Martin Simamora
Ketika Mencintai Tuhan Bukan Roman Picisan
Kalau anda jatuh
cinta bisa jadi akan terucap untaian kata semacam ini “hatiku berdegup kencang kala di dekatmu” atau “hatiku sangat
berbahagia memilikimu”, “tanpamu hati ini akan mati rasa”, “tidak ada yang
lebih membahagiakan hati ini selain bila memilikimu.” Sebaliknya jikalau
seseorang mengalami kehilangan yang mendalam seorang yang dikasihinya akan tersiar dari hati ini untaian kata “mengapa
engkau meninggalkanku begitu cepat, hatiku hancur tak tahu bagaimana lagi harus
kujalani hidup ini” atau “hatiku hancur melihatmu pergi meninggalkan cinta yang
sekian lama telah kita rajut” atau “hatiku tertutup buat siapapun juga, karena
engkaulah kehidupan jiwaku sekarang dan selamanya” dan seterusnya. Hati kita
itu seperti sebuah buku jiwa yang terbuka dan tak terdustai akan menunjukan
emosi atau jiwa kita. Apakah seseorang
jatuh cinta, membenci, marah, kesal, bersemangat akan terucapkan oleh
jiwanya dalam kata, ekspresi muka dan tubuh atau dalam tulisan. Bagaimanapun
seseorang menutupinya, jiwa atau hatinya akan semakin terluka, atau hatinya akan
begitu membara dalam sukacita sekalipun ia berusaha meredamnya. Ketika anda
benar-benar jatuh cinta, anda akan sangat rapuh untuk terluka dan akan sangat
kuat untuk mencintai dengan segenap jiwa, kekuatan dan pikiran. Inilah manusia
sesungguhnya sebagai makhluk-makhluk yang begitu sensitif terhadap rasa mencintai-dicintai;
membenci-dicintai; setia-khianat; tulus-bersiasat dan seterusnya. Karena itulah
kita bisa juga menikmati lagu-lagu cinta
dengan syair-syair yang cukup kuat seperti pada lagu: “Bunga Terakhir”, “Selamat
Jalan Kekasih”, “Angin Mamiri”, “Greatest Love Of All”, “Endless Love”, “Someone
Like You”- Adelle,” Vanilla Twilight-Owl City. Bahkan ketika anda mencintai Tuhan akan terucap
untaian kata dalam melodi, semacam ini dalam lagu “My Everything” yang
diciptakan dan dilantukan oleh Owl City: