,
seseorang bagi siapa kemarahan merupakan sesuatu yang asing adalah orang yang
tidak mempunyai kwalitet moral yang baik. Di sisi yang lain, orang-orang telah
dibawa ke dalam banyak dosa karena menyerah pada kemarahan yang bodoh. ...
Seorang yang marah jarang bisa memutuskan dengan keadilan atau bertindak dengan
pertimbangan) - hal 82-83.