http://www.jawapos.com/teks/photos/1970/01/01/3/213780large.jpg |
"Seharusnya saat kejadian awal, polisi langsung bergerak cepat menstabilkan situasi dan kondisi keamanan serta mencegah provokator menyebarkan isu" ungkap Pendeta John Ruhulessin, Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) kepada wartawan di Ambon, Minggu (11/09/2011).
Dikatakan, saat pemakaman tukang ojek korban kecelakaan tunggal yang diisukan dibunuh oleh warga di Kawasan Gunung Nona, bernama Darmin Saiman ternyata diarak oleh massa yang jumlahnya sangat banyak. Sayangnya hanya beberapa orang polisi saja yang nampak mengawal arak-arakan tersebut.
"Akhirnya polisi tidak mampu mengatasi kericuhan yang dilakukan mereka saat pulang dari pemakaman" katanya.
Senada dengan Ketua Sinode, salah satu tokoh masyarakat muslim di Ambon, Tamrin Eli berujar bahwa hal ini terjadi karena kesalahpahaman semata. Akibat dari lambannya penanganan keadaan oleh aparat.
Eli mengatakan, aparat tidak segera memberikan penjelasan atas penemuan mayat di kawasan Gunung Nona. "Ini hanyalah kesalahpahaman akibat tidak ada penjelasan dari aparat. Hingga detik ini aparat hanya diam," jelas Eli kepada Republika.
Eli menegaskan, tidak ada konflik antar kelompok di Ambon. Mayat Darmin yang ditemukan di kawasan Gunung Nona sabtu malam tersebut oleh aparat, terkesan hanya membiarkan masyarakat tanpa mau memberi penjelasan".
Sementara itu, Kapolda Maluku, Brigjen Polisi Syarief Gunawan yang dihubungi siwalima sembari meminta maaf ia mengakui, pihaknya bukan lemah dalam pengamanan namun menurutnya polisi menggunakan pendekatan humanis dalam menyelesaikan masalah ini "Dalam kasus ini kami tetap proses hukum pihak-pihak yang dianggap telah menggangu keamanan dan ketertiban" tandasnya.
Menurut Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Jakarta, Darmin Saiman yang menjadi pangkal bentrokan massa yang terjadi di Ambon adalah seorang tukang ojek dikabarkan tewas dibunuh. Padahal, Darmin adalah korban kecelakaan lalulintas. Ia tewas karena kecelakaan murni.
"Dia mengendarai sepeda motor. Ia dari arah stasiun TVRI, Gunung Nona, menuju pos Benteng. Di daerah sekitar tempat pembuangan sampah, yang bersangkutan hilang kendali dan menabrak pohon gadihu," papar Anton.
Namun tersiar kabar, Darmin tewas karena dibunuh. Kabar itulah yang memicu aksi massa. Kericuhan pun terjadi usai pemakaman korban, Minggu siang. Warga dari dua kelompok saling berhadap-hadapan dan saling menyerang dengan lemparan batu. Sejumlah kendaraan roda dua dan empat pun dibakar.
3 Tewas, Ratusan Luka
Hingga pagi ini (12/09/2011), jumlah korban tewas dalam kericuhan tersebut telah mencapai tiga orang. Satu korban mengembuskan napas terakhir di RSU Al Falah, Ambon. Korban yang diidentifikasi bernama Sahrun Ely (22) itu tewas dengan luka tembakan di dagu.
Dua orang tewas lainnya sempat dibawa ke RSUD dr M Haulussy, Ambon. Mereka tewas karena luka tembak aparat kepolisian saat upaya penghalauan massa. Korban tewas teridentifikasi sebagai Djefry Siahaan yang terkena timah panas di bagian perut dan Cliford Belegur yang tertembak di bagian dada sebelah kiri.
Djefry adalah seorang guru yang tengah bertugas di Ambon. Sementara Cliford, murid kelas III SMA Negeri 12 Ambon.
Selain korban tewas, ratusan warga Ambon terluka akibat tertembak dan luka ringan terkena lemparan batu dalam kericuhan.
Mereka dirawat di RSUD Ambon 18 orang, RSU Al-Fatah 65 orang, RSU Sumber Kasih 10 orang, dan RSU Bhakti Rahayu 10 orang. Totalnya 103 orang.
Namun, sebagian korban sudah diperbolehkan pulang malam kemarin hingga pagi ini.
Antisipasi Dini
Untuk menghindari meluasnya kericuhan yang berpotensi menjadi kerusuhan, Pemerintah daerah Maluku melakukan pertemuan dengan tokoh - tokoh agama, tokoh masyarakat, Kapolda Maluku, dan Kodam Pattimura.
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu menyatakan agar masyarakat kota Ambon tidak gampang terpancing oleh hal-hal yang provokatif.
"Kita serahkan kasus ini kepada pihak yang berwenang," kata Karel, (Tim PPGI/S5/Republika/MI)
kabargereja.tk
No comments:
Post a Comment