Oleh: Martin Simamora
“Yesus
Sang Mesias, Satu-Satunya Benih
Yang Dijanjikan Kepada “Manusia” Di
Eden, Untuk Menaklukan Pemerintahan Iblis Atas Umat Manusia(6.F)”
Bacalah lebih dulu:
“Tinjauan Pengajaran Pdt.Dr.Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.E)”
Sangat penting untuk
dicamkan, ketika dinyatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan, kebenaran,
dan hidup [Yohanes 14:6], maka ini bukan sebuah kebenaran kategorial atau hanya sebatas pada pemegang
Kitab Suci tertentu. Bahwa Ia satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup,
karena hanya ada satu Tuhan pencipta langit, bumi, manusia beserta segala
isinya yang menentukan apakah itu kekudusan, apakah itu keadilan dan apakah itu
kasih berdasarkan diri-Nya sendiri karena kekudusan-Nya, keadilan-Nya dan kasih-Nya
telah ada jauh sebelum adanya semua ciptaan itu sendiri, sebagaimana Ia ada di
dalam kekekalan yang tak terselami dan tak terukurkan. Siapakah yang sanggup
menghitung kekekalan dalam durasi dunia, setidak-tidaknya pada sebelum ada apa
yang disebut ciptaan itu. Setidaknya untuk dapat memahami bagaimanakah kasih,
kekudusan, dan kekekalan itu bekerja dan memerintah di dalam kekekalan. Sampai
secercah sinar kebenaran menyeruak dalam Kitab Musa pertama, kita dapat melihat
sedikit dari kemuliaan-Nya yang tunggal itu:
●Kejadian
2:15-17TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah
ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Ketika membaca ini,
maka DIA adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Ketika ketetapan yang
tak hanya tunggal tetapi absolut ini
dilanggar maka “pastilah engkau mati,” terjadi. Tak ada satu saja ruang untuk:
bertobat, membangun kembali komitmen untuk mentaati-Nya secara lebih baik, atau
memperbaiki kekudusan hidup. Tidak ada. Apa yang terjadi pada manusia kala melanggar adalah sebuah konsekuensi
fatal yang tak dapat dipulihkan manusia itu, bagaimanapun caranya dan
semenyesal apapun juga:
●Kejadian
3:2-7 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam
taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah
taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu
mati." Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan
menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
●Kejadian
3:11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau
telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang
Kularang
engkau makan itu?"
Sebuah
pelanggaran saja, maka manusia itu segera menjadi malu
dan mendapatkan diri mereka telanjang. Ketakpantasan berdiri dihadapan Allah
segera menyeruak dan mengusai diri mereka. Dosa telah membuat mereka tak berani
lagi menghampiri kedatangan Allah yang masih mau menyapa mereka!
Bagaimana mungkin hanya
satu kali melanggar maka mati? Masakan IA begitu kaku? Sekudus
itukah IA? Selurus itukah IA? Masakan IA tak memahami bahwa aku tak berdaya
terhadap muslihat iblis?