Ini adalah bagian kedua dari seri perdebatan tentang nama Tuhan (Yahweh) yang diharuskan oleh para pemuja nama tersebut. Disini kami akan mendebatkan soal bahasa asli Perjanjian Baru, dsb, termasuk tanggapan saya atas literatur yang digunakan Pdt. Teguh Hindarto dan dusta yang disebarkannya lewat situs Messianic Indonesia.
BAHASA ASLI PERJANJIAN BARU
Teguh Hindarto:
Justru saya balik bertanya apakah ada rumus yang mengatakan bahwa nama YHWH bisa/boleh digantikan oleh nama yang lain? Jika jawaban Anda YA, tolong berikan alasan dan argumentasi Anda.
Albert Rumampuk:
Anda bertanya mengenai apakah ada rumus bahwa nama YHWH bisa diganti? Wah rupanya anda belum membaca note saya ya pak? Silahkan baca kembali…
Teguh Hindarto:
Anda hanya mendalilkan pada dua hal yang Anda anggap sebagai rumus bahwa nama YHWH bisa diganti dengan nama lain yaitu (1) Kitab Septuaginta yang menuliskan nama YHWH dengan KURIOS (2) Kitab Perjanjian Baru Yunani yang menuliskan KURIOS saat mengutip Kitab PL. Anda menyalahpahami keberadaan 2 kitab tersebut dan membuat dalil sendiri bahwa nama YHWH boleh diganti.
Anda lupa, Kitab TaNaKh Masoretik tidak mengganti nama YHWH. Nama itu tetap dituliskan. Bahkan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik menuliskan nama YHWH dengan sebutan MAR-YAH. Anda harus paham bahwa Kitab Perjanjian Baru Yunani adalah salinan dan terjemahan atas ucapan dan kisah kehidupan Yesus dalam bahasa Ibrani sebagaimana disitir Papias. Kitab Perjanjian Baru versi Yunani TIDAK MEMBUKTIKAN bahwa Yesus bercakap-cakap dengan bahasa Yunani dan membaca Torah dalam bahasa Yunani. Kitab Perjanjian Baru Yunani hanya melaporkan dalam bahasa Yunani ucapan dan kisah kehidupan Yesus kepada bangsa-bangsa di luar Yerusalem. Dalam kajian Christopher Lancaster berjudul WAS THE NEW TESTAMENT REALLY WRITTEN IN GREEK? Anda dapat melihat bukti-bukti bahwa Kitab Perjanjian Baru Yunani merupakan salinan dari Peshitta Aramaic dan banyak keliru melakukan terjemahan atas bahasa Aramaik (sekalipun kebanyakan teolog mengasumsikan bahwa Peshitta adalah terjemahan Abad 3-5 Ms)
http://www.aramaicpeshitta.com/downloadbook.htm
Ketika Indonesia dijajah belanda, para pemimpin pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia tetap berkomunikasi dalam bahasa melayu dan bahasa daerah. Sekalipun banyak buku mengenai Indonesia ditulis dalam bahasa Belanda dan dibaca oleh orang-orang Belanda, tidak membuktikan bahwa komunikasi yang terjadi dalam kisah yang dilaporkan adalah dalam bahasa Belanda. Demikian pula dengan kisah kehidupan Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru Yunani, hanyalah salinan dari kisah yang telah beredar dan ditulis dalam bingkai semitik, entahkan dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aramaik.
Dengan mempertimbangkan Yohanes 17:6 dan pemahaman Yahudi/Yudaisme mengenai nama YHWH, sangat mungkin Yesus mengucapkan dan mengajarkan nama Yahweh. Sekalipun nama Yahweh tidak diucapkan, thoh mereka mengerti bahwa nama Tuhan adalah Yahweh.
Dengan demikian GUGURLAH apa yang Anda salah pahami sebagai dalil dan bukti KEHARUSAN Nama Yahweh diganti, karena Kitab Perjanjian Baru Yunani mengacu pada Septuaginta saat menuliskan Yahweh dengan Kurios. Dan ini bukan petunjuk boleh tidaknya nama Yahweh diganti melainkan pengaruh pemikiran Yudaisme paska pembuangan Babilon yang menghindari penyebutan nama Yahweh secara lisan dan mengimbas dalam tradisi penulisan dan penyalinan Kitab Suci.
Albert Rumampuk:
Kitab Tanakh adalah kitab Perjanjian Lama, jadi tak ada yang salah jika nama YHWH dipertahankan. Anda mendasari pada PB Aramaik? Saya tanya kapan PB Aramaik itu ditulis dan bagian mana (ayat yang mana) yang dalam PB ada kata YHWH? Jika anda tak mengklaim bahwa PB itu aslinya Aram, maka tak ada salahnya jika PB Aram menuliskan kata YHWH. Di kalimat anda yang terakhir dikatakan bahwa PB Yunani merupakan salinan dari Peshitta Aramaic dan bahkan keliru dalam terjemahannya. Saya tanya sekali lagi menurut anda kapan versi Aramaic itu di tulis dan apakah versi itu memuat seluruh kitab dalam PB (Matius – Wahyu) ? Silahkan dijawab dengan menuliskannya di komentar anda disini dan jangan hanya memberi linknya saja.
Analogi yang anda berikan itu bagus. Adanya buku Indonesia yang ditulis dalam bahasa Belanda, tidak membuktikan bahwa komunikasi sehari-harinya adalah bahasa Belanda, itu benar. Tetapi dari analogi anda itu, lalu ditarik kesimpulan bahwa PB adalah aslinya dari Ibrani atau Aram? Apa hubungannya? Perlu anda ketahui, bahasa Yunani adalah bahasa ‘dunia’ dan saat Romawi menjajah, mereka tak membuang bahasa itu, tapi justru menggunakannya sekalipun bahasa Aram juga digunakan. Saya tak perduli bahasa apa yang digunakan Yesus dan para rasul saat berkomunikasi, yang terpenting adalah: pada saat para rasul menulis PB, mereka menuliskannya dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa yang digunakan secara umum pada masa Yesus dan para rasul!
Diatas sudah saya buktikan bahwa anda telah melakukan EISEGESIS pada Yoh 17:6, silahkan di tanggapi. Anda sendiri mengakui bahwa sejak pulang dari pembuangan di Babel, orang Yahudi sudah tidak lagi mengucapkan nama itu, bahkan “pelarangan” mengucapkan nama itu, menurut anda sudah ada sejak sebelum abad pertama Masehi, lalu bagaimana mungkin Yesus tiba-tiba mengucapkan atau bahkan mengajarkan nama YHWH? Bukankah berarti anda telah melakukan suatu pemaksaan kehendak yang tidak berdasar?? Anda bukan saja menentang seluruh Perjanjian Baru yang sama sekali tidak mencantumkan nama YHWH, tapi juga telah menentang sejarah!
Teguh Hindarto:
Menurut para teolog yang mendalilkan bahwa PB Yunani mula pertama ditulis Yunani, mereka meletakkan Peshitta Aramaic sebagai terjemahan naskah Yunani dari Abad 3-5 Ms. Namun jika Anda membaca link yang saya maksudkan (jangan memberikan pernyataan membosankan dengan mengatakan “jangan hanya memberi link saja”. Baca…sekali lagi baca….) disitu dikaji berbagai bukti-bukti (sebagaimana yang Anda tanyakan) bahwa Kitab Perjanjian Baru Yunani sebenarnya menerjemahkan naskah Peshitta Aramaik. Para penerjemah tersebut disebut Zorba. Karena diskusi kita tidak memfokuskan diri pada topik dalam bahasa apa Kitab Perjanjian Baru disusun? Maka saya hanya menyertakan link saja untuk Anda baca dengan seksama.
Saya akan transliterasikan Markus 12:29 dari Peshitta Aramaic (sayang tidak ada sarana software yang menampilkan bahasa Aramaik) sbb: “SHAMA ISRAIL MAR-YAH ELAHIN MAR-YAH KHAD HU”. Perhatikanlah doa jemaat Mesias dalam Kisah Rasul 4:24 sbb:
“Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Tuhan, katanya: "Ya Yahweh, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”. Dalam bahasa Aramaik sbb: “…QALAHUN LUT ELAHA WAMARU: MAR-YAH ANAT HU ELAHA D’AVDAT SAM’A WAAR’A WA YAMAMA WEKAL D’AIT BAHUN”. Perhatikan sapaan MAR-YAH yang dilekatkan dengan ELAHA
Sekalipun saya tidak memegang teori Kitab PB ditulis dalam bahasa Aramaik melainkan Ibrani, namun saya tetap mempertimbangkan teori- teori latar belankang semitik termasuk Ibrani dan Aramaik.
Nah, silahkan Anda meluangkan waktu membaca buku berikut:
WAS THE NEW TESTAMENT REALLY WRITTEN IN GREEK? Christopher Lancaster http://www.aramaicpeshitta.com/downloadbook.htm http://www.aramaicpeshitta.com/downloadbook.htm
Namanya saja analogi. Analogi adalah sebuah perbandingan untuk memudahkan sebuah penjelasan. Silahkan Anda menalar sendiri fakta-fakta yang tersedia. Yesus adalah Yahudi (Ibr 7:14), Berbicara dalam bahasa Yahudi (“Efata” {terbukalah, Mrk 7:34}, “Talita kumi” {anak gadis, bangunlah, Mrk 5:41}, “Eli-Eli lama sabakhtani” {El-ku,El-ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mat 27:46}. Bahkan rasul Paul berbicara dalam bahasa Yahudi (Kis Ras 21:40 dan 26:14). Naskah Yunani menyebutnya dengan “Hebraidi Dialektoon”. Apa yang dimaksudkan dengan “Hebraidi Dialektoon”? Mengutip pandangan J.M. Grintz dalam Journal of Biblical Literatur, 1960, D. Bivin dan R. Blizzard mengatakan sbb: “Penyelidikan atas tulisan Yosephus (ahli sejarah bangsa Yahudi Abad I Ms, red) menunjukkan tanpa keraguan bahwa kapan saja Yosephus menyebut “glota Ebraion” (lidah Ibrani) dan “Ebraion dialekton” (dialek Ibrani) dia selalu memaksudkan artinya, “bahasa Ibrani” dan bukan bahasa lain” (Understanding the Difficult Word of Jesus, 2001, p.42).
Jika memang benar Yesus dan para rasul berbahasa Ibrani, mengapa Kitab Perjanjian Baru menuliskan ajaran Yesus dan para rasul dalam bahasa Greek/Yunani? Pada mulanya, naskah-naskah ajaran Yesus dituliskan dalam bahasa Ibrani, kemudian berkembang dan diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Menurut kesaksian Epiphanius (350 Ms) yang mengutip perkataan Papias (150-170) yang hidup tidak lama setelah zaman para rasul, mengatakan: “Matius menyusun perkataan-perkataan tersebut dalam dialek Ibrani dan orang lain menerjemahkannya semampu mereka” (Panarion 29:9:4)
Apa arti pernyataan di atas? Bahwa para rasul pada mulanya menuliskan perkataan dan ajaran Yahshua dalam bahasa Ibrani, kemudian untuk kepentingan pemberitaan Kabar Baik, maka kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Mengapa dalam bahasa Yunani? Karena bangsa Yahudi pada waktu itu menjadi wilayah yang di bawah kepenguasaan Romawi dengan bahasa nasional Yunani Koine. Penulisan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, mengacu kepada naskah TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani, yang dinamakan Septuaginta.
Dalam teori Kritik Sumber ada aneka ragam teori al., Hipotesis Agustinus yang mengatakan bahwa Lukas mengambil dari sumber Matius dan Markus dan Markus mengambil sumber dari Matius. Sementara Hipotesis Griesbach menyatakan Markus mengambil sumber dari Matius dan Lukas dan Lukas mengambil sumber dari Matius.
Nah, teori yang dikembangkan Robert Lindsey menyatakan bahwa sumber penulisan naskah Yunani Matius, Markus, Lukas bersumber dari “biografi Ibrani” (yang menurut bahasa Papias dengan sebutan LOGIA dan teolog modern menyebutnya “Injil Q”) kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani, kemudian dibuat sebuah antologi kemudian rekonstruksi pertama sebelum menjadi naskah-naskah yang diterjemahkan dalam Injil Sinoptik bahasa Yunani. Lindsey berpendapat bahwa Matius-Markus-Lukas secara bersama mengambil naskah antologi dalam bahasa Yunani sebagai sumber dan Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas. Teori pelik ini dapat Anda baca dalam artikel berikut:
A New Solution to the Synoptic Problem David Bivin http://www.jerusalemperspective.org/default.aspx?Tabid=27&CatID=8
Sekalipun masih berupa teori, namun didukung data-data yang valid.Dan dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru semula ditulis dalam bahasa Ibrani, harus dipertimbangkan dan diperdalam sebagai sebuah kajian teologi khususnya Kritik Sumber.
Demikian pula jika melihat latar belakang Yahudi para rasul dan penulis Kitab Perjanjian Baru semuanya berlatar belakang Semitik. Jangan tergesa-gesa mengatakan Lukas adalah seorang Yunani jika Kitab Lukas berbahasa Yunani pun mencerminkan struktur dan idiom semitik di dalamnya. Anda harus banyak belajar hal-hal yang belum pernah Anda dengar dan jangan memutlakan satu pemahaman dan tidak memperdulikan penemuan lainnya.
Michael D. Marlowe dalam artikelnya, “The Semitic Style of the New Testament” (http://www.bible-researcher.com/): menjelaskan sbb: Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah. Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani).
Yang menarik, informasi dalam Talmud mengatakan demikian: “Four languages are of value: Greek for song, Latin for war, Aramaic for dirges (nyanyian penguburan), and Hebrew for speaking”(Jerusalem Talmud, Tractate Sotah 7:2, 30a). Nah, bahasa Yunani adalah untuk nyanyian. Dan Kitab Perjanjian Baru Yunani adalah TERJEMAHAN dari sumber-sumber semitik.
Albert Rumampuk:
Nah, anda sendiri setuju bahwa Peshitta ditulis Abad 3-5 dan merupakan terjemahan dari naskah Yunani, lalu mengapa masih menggunakan versi itu sebagai dasar argument anda? Anda juga melihat sumber lain yang mengatakan: “Peshitta merupakan sumber penerjemahan bagi Kitab Perjanjian Baru versi Yunani”? Dari sini, saya tetap menilai bahwa anda sendiri TIDAK YAKIN dengan PASTI bahwa PB itu ditulis dalam Aramaic, lalu mengapa masih menggunakan versi itu sebagai acuannya?
Yang tertulis di versi Aramaic itu adalah Mar-YAH, sekalipun anda mengartikan kata “YAH” itu sebagai Yahweh, tapi versi itu masih diragukan oleh anda sendiri bahkan oleh mayoritas Teolog / penafsir dan para ahli KS! Misalnya versi itu sendiri ditulis pada abad 5, berikut salah satu kutipan dari wiki:
“The Old Testament of the Peshitta was translated from the Hebrew, probably in the 2nd century AD. The New Testament of the Peshitta, which originally excluded certain disputed books (2 Peter, 2 John, 3 John, Jude, Revelation), had become the standard by the early 5th century.”
“Unlike the Greek canon, the Peshitta did not contain the Second Epistle of Peter, the Second Epistle of John, the Third Epistle of John, the Epistle of Jude and the Book of Revelation”
Almost all Syriac scholars agree that the Peshitta gospels are translations of the Greek originals. A minority viewpoint (see Aramaic primacy) is that the Peshitta represent the original New Testament and the Greek is a translation of it. The type of text represented by Peshitta is the Byzantine. In a detailed examination of Matthew 1-14 Gwilliam found that the Peshitta agrees with the Textus Receptus only 108 times and with Codex Vaticanus 65 times, while in 137 instances it differs from both, usually with the support of the Old Syriac and the Old Latin, in 31 instances is stands alone.[5]http://en.wikipedia.org/wiki/Peshitta
Perjanjian Lama dari Peshitta diterjemahkan dari bahasa Ibrani, sekitar abad ke 2M. Perjanjian Baru dari Peshitta, pada awal abad ke-5. Berbeda dengan kanon Yunani, Peshitta tidak mengandung Surat Kedua Petrus, Surat Kedua Yohanes, Surat Ketiga Yohanes, Surat Yudas dan Kitab Wahyu. HAMPIR SEMUA SARJANA BAHASA SYRIA SEPAKAT BAHWA INJIL PESHITTA ADALAH TERJEMAHAN DARI PERJANJIAN BARU YUNANI. Peshitta sebagai asli Perjanjian Baru hanya diakui oleh kaum yang MINORITAS / SEDIKIT dan merupakan TERJEMAHAN YUNANI!
Ini baru satu kutipan saja, jika anda mau, saya akan beri juga sumber-sumber yang lain! Bagaimana anda bisa menggunakan versi yang baru diterjemahkan pada abad ke 5M jauh setelah kehadiran PB YUNANI??? Saya sarankan anda untuk jangan lagi menggunakan Peshitta sebagai dasar argumentasi anda jika tak ingin dikatakan goblok!
Diatas sudah sedikit saya jelaskan mengapa bahasa Yunani ada di antara kalangan Yahudi: "Perlu anda ketahui, bahasa Yunani adalah bahasa ‘dunia’ dan saat Romawi menjajah, mereka tak membuang bahasa itu, tapi justru menggunakannya sekalipun bahasa Aram juga digunakan."
Nih buktinya:
Halley’s Bible Handbook: “A Greek translation of the old Testament called ‘The Septuagint’, made in 3rd century BC, was in common use in Jesus’ day. Greek was the language in general use throughout the Roman world” (= Suatu terjemahan bahasa Yunani dari Perjanjian Lama disebut ‘Septuaginta’ dibuat pada abad ke 3SM, digunakan secara umum pada jaman Yesus. YUNANI adalah BAHASA yang DIGUNAKAN secara UMUM di seluruh dunia Romawi) Hal 753-754.[By, Pdt. Budi Asali, M.Div]
“In addition, it has been surmised that Koine Greek was the primary vehicle of communication in coastal cities and among the upper class of Jerusalem, and Aramaic was prevalent in the lower class of Jerusalem, but not in the surrounding countryside.[24] After the suppression of the Bar Kokhba revolt, Judaeans were forced to disperse and many relocated to Galilee, so most remaining native speakers of Hebrew at that last stage would have been found in the north” http://en.wikipedia.org/wiki/Hebrew_language
Bahasa Yunani dan Aram adalah bahasa yang di gunakan pada jaman Yesus dan para rasul. Mengapa? Karena saat Romawi menjajah (146 SM - 476 M), mereka tidak membuang bahasa kekaisaran Babel (yang telah membuang mereka [Aram]) dan bahasa Yunani oleh kekaisaran Yunani. Kedua bahasa itu digunakan dan bahasa Ibrani perlahan-lahan mulai digantikan sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi, saya tak perduli Yesus dan para rasul berbicara pake bahasa apa; Ibrani, Aram, atau Yahudi. Yang jelas saat kata2 Yesus itu ditulis dalam PB, maka itu ditulis dalam bahasa Yunani.
Pertanyaan saya sederhana saja: Tahun berapa PB Ibrani yang anda klaim sebagai original dari PB itu ditulis? Sebutkan nama2 versi Ibrani itu dan apa versi Ibrani itu memuat seluruh kitab dalam PB (Matius - Wahyu)?
Teguh Hindarto:
Wah….wah…apa Anda tidak bisa membaca penjelasan saya di atas bahwa dalam TEORI Kritik Sumber, masih terjadi kontroversi mengenai sumber-sumber Ibrani, Aramaik dalam penulisan Kitab Perjanjian Baru? Saya sedang membicarakan TEORI bukan bukti material seperti Peshitta Aramaik.
Coba baca kembali penjelasan saya dan silahkan Anda mengeksplorasi dengan cara searching di google dan jangan bertanya dengan penuh ekspresi keluguan seperti di atas:
“Pada mulanya, naskah-naskah ajaran Yesus dituliskan dalam bahasa Ibrani, kemudian berkembang dan diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Menurut kesaksian Epiphanius (350 Ms) yang mengutip perkataan Papias (150-170) yang hidup tidak lama setelah zaman para rasul, mengatakan: “Matius menyusun perkataan-perkataan tersebut dalam dialek Ibrani dan orang lain menerjemahkannya semampu mereka” (Panarion 29:9:4)
Teguh: Dalam teori Kritik Sumber ada aneka ragam teori al., Hipotesis Agustinus yang mengatakan bahwa Lukas mengambil dari sumber Matius dan Markus dan Markus mengambil sumber dari Matius. Sementara Hipotesis Griesbach menyatakan Markus mengambil sumber dari Matius dan Lukas dan Lukas mengambil sumber dari Matius.
Albert Rumampuk:
Apa salahnya jika saya bertanya dengan lugu? Apa itu dilarang dalam sekte anda? Tuh lihat, kesaksian Epiphanius itu hanya menjelaskan tentang kitab MATIUS. Bagaimana dengan Markus-Wahyu? Tahun berapa kitab-kitab itu ditulis dalam bahasa Ibrani? Berikut saya akan memberi data dari beberapa Commentary mengenai Injil Matius:
“Banyak orang telah menjelaskan pernyataan Papias sebagai mengacu kepada sebuah naskah asli berbahasa Aram yang kemudian diterjemahkan menjadi Injil Yunani yang kita miliki. Tetapi NASKAH YUNANI KITA TIDAK MENUNJUKKAN ADANYA TANDA-TANDA SUATU KARYA TERJEMAHAN, DAN TIDAK ADANYA BEKAS SUATU KATA ASLI DARI BAHASA ARAM MEMBUAT HIPOTESIS INI SANGAT MERAGUKAN. Goodspeed memperlihatkan secara panjang lebar bahwa menyebutkan suatu karya terjemahan berbahasa Yunani dengan menggunakan nama pengarang aslinya yang dari bahasa Aram bertentangan dengan kebiasaan di Yunani, sebab yang penting bagi orang Yunani hanya orang yang mengalihkan karya tersebut ke dalam bahasa Yunani. Sebagai contoh beliau mengutip Injil Markus (Injil ini tidak dinamakan Injil Petrus) dan Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang dinamakan Septuaginta (tujuh puluh) menggunakan nama penerjemahnya, bukan memakai nama pengarang aslinya yang berbahasa Ibrani (E.J. Goodspeed, Mathew, Apostle and Evangelist, hlm 105, 106). Jadi Papias dipahami sebagai mengatakan bahwa Matius mencatat (dengan memakai cara menulis cepat?) khotbah-khotbah Yesus memakai bahasa Aram, dan kemudian mengambil dari catatan2 ini ketika ia menulis Injilnya yang berbahasa Yunani.” (The Wycllife Bible Commentary, hal 20).
“Pada masa itu selain Injil Matius yg sebenarnya, ada juga beredar Injil Ibrani yang beredar dan dilaporkan ditulis oleh Matius. Bapa2 gereja, percaya hal itu padahal itu salah. Tak ada dari mereka yang melihat Injil Matius asli dalam Ibrani, sekalipun mereka percaya akan hal itu!” (Pulpit Commentary)[From: Pdt.Budi Asali].
Silahkan dibaca baik-baik! Tidak ada bukti / tanda-tanda bahwa Injil Matius ditulis dalam bahasa Aram / merupakan karya terjemahan! Memang diakui bahwa Injil Matius ‘diperdebatkan’ bahasa aslinya. Tapi menurut Pdt. Budi Asali, 26 kitab lain dalam PB selain Injil Matius, TIDAK DIPERDEBATKAN BAHASA ASLINYA, semua penafsir mengatakan itu ditulis dalam bahasa Yunani. Hanya para ‘penafsir’ / ‘teolog’ Yahwehisme yang mengatakan PB ditulis dalam bahasa Ibrani. Mengapa? Karena para penafsir Yahwehisme adalah penafsir palsu!
Teguh Hindarto:
Anda masih saja terlihat lamban berpikir dan tidak terbuka pada penemuan baru. Bukankah sudah saya suruh membaca rujukan mengenai unsur semitik dalam Kitab Perjanjian Baru? Kata-kata yang ditejemahkan dalam bahasa Yunani, sesungguhnya mengekpresikan kata-kata semitik. Kata “memecah roti” (klao) jika tidak memahami budaya semitik hebraik akan menimbulkan roti apa saja dan memecah sebagaimana layaknya memecah roti. Kata “berdoa” (proseuche) jika tidak memahami budaya semitik hebraik akan menimbulkan pemahaman sebatas mengucapkan kata-kata spontan pada Tuhan dimana saja, kapan saja dan dengan cara apa saja.
Silahkan rendah hati dan belajar perlahan-lahan artikel berikut:
CATALOGING THE NEW TESTAMENT HEBRAISM, by David Bivin
http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000135.html http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000136.html http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000137.html http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000138.html http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000139.html
THE SEMITIC STYLE OF THE NEW TESTAMENT, by Michael D. Marlowe http://www.bible-researcher.com/
Teguh: Lagi-lagi Anda terlihat sangat konyol dengan memberikan pernyataan diatas. Apa Anda tidak membaca penjelasan saya sebelumnya?
“Sekalipun saya tidak memegang teori Kitab PB ditulis dalam bahasa Aramaik melainkan Ibrani, namun saya tetap MEMPERTIMBANGKAN teori- teori latar belakang semitik termasuk Ibrani dan Aramaik”
Saya seorang peneliti yang tidak diikat semata-mata oleh doktrin. Seorang peneliti akan mempertimbangkan semua data. Saya harus jujur bahwa teori PB Ibrani belum mendapatkan bukti materil berupa penemuan Kitab PB Ibrani selain pernyataan Papias mengenai adanya LOGIA IESOUS yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Sementara Peshitta merupakan bukti materil yang tersedia. Oleh karennya saya mempertimbangkan sebagai data pendukung untuk membantah bahwa PB pertama kali dituliskan dalam bahasa Yunani, sekalipun saya tidak menyangkal otoritas PB Yunani.
Albert Rumampuk:
Nah, anda sendiri BELUM YAKIN dengan PASTI bahwa PB ditulis dalam Ibrani atau Aramaic, lalu bagaimana mungkin anda bisa dengan sesumbarnya MEMBANTAH bahwa PB tidak ditulis dalam bahasa Yunani? Anda katakan bahwa anda seorang peneliti? Hebat! Tunjukkan pada saya manuscript PB yang anda klaim berbahasa Ibrani itu? Mengenai Peshitta, akan saya buktikan dibawah, itu hanya terjemahan dari PB Yunani pada abad ke 5M. Wow, diatas anda sudah mengakui OTORITAS PB Yunani? Suatu kemajuan yang harus diapresiasi! Saya menganjurkan anda untuk belajar lebih dalam lagi agar bisa mengerti yang sesungguhnya. Adanya unsur “semitik” dalam PB, itu tidak dengan serta merta membuktikan bahwa PB pasti Ibrani! Dibawah saya akan tunjukkan bukti dari berbagai sumber / Ensiklopedia, bahwa PB itu ditulis dalam bahasa Yunani yang akan membungkam “penemuan baru” anda itu. Silahkan disimak!
Teguh Hindarto:
Saya khan sedang menjelaskan data-data dalam terjemahan Yunani, kata-kata Ibrani seperti “Efata”, “Talita Kumi”, “Mammon” dan frasa “Hebraidi Dialektoon?” Dan penjelasan saya terkait pernyataan Anda yang SELALU TIDAK PEDULI dan TIDAK MAU TAHU sebagaimana Anda katakan sebelumnya: “Saya tak perduli bahasa apa yang digunakan Yesus dan para rasul saat berkomunikasi, yang terpenting adalah: pada saat para rasul menulis PB, mereka menuliskannya dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa yang digunakan secara umum pada masa Yesus dan para rasul! “ Nah, saya sudah jelaskan dengan data-data yang ada. Silahkan Anda jawab pertanyaan saya sebelumnya: “Jika memang benar Yesus dan para rasul berbahasa Ibrani, mengapa Kitab Perjanjian Baru menuliskan ajaran Yesus dan para rasul dalam bahasa Greek/Yunani?” Kenapa Anda malah mengulangi mengutip rujukan (literatur) yang sedang dikritisi validitasnya? Bukankah asumsi bahwa bahasa Yunani adalah bahasa umum yang dipakai di Yerusalem, sudah saya buktikan tidak benar dengan menyarankan Anda membaca rujukan berikut?
JESUS SPOKE HEBREW Brian Mingge http://sharesong.org/JESUSSPOKEHEBREW.htm
WAS THE NEW TESTAMENT REALLY WRITTEN IN GREEK? Christopher Lancaster http://www.aramaicpeshitta.com/downloadbook.htm
Teori yang dusung dalam 2 encylopedia yang Anda kutip TERBANTAHKAN dengan informasi dalam Talmud yang mengatakan demikian: “Four languages are of value: Greek for song, Latin for war, Aramaic for dirges (nyanyian penguburan), and Hebrew for speaking”(Jerusalem Talmud, Tractate Sotah 7:2, 30a). Nah, bahasa Yunani adalah untuk nyanyian. Dan Kitab Perjanjian Baru Yunani adalah TERJEMAHAN dari sumber-sumber semitik
Albert Rumampuk:
Kata “Efata” dalam Mrk 7:34, dalam PB Yunani DIARTIKAN: “Dianoigo” (=terbukalah). Kata “Talita Kum” pada Mrk 5:41, dalam PB Yunani DIARTIKAN: “… Egeiro”. Kata “Eli-Eli lama sabakhtani” pada Mat 27:46, dalam PB Yunani DIARTIKAN: “THEOS MOU... THEOS MOU...”. Anda lihat, sekalipun dalam PB Yunani ada unsur ‘semitik’ didalamnya, misalnya kata “Talita Kum” yang merupakan kata Aram, tapi pada saat para rasul menuliskannya dalam Perjanjian Baru, mereka MENGARTIKANNYA! Hal itu justru membuktikan bahwa PB itu memang adalah Yunani. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tak perduli bahasa apa yang digunakan Yesus dan para rasul saat berkomunikasi, yang jelas saat PB ditulis mereka menuliskannya dalam bahasa Yunani yang adalah bahasa dunia pada saat itu! Buktinya apa? Salah satunya adalah: beberapa kata Aram / Ibrani itu, DIARTIKAN / DITERJEMAHKAN ke dalam Bahasa Yunani saat para rasul menuliskannya dalam PB.
Mengenai Yunani adalah bahasa umum di Yerusalem, anda memberi 2 sumber diatas. Saya juga sudah memberi 2 sumber bahwa Yunani adalah bahasa umum di seluruh jajahan Romawi dan juga pada masa Yesus dan para rasul. Berikut saya tambah lagi:
“The New Testament is an anthology, a collection of works written at different times by various authors. In almost all Christian traditions today, the New Testament consists of 27 books. The original texts were written beginning around A.D. 50 in Koine Greek, the lingua franca of the eastern part of the Roman Empire where they were composed. All of the works which would eventually be incorporated into the New Testament would seem to have been written no later than the mid-2nd century.” “The common languages spoken by both Jews and Gentiles in the Holy Land at the time of Jesus were Aramaic, Koine Greek, and to a limited extent a colloquial dialect of Mishnaic Hebrew. All of the books that would eventually form the New Testament were written in Koine Greek, the vernacular dialect in the Roman provinces of the Eastern Mediterranean at the time. These books were later translated into other languages, most notably, Latin, Syriac, and Coptic.” http://en.wikipedia.org/wiki/New_Testament
“In the Scripture, you will recall, Galilee is called "Galilee of the Gentiles." It had a number of non-Jewish cities and a large non-Jewish population. The sea of Galilee was surrounded by Greek cities. Not every city on the sea was Greek, but many were. Decapolis (This word is Greek for Ten Cities.) bordering the sea to the east and south were Hellenistic cities. Tiberias, built to honor the Roman emperor by that name, was on the southwestern shore. Sephoris, a thoroughly Greek city, was not an hour's walk north of Nazareth. Galilee had a large Greek and other Gentile presence. The culture of these people was Greek and they spoke the Greek language.” (THE ORIGINAL LANGUAGE OF THE NEW TESTAMENT WAS GREEK -. by GARY MINK)
Galilea, adalah daerah dimana Yesus menghabiskan sebagian besar hidupnya. Tempat itu punya BUDAYA YUNANI dan ORANG-ORANG DISANA BICARA DALAM BAHASA YUNANI. Adalah omong kosong jika Yesus yang hidup dan melayani di Galilea (bersama para murid-Nya) yang punya budaya Yunani dan bahasa Yunani, tak tahu bahasa Yunani! Itu cukup untuk membantah kutipan disumber yang anda gunakan bahwa “JESUS SPOKE HEBREW”!
Anda sesumbar mengatakan bahwa “telah ada penemuan baru” dan sumber yang saya gunakan sudah usang? Ini adalah omong kosong yang ndak karu-karuan! Semua sumber / Ensiklopedi adalah dari para ahli sejarah / penafsir yang hidup pada masa lalu yang tentunya lebih dekat dengan peristiwa tersebut. Lalu, mengapa tiba-tiba muncul segelintir orang yang hidup jauh setelah peristiwa itu dan berteori bahwa Yesus tidak bicara dalam bahasa Yunani? Benar-benar aneh bin ajaib!!!
Saya beri contoh: Saya orang Indonesia, lalu apa itu BUKTI bahwa saya TIDAK BISA bahasa Inggris?? Yesus dan para rasul memang orang Ibrani / Yahudi (tidak semua), tapi apa itu BUKTI bahwa mereka TIDAK BISA bahasa Yunani yang adalah bahasa umum bagi daerah jajahan Romawi? Para rasul memang orang Ibrani, tapi pada saat mereka menulis buku PB dalam bahasa Yunani, apa mereka pasti tak bisa? Saya orang Indonesia dan berbicara dalam bahasa Indonesia, apa itu bukti bahwa saya tak bisa tulis buku dalam bahasa Inggris? Gimana pak M.Th??
Tak usah persoalkan lagi bahasa apa yang digunakan Yesus dan para rasul, yang jelas saat PB ditulis, para rasul menuliskannya dalam Yunani! Saya sudah membantah kata2 Ibrani / Aram yang anda gunakan untuk menunjukkan bahwa PB aslinya Ibrani, silahkan di tanggapi.
Teguh Hindarto:
Justru adanya ucapan yang diterjemahkan membuktikan bahwa BAHASA TUTUR, BAHASA PERCAKAPAN pada saat Yesus berkarya adalah Ibrani dan bukan Yunani (gugurlah teori Yesus membaca Septuaginta di Sinagoga, Luk 4).
Adanya unsur-unsur idiom semitik yang diterjemahkan dengan kaku dan buruk dalam naskah PB Yunani menguatkan dugaan bahwa Kitab PB Yunani menerjemahkan dari sumber-sumber semitik, bisa dari Peshitta atau bisa dari naskah Ibrani yang belum kita temukan.
Talmud memberikan deskripsi mengenai eksistensi masing-masing bahasa tersebut di Yerusalem Abad I Ms sbb: “Four languages are of value: Greek for song, Latin for war, Aramaic for dirges (nyanyian penguburan), and Hebrew for speaking”(Jerusalem Talmud, Tractate Sotah 7:2, 30a).
Bahasa Yunani memang dipergunakan, namun sebagai bahasa nyanyian. Maka logikannya, Kitab PB Yunani tentu saja merupakan salinan dan hasil terjemahan dari kitab yang ditulis dengan struktur semitik-hebraik. Sayang sekali Anda tidak mau tahu analisis Robert Lindsey yang sudah saya sitir sebelumnya:
Dalam teori Kritik Sumber ada aneka ragam teori al., Hipotesis Agustinus yang mengatakan bahwa Lukas mengambil dari sumber Matius dan Markus dan Markus mengambil sumber dari Matius. Sementara Hipotesis Griesbach menyatakan Markus mengambil sumber dari Matius dan Lukas dan Lukas mengambil sumber dari Matius.
Nah, teori yang dikembangkan Robert Lindsey menyatakan bahwa sumber penulisan naskah Yunani Matius, Markus, Lukas bersumber dari “biografi Ibrani” (yang menurut bahasa Papias dengan sebutan LOGIA dan teolog modern menyebutnya “Injil Q”) kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani, kemudian dibuat sebuah antologi kemudian rekonstruksi pertama sebelum menjadi naskah-naskah yang diterjemahkan dalam Injil Sinoptik bahasa Yunani. Lindsey berpendapat bahwa Matius-Markus-Lukas secara bersama mengambil naskah antologi dalam bahasa Yunani sebagai sumber dan Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas
Albert Rumampuk:
Lihat pernyataan anda ini: “Justru adanya ucapan yang diterjemahkan membuktikan bahwa BAHASA TUTUR, BAHASA PERCAKAPAN pada saat Yesus berkarya adalah Ibrani dan bukan Yunani…” Apa hubungannya BAHASA TUTUR dengan penulisan PB? Sekalipun bahasa dalam berkomunikasi pada masa itu adalah bahasa Aram, dan Talmud mengatakan bahwa Ibrani adalah bahasa percakapan, itu tak membuktikan bahwa PB pasti ditulis dalam bahasa Aram atau Ibrani. Saya orang Indonesia dan berbahasa Indonesia, lalu apakah itu bukti bahwa saya tak bisa menulis buku dalam bahasa Inggris??? Omong kosong!
Jika memang kata “Talita Kum” (dalam Mrk 5:41) yang merupakan kata Aram, itu dijadikan bukti bahwa bahasa Aram adalah bahasa tutur Yesus, maka seluruh PB ditulis dalam bahasa Aram. Faktanya, versi Peshitta yang anda bangga-banggakan itu ternyata ditulis pada abad ke 5 M jauh setelah kehadiran PB Yunani. Itu membuktikan apa? Membuktikan bahwa logika anda itu sedang korslet! Jika memang kata-kata “Eli, Eli…” yang adalah kata Ibrani menjadi bukti bahwa Ibrani adalah bahasa tutur Yesus, maka seluruh PB harus ditulis dalam bahasa Ibrani. Faktanya, versi PB Ibrani seperti Du Tillet dan Shem Tov, adalah tulisan abad pertengahan yang ASAL USULNYA tidak jelas bahkan hanya memuat kitab MATIUS saja! Itu membuktikan apa? Lagi-lagi membuktikan bahwa logika anda sedang korslet!
Anda mendasari argumentnya pada Talmud dan mengatakan: “Bahasa Yunani memang dipergunakan, namun sebagai bahasa nyanyian. Maka LOGIKANNYA, Kitab PB Yunani tentu saja merupakan salinan dan hasil terjemahan dari kitab yang ditulis dengan struktur semitik-hebraik.” Saya jawab: Benar-benar logika jungkir balik!!! Saya ulangi lagi (cape dech): Saya TAK PERDULI apa bahasa percakapan Yesus dan para rasul, yang penting adalah, saat kata-kata Yesus / para rasul itu ditulis dalam PB, maka para penulis menuliskannya dalam bahasa YUNANI !
Mengenai analisis Robert Lindsey yang anda katakan “saya tidak mau tahu”, sudah saya jawab dan tebukti bahwa itu adalah TEORI NGALOR NGIDUL. Silahkan dibaca lagi dan jangan mengulang-ulang hal yang sama yang sebetulnya telah dijelaskan.
Teguh Hindarto:
Nah, teori yang dikembangkan Robert Lindsey menyatakan bahwa sumber penulisan naskah Yunani Matius, Markus, Lukas bersumber dari “biografi Ibrani” (yang menurut bahasa Papias dengan sebutan LOGIA dan teolog modern menyebutnya “Injil ...Q”) kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani, kemudian dibuat sebuah antologi kemudian rekonstruksi pertama sebelum menjadi naskah-naskah yang diterjemahkan dalam Injil Sinoptik bahasa Yunani. Lindsey berpendapat bahwa Matius-Markus-Lukas secara bersama mengambil naskah antologi dalam bahasa Yunani sebagai sumber dan Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas. Teori pelik ini dapat Anda baca dalam artikel berikut:
A New Solution to the Synoptic Problem David Bivin http://www.jerusalemperspective.org/default.aspx?Tabid=27&CatID=8
Sekalipun masih berupa teori, namun didukung data-data yang valid.Dan dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru semula ditulis dalam bahasa Ibrani, harus dipertimbangkan dan diperdalam sebagai sebuah kajian teologi khususnya Kritik Sumber.
Michael D. Marlowe dalam artikelnya, “The Semitic Style of the New Testament” (http://www.bible-researcher.com/): menjelaskan sbb: Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah. Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani).
Yang menarik, informasi dalam Talmud mengatakan demikian: “Four languages are of value: Greek for song, Latin for war, Aramaic for dirges (nyanyian penguburan), and Hebrew for speaking”(Jerusalem Talmud, Tractate Sotah 7:2, 30a). Nah, bahasa Yunani adalah untuk nyanyian. Dan Kitab Perjanjian Baru Yunani adalah TERJEMAHAN dari sumber-sumber semitik”
Data-data yang saya sodorkan tidak Anda tanggapi secara akademis, malah membuat pertanyaan yang tidak relevan?
Albert Rumampuk:
Bukankah itu baru sebuah TEORI? Diatas anda katakan Markus dan Lukas mengambil sumber dari Matius, tapi disini si Lindsey berpendapat bahwa Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas, yang mana yang benar? Apa ini yang disebut dengan TEORI NGALOR NGIDUL?? Tunjukkan saja pada saya, mana (ada berapa) manuscript PB yang diklaim sebagai Ibrani itu! Mengenai adanya corak semitik, sudah dijelaskan diatas (termasuk kata2 semitik yang ada di PB). Anda hanya membangga-banggakan informasi dari Talmud itu? Sekarang saya akan tunjukkan pada anda data / sumber yang saya miliki bahwa PB aslinya adalah Yunani:
“The New Testament is an anthology, a collection of works written at different times by various authors. In almost all Christian traditions today, the New Testament consists of 27 books. The original texts were written beginning around A.D. 50 in Koine Greek, the lingua franca of the eastern part of the Roman Empire where they were composed. All of the works which would eventually be incorporated into the New Testament would seem to have been written no later than the mid-2nd century.”
“The common languages spoken by both Jews and Gentiles in the Holy Land at the time of Jesus were Aramaic, Koine Greek, and to a limited extent a colloquial dialect of Mishnaic Hebrew. All of the books that would eventually form the New Testament were written in Koine Greek, the vernacular dialect in the Roman provinces of the Eastern Mediterranean at the time. These books were later translated into other languages, most notably, Latin, Syriac, and Coptic.” http://en.wikipedia.org/wiki/New_Testament
“Koine Greek: The fusion of various ancient Greek dialects with Attic, the dialect of Athens, resulted in the creation of the first common Greek dialect, which became a lingua franca across Eastern Mediterranean and Near East. Koine Greek can be initially traced within the armies and conquered territories of Alexander the Great, but after the Hellenistic colonization of the known world, it was spoken from Egypt to the fringes of India. After the Roman conquest of Greece, an unofficial diglossy of Greek and Latin was established in the city of Rome and Koine Greek became a first or second language in the Roman Empire. The origin of Christianity can also be traced through Koine Greek, as the Apostles used it to preach in Greece and the Greek-speaking world. It is also known as the Alexandrian dialect, Post-Classical Greek or even New Testament Greek, as it was the original language the New Testament was written in.” http://en.wikipedia.org/wiki/Greek_language
“After the conquests of Alexander the Great (roughly 336-323 BCE) the language underwent far-reaching changes. Alexander carried the Attic-Ionic form of the language, along with Greek culture more generally, far into the Near East where it became the standard language of commerce and government, existing along side many local languages. Greek was adopted as a second language by the native people of these regions and was ultimately transformed into what has come to be called the Hellenistic Koiné or common Greek. This new form of the language remained essentially a further development of the Attic-Ionic synthesis. The Hellenistic Koine brought significant changes in vocabulary, pronunciation, and grammar, and some of these changes have persisted into Modern Greek. The time of rapid change initiated by Alexander, though, lasted from about 300 BCE to 300 CE. The histories of Polybius, the discourses of Epictetus, and the Christian New Testament all date from this period and are good representatives of the Koine.” http://www.greek-language.com/historyofgreek/
“After the conquests of Alexander the Great (roughly 336-323 BCE) the language underwent far-reaching changes. Alexander carried the Attic-Ionic form of the language, along with Greek culture more generally, far into the Near East where it became the standard language of commerce and government, existing along side many local languages. Greek was adopted as a second language by the native people of these regions and was ultimately transformed into what has come to be called the Hellenistic Koiné or common Greek. This new form of the language remained essentially a further development of the Attic-Ionic synthesis. The Hellenistic Koine brought significant changes in vocabulary, pronunciation, and grammar, and some of these changes have persisted into Modern Greek. The time of rapid change initiated by Alexander, though, lasted from about 300 BCE to 300 CE. The histories of Polybius, the discourses of Epictetus, and the Christian New Testament all date from this period and are good representatives of the Koine.” http://www.greek-language.com/historyofgreek/
“The books of the New Testament were written in Greek. Luke's style is the most literary of these all books.[33] Graham Stanton evaluates the opening of the Gospel of Luke as "the most finely composed sentence in the whole of post-Classical Greek literature." http://en.wikipedia.org/wiki/Gospel_of_Luke
THE WORLD BOOK ENCYCLOPEDIA: The original language of the New Testament is the common vernacular Greek that was widely used at ...the time of Jesus.
COMPTON'S ENCYCLOPEDIA: All of the books [of the New Testament] were originally written in Greek.
NEW CATHOLIC ENCYCLOPEDIA: They [New Testament writings] were all written originally in Greek.
THE ENCYCLOPEDIA AMERICANA: In this language [Koine Greek] the New Testament was written, and thousands upon thousands of papyri, contemporary with the New Testament, and discovered only in the last few decades, have contributed to give us a clear conception of this wide spread lingua franca, that was found wherever Greeks and Greek civilization penetrated.
ENCYCLOPEDIA BRITANNICA: The New Testament Greek, for example, is a representative of Hellenistic Greek written in the first century AD. Some Aramaic influences have been discerned in parts of the New Testament that have a Palestinian setting, but not to a point where scholars are obliged to conclude that some books were originally composed in Aramaic.
INTERPRETER'S DICTIONARY OF THE BIBLE: The Greek of the new testament is the Koine of the first two centuries A.D. It is now generally agreed by New Testament scholars that the books as we have them were written in Greek.
HOLDMAN BIBLE DICTIONARY: The New Testament was written the universal language of the empire.
HASTINGS' DICTIONARY OF THE BIBLE: But however far we may go... in allowing that Aramaic writings are to be detected beneath and behind our gospels, it cannot be held that any of these gospels, or any other New Testament books, are translations from that language. All the new testament was originally written in Greek.
HARPER'S BIBLE DICTIONARY: The New Testament books were all written in Greek
UNGER'S BIBLE DICTIONARY: The Old Testament is written mostly in Hebrew; the New Testament wholly in Greek.
---
Gimana pak M.Th? Anda masih mau mengatakan bahwa para pakar sejarah / penafsir jaman dulu yang hidupnya lebih dekat dengan peristiwanya, bisa dibungkam oleh segelintir orang yang masih bau kencur? Yang penemuannya hanya bersifat teori / dugaan???
DASAR KITAB SUCI BAHWA PERJANJIAN BARU DITULIS DALAM BAHASA YUNANI
Albert Rumampuk:
Peshitta tak mempunyai kitab Wahyu, lalu bagaimana dengan adanya istilah “Alfa dan omega” dalam ayat-ayat berikut:
Wahyu 1:8- "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”
Wahyu 21:6- “Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi.Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.”
Wahyu 22:13- “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”
Alpha adalah huruf pertama dari abjad Yunani. Omega adalah yang terakhir. Ketika Yesus berkata “Aku adalah Alfa dan Omega”, jelas Dia mengucapkan itu dalam bahasa Yunani ! Karena Yesus mengucapkan kata-kata Yunani ini, maka PB juga menulisnya dalam bahasa Yunani.
Silahkan lihat Wahyu 1:11
“Katanya: ‘Apa yang engkau lihat, TULISKANLAH DI DALAM SEBUAH KITAB dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’”
Rasul Yohanes mendapat penglihatan tentang diri Yesus Kristus yang mengatakan “Aku adalah Alfa dan Omega”. Dan Allah sendiri memerintahkan Yohanes untuk MENULISKANNYA dalam sebuah KITAB. Itu jelas membuktikan bahwa PB ditulis dalam bahasa YUNANI !!
Teguh Hindarto:
Mengenai Kitab Wahyu, TIDAK BENAR jika Peshitta tidak memilikinya. Yang benar, beberapa gereja Timur tidak memasukkan dalam daftar kanon Aramaik, namun Kitab Wahyu sendiri ada dan dinamai Kitab GILYANA.
Mengenai ucapan “Alfa dan Omega” yang diucapkan Yesus, sangat mungkin Yesus mengucapkan dalam bahasa Ibrani. Namun tidak menutup kemungkinan Dia mengucapkan dalam bahasa Yunani. Namun kemungkinanya sangat kecil. Mengapa? Yohanes bukan orang Yunani. Yohanes adalah orang Yahudi. Untuk apa Yesus berbicara kepada murid-Nya yang Yahudi dalam bahasa Yunani? Dengan alasan apa pula Yesus menyuruh Yohanes yang Yahudi dan tidak menguasai bahasa Yunani untuk menuliskan pewahyuan dalam bahasa Yunani?
Istilah “Alpha dan Omega” dalam bingkai Semitik Hebraik adalah “ALEP-TAW” atau dalam bahasa Aramaik “ALAF-TAU”. Jika kita mengkaji frasa dalam Kitab Kejadian 1:1, “BERESHIT BARA ELOHIM ET HASHAMAYIM WE ET HAARETS”. Kata ET adalah partikel yang terdiri dari huruf Ibrani ALEF-TAW. Secara filosofis, kata ALEF TAW di sini menunjuk pada Tuhan sejak permulaan telah menyematkan simbol ALEF-TAW yang menandai diri-Nya adalah PEMULA dan PENGAKHIR segala sesuatu. Nah, message itu diterjemahkan dalam bahasa Yunani “Alpha-Omega”.
Albert Rumampuk:
Gereja Timur tidak memasukkan dalam daftar kanon Aramaik, itu sama saja dengan mengatakan bahwa Peshitta tak punya kitab Wahyu karena dalam Peshitta memang tak ada kitab Wahyu.
Saya sudah memberi data bahwa mayoritas buku sejarah / Ensiklopedi menyatakan bahwa bahasa Yunani adalah bahasa resmi di semua daerah jajahan Romawi. Saat orang Yahudi dibuang ke Babel, mereka belajar bahasa Aram dan lalu menguasainya, sehingga saat pulang ke Yerusalem, mereka menggunakan bahasa itu. Pada waktu Romawi menjajah, bahasa Yunani yang adalah bahasa kekaisaran Yunani, tidak dibuang namun digunakan oleh mereka. Sehingga Yunani dan Aram adalah 2 bahasa yang digunakan oleh orang Yahudi (perhatikan juga bahwa ‘Galilea’ tempat Yesus dan para rasul menghabiskan masa hidupnya, juga punya bahasa / budaya Yunani). Lalu bagaimana mungkin Yohanes tak bisa Yunani?
Saya beri contoh lagi; saya adalah orang Manado, tetapi sudah lama tinggal di Palu yang berbahasa Palu / Kaili. Apakah status orang Manado yang saya miliki itu membuktikan bahwa saya tak bisa bahasa Palu? Tidak! Buktinya, saya sangat tahu bahasa Kaili yang adalah bahasa asli Palu! Saat orang Yahudi di Babel, mereka jadi tahu bahasa Aram. Lalu setelah kembali ke Yerusalem, mereka jadi tahu bahasa Yunani yang adalah bahasa resmi Romawi. Karena mereka tahu bahasa Yunani, maka PB jelas ditulis dalam Yunani.
Istilah “Alfa dan Omega” yang adalah istilah Yunani, jelas membuktikan bahwa PB ditulis dalam bahasa Yunani! Ayat itu juga membuktikan bahwa Yesus TAHU bahasa Yunani!
Lagi-lagi anda berteori bahwa istilah itu berasal dari Hebrew yang adalah “ALEP-TAW”? Sekarang tunjukkan pada saya naskah PB Ibrani (yang bukan terjemahan) yang memuat Wahyu 1:8; 21:6; 22:13 dan Wahyu 1:11 itu??? Saya menganjurkan anda untuk berdoa puasa untuk bisa menemukan PB Ibrani / Manuscripts yang ditulis sebelum adanya PB Yunani dan jangan hanya menggunakan teori NGALUR NGIDUL si Robert L. Lindsey itu apalagi berlindung dibalik pernyataan Marthen Luther yang jelas-jelas mengakui bahwa PB ditulis dalam Yunani! Dibawah anda mengutip pendapat orang-orang bahwa Injil ditulis dalam Aramaic, mengapa tak mencatat orang-orang yang mengakui bahwa PB ditulis dalam Ibrani (anda hanya beri judul buku TANPA menunjukkan kata-kata mereka yang mengakui PB ditulis dalam Ibrani)? Bukankah anda mengakui bahwa PB aslinya Ibrani dan bukan Aram? Mengapa gunakan pendapat bahwa PB ditulis dalam Aram?? Lagi-lagi logika anda sedang korslet!
Yang dibutuhkan semua orang Kristen adalah BUKTI MATERIL dan bukan hanya teori TANPA bukti! Silahkan berdoa pada Yahweh “Yahudi” anda dan minta agar bisa menunjukkan dimana letak PB Ibrani itu?? Saya tunggu kehebatan anda pak ngalor ngidul!
NAMA YHWH TERTULIS DI DAHI PARA PENGIKUT YAHWEHISME
Albert Rumampuk:
Jika anda NGOTOT menafsirkan kata “nama” itu secara literal, lalu bagaimana anda memahami ayat ini:
Wah 14:1, “Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.”
Jadi di JIDAT orang-orang ini ada tertulis NAMA Yesus / Anak Domba dan NAMA Yahweh?? Saya tanya: Buat apa YHWH mengijinkan agar nama Yesus dan nama Yahweh ditulis di JIDAT mereka? Saya menantang anda untuk tidak menjelaskannya berdasar konteks yang ada! Monggo…
Teguh Hindarto:
…..Untuk menjawab hal ini, marilah kita membaca Wahyu 22:4 sbb “ dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka”. Dari ayat tersebut, di Sorga kita HANYA MEMILIKI SATU NAMA DI DAHI KITA. Nama siapakah itu? Tentu saja nama Bapa sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 14:1 berdasarkan salah naskah Yunani yang berbunyi ονομα του πατρος (to onoma tou patros)
Siapakah nama Bapa itu? Yesaya 64:8 mengatakan sbb: ועתה יהוה אבינו ( (we Atta YHWH Avinu): “Engkaulah YHWH, Bapa kami”
Jadi nama Bapa yang ditaruhkan dalam dahi pengikut Mesias adalah YHWH.
Bagaimanakah nama itu disematkan? Yang jelas bukan pake stempel Bung Albert atau tatoo. Nama itu tersemat secara suporanatural. Saya berikan sedikit kesaksian: Saat istri saya ditrawang (ditropong secara supranatural oleh seorang dukun yang tidak suka dengan pelayanan kami), seorang dukun tidak bisa melihat apapun selain di dahi istri saya tertulis nama YHWH dalam huruf Ibrani.
Nah, saya sudah menjelaskannya bagi Anda. Bagaimana tanggapan Anda?
Albert Rumampuk:
Wah, nama itu tersemat secara supranatural di jidat kalian ya? Hebat! Lalu anda mengatakan istri anda tertulis nama YHWH dijidatnya karena penglihatan seorang DUKUN? Hebat! Sebaiknya anda pindah profesi saja jadi DUKUN dan copot status Pendeta anda itu! Rupanya anda seorang “dukun”, makanya penafsiran KS-nya kacau balau layaknya seorang dukun yang akan ke neraka!
Apa tujuan YHWH menuliskan nama itu di jidat kalian? Dan apa konsekwensinya jika ternyata ada orang yang tak punya nama itu di dahinya? Gimana jika di dahi semua orang Kristen selain Yahwehisme, yang tak menggunakan nama YHWH, ternyata tertulis Allah, apa akan masuk neraka? Gimana jika di dahi para rasul PB tertulis kata KURIOS, apa juga masuk neraka? Apa syaratnya agar dahi semua orang Kristen tertulis nama YHWH??? Silahkan dijelaskan tanpa melihat konteksnya!
PARA RASUL TAK TAHU BAHASA YUNANI
Teguh Hindarto:
Kondisi modern tidak bisa Anda perbandingkan dengan kondisi pra modern, apalagi wilayah Yerusalem Abad I Ms. Anda harus mempertimbangkan data-data berikut:
Yosephus seorang sarjana Yahudi yang hidup sekitar tahun 37-100 Ms menuliskan ...sbb: “I have also taken a great deal of pains to obtain the learning of the Greeks and understanding the element of the Greek language although I have so long accustomed myself to speak our ow language, that I can’t pronounce Greek with sufficient exactness:for our nation does not encourage those that learn the languanges of many nations” (Antiquites 20:11:2).
Teguh: Talmud menuliskan mengenai fungsi dan kedudukan masing-masing bahasa (Ibrani, Aramaik, Yunani) sbb:
“Four languages are of value: Greek for song, Latin for war, Aramaic for dirges (nyanyian penguburan), and Hebrew for speaking”(Jerusalem Talmud, Tractate Sotah 7:2, 30a).
Kitab Perjanjian Baru Yunani merekam seluruh ucapan-ucapan pendek Yesus diucapkan dalam bahasa Ibrani. Yosephus yang sarjana, tidak fasih berbahasa Yunani. Apakah Petrus, Yohanes para nelayan tersebut lebih fasih berbahasa dan menuliskan dalam bahasa Yunani? Talmud menulisikan bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa percakapan sementara bahasa Yunani adalah bahasa nyanyian. Data-data di atas telah membantah anggapan bahwa Yesus bercakap-cakap dengan para muridnya dengan berbahasa Yunani (sekalipun mungkin saja Dia mampu dan dalam kesempatan tertentu berbicara dalam bahasa tersebut).
Jika Yesus dan para muridnya berbicara dalam bahasa Yunani, tidak akan ada kata-kata TALITA KUMI, EFATA, ELI-ELI LAMA SABAKHTANI, dll
Albert Rumampuk:
Apa bedanya kondisi Modern dan pra-modern? Lagi-lagi anda hanya omong kosong saja! Anda kembali menggunakan Yosephus untuk membuktikan bahwa dia tak bisa Yunani. Kutipan anda itu tidak mengatakan bahwa Yosephus sama sekali (100%) tak bisa bahasa Yunani, tapi dia tidak fasih / tak cukup bagus dalam berbahasa Yunani.Lagi-lagi hanya mengandalkan Talmud! Sudah berulang-ulang saya katakan (cape dech), tak usah dipersoalkan bahasa percakapannya, buktikan saja bahwa PB itu ditulis dalam bahasa Ibrani!
Saya tanya: bagaimana dengan Lukas yang adalah orang Yunani dan jelas jago bahasa Yunani itu? Bagaimana dengan Paulus (seorang sarjana dan sangat terpelajar) yang juga bisa berbahasa Yunani?? Anda tetap katakan bahwa mereka tak bisa Yunani?
Teguh Hindarto:
Dalam buku ini dibuktikan oleh penulisnya mengenai Lukas menuliskan message Injil dalam pola Semitik-Hebraik. Saya tidak menolak kemampuan Lukas dalam bahasa Yunani.
C.C. Torey dalam Our Translated Gospels menyatakan sbb: “In regard to Luke, it remains to be said, that all the Four Gospels it is the one which gives by far the plainest and most constant evidence of being a translation”
Mengenai tulisan Paulus, berikut saya petik kesaksian “The Church Fathers” (Para Bapa Gereja) sbb:
Clement dari Alexandria (150-212 Ms) dalam bukunya HYPOTYPOSES menuliskan sbb: “...the Epistles to the Hebrews he assert was written by Paul, to the Hebrews, IN THE HEBREW TONGUE; but it was carefully TRANSLATED by Luke and PUBLISHED among the Greeks (dalam Eusebeius, Ecclesiastical Histories 6:14:2)
Eusebeius (315 Ms) menuliskan: “For a Paul had addressed the Hebrew in the language of his country; some say that the evangelist Luke, others that Clement, translated the epistle” (Ecclesiastical Histories 3:38:2-3)
Bagaimana Sdr Albert, Sang Profesor Tidak Mau Tahu?
Albert Rumampuk:
Diatas sudah saya buktikan berdasarkan berbagai sumber / data dari Ensiklopedi dan buku-buku yang menunjukkan bahwa:
[1] PB itu aslinya ditulis dalam bahasa Yunani dan telah menyanggah teori anda tentang adanya corak semitik yang dijadikan dasar bahwa PB aslinya adalah Ibrani.
[2] Pengucapan nama Tuhan YHWH, tak ada seorangpun yang tahu dengan pasti dan itu justru membuktikan bahwa keharusan nama YHWH adalah ajaran yang ngawur.
Maka disini saya akan memfokuskan dengan membuktikan lebih lanjut bahwa rasul Paulus adalah seorang yang sangat pandai / terpelajar dan tentunya bisa berbahasa Yunani, dan saat dia menuliskan tulisannya di PB, maka dia menuliskannya dalam bahasa Yunani.
[A] Paulus adalah seorang yang sangat pandai dan menikmati pendidikan yang terbaik; Tarsus tempat kelahiran-nya mempunyai pendidikan / universitas yang hebat / terkenal, bahkan menurut Easton’s Bible Dictionary, reputasinya melebihi universitas-universitas yang ada di Athena dan Alexadria. Di Yerusalem sebagai mahasiswa hukum dan menjadi murid dari seorang pakar / ahli yang bernama Rabbi Gamaliel.
Easton's Bible Dictionary: “Tarsus was also the seat of a famous university, higher in reputation even than the universities of Athens and Alexandria, the only others that then existed. Here Saul was born, and here he spent his youth, doubtless enjoying the best education his native city could afford.”
“His preliminary education having been completed, Saul was sent, when about thirteen years of age probably, to the great Jewish school of sacred learning at Jerusalem as a student of the law. Here he became a pupil of the celebrated rabbi Gamaliel, and here he spent many years in an elaborate study of the Scriptures and of the many questions concerning them with which the rabbis exercised themselves. During these years of diligent study he lived "in all good conscience," unstained by the vices of that great city.”
[B] Paulus adalah seorang Yahudi yang berbahasa Yunani. Tempat kelahiran-nya, Tarsus, adalah sebuah kota besar di Kilikia timur, wilayah yang telah menjadi bagian dari provinsi Romawi dan mempunyai peradaban / kebudayaan Yunani-Romawi.
Encyclopedia Britannica 2010 (Saint Paul, the Apostle; Life): “Paul was a Greek-speaking Jew from Asia Minor. His birthplace, Tarsus, was a major city in eastern Cilicia, a region that had been made part of the Roman province of Syria by the time of Paul’s adulthood. Two of the main cities of Syria, Damascus and Antioch, played a prominent part in his life and letters. Although the exact date of his birth is unknown, he was active as a missionary in the 40s and 50s of the 1st century ad. From this it may be inferred that he was born about the same time as Jesus ... “http://www.britannica.com/EBchecked/topic/447019/Saint-Paul-the-Apostle
“The International Standard Bible Encyclopedia (PAUL, THE APOSTLE, 4):
1. The City of Tarsus:
Geography plays an important part in any life. John the Baptist spent his boyhood in the hill country of Judea in a small town (Luke 1:39) and then in the wilderness. Jesus spent His boyhood in the town of Nazareth and the country round. Both John and Jesus show fondness for Nature in all its forms. Paul grew up in a great city and spent his life in the great cities of the Roman empire. He makes little use of the beauties of Nature, but he has a keen knowledge of men (compare Robertson, Epochs in the Life of Paul, 12). Paul was proud of his great city (Acts 21:39). He was not merely a resident, but a "citizen" of this distinguished city. This fact shows that Paul's family had not just emigrated from Judea to Tarsus a few years before his birth, but had been planted in Tarsus as part of a colony with full municipal rights (Ramsay, Paul the Traveler, 31 f). Tarsus was the capital of Cilicia, then a part of the province of Syria, but it had the title of metropolis and was a free city, urbs libera (Pliny, NH, v.27). To the ancient Greek the city was his "fatherland" (Ramsay, Cities of Paul, 1908, 90). Tarsus was situated on the river Cydnus, and in a wide plain with the hill country behind and the snow-covered Taurus Mountains in the distance. It was subject to malaria. Ramsay (ibid., 117) from Genesis 10:4 f holds that the early inhabitants were Greeks mingled with Orientals. East and West flowed together here. It was a Roman town also with a Jewish colony (ibid., 169), constituting a city tribe to which Paul's family belonged. So then Tarsus was a typical city of the Greek-Roman civilization.
Hellenism:
“… But we must not forget Paul lived in a Greek city and possessed Greek citizenship also (Ramsay, Paul the Traveler, 33). Certainly the Greek traits of adaptability, curiosity, alertness, the love of investigation were marked features of his character, and Tarsus afforded wide opportunity for the acquiring of these qualities (The Ethics of Paul, 39). He learned to speak the vernacular koine like a native and with the ease and swing displayed by no other New Testament writer save Luke and the author of He…”
Smith's Bible Dictionary (Paul): “Nearly all the original materials for the life St. Paul are contained in the Acts of the Apostles and in the Pauline epistles. Paul was born in Tarsus, a city of Cilicia. (It is not improbable that he was born between A.D. 0 and A.D. 5.) Up to the time of his going forth as an avowed preacher of Christ to the Gentiles, the apostle was known by the name of Saul. This was the Jewish name which he received from his Jewish parents. But though a Hebrew of the Hebrews, he was born in a Gentile city. Of his parents we know nothing, except that his father was of the tribe of Benjamin, (Philemon 3:5) and a Pharisee, (Acts 23:6) that Paul had acquired by some means the Roman franchise ("I was free born,") (Acts 22:23) and that he was settled in Tarsus. At Tarsus he must have learned to use the Greek language with freedom and mastery in both speaking and writing.”
Kelahiran Paulus di Tarsus yang merupakan wilayah dari provinsi Romawi dan mempunyai peradaban / kebudayaan Yunani-Romawi (dimana dia juga belajar bahasa Yunani), dan juga karena dia seorang yang pandai / terpelajar, membuktikan bahwa Paulus tentunya bisa berbahasa Yunani dan tentunya menuliskan tulisannya di PB dalam bahasa Yunani.
BUKTIKAN BAHWA RASUL PAULUS TIDAK BISA BAHASA YUNANI DAN TIDAK MENULIS PB DALAM BAHASA YUNANI !
Bagaimana menurut pak M.Th?
Catatan: Diskusi berakhir dibagian ini. Setelah saya menunjukkan bahwa Rasul Paulus adalah orang yang pandai, bisa berbahasa Yunani dan menuliskan tulisannya di Perjanjian Baru dengan bahasa Yunani, pak Teguh langsung CIUT dan menghentikan diskusinya (lagi-lagi dengan menghapus komentar saya dibagian akhir). :))
Sumber debat: http://www.facebook.com/notes/shem-tov/sekte-yahweh/463754383810
Dari seluruh diskusi yang kami lakukan ini, saya menyimpulkan 5 hal:
- Karena Pdt. Teguh hanya mendasari argumentnya pada versi Peshitta (yang merupakan terjemahan dari PB Yunani) yang ditulis pada abad ke-5, dan hanya berteori bahwa PB Yunani punya unsur ‘Semitik’, serta belum adanya bukti Materil / manuscripts dari PB Ibrani, maka perjanjian baru jelas ditulis dalam bahasa yunani!
- Para rasul PB dan Yesus sendiri mengganti kata YHWH dengan KURIOS atau THEOS. Itu membuktikan bahwa orang Kristen bisa mengganti kata itu dengan sebutan ALLAH.
- Mayoritas penafsir / Teolog (termasuk naskah kuno dari PL) membuktikan dengan jelas bahwa tak ada yang bisa mengucapkan kata YHWH itu dengan pasti.
- Keharusan penggunaan nama YHWH sama sekali tak punya dasar Kitab Suci dan karena itu, nama YHWH tidak harus digunakan!
- Pdt. Teguh Hindarto (kelompok YHWH-ISME) tidak mengakui otoritas Perjanjian Baru (yang diilhami Roh Kudus) yang mengganti kata YHWH dengan Kurios / Theos. Hal itu sama dengan telah menghina / menolak firman Tuhan / Allah itu sendiri
Dengan melihat kelima hal tersebut, maka ajaran keharusan penggunaan nama Yahweh oleh sekte Yahweh-isme, adalah sesuatu yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci!
APPENDIX
Dibagian ini, saya akan memberikan sedikit tanggapan atas Literatur yang digunakan oleh Pdt. Teguh Hindarto dan juga menanggapi komentarnya di situs Messianic tentang diskusi yang saya susun ini.
Tanggapan literatur yang digunakan oleh Pdt. Teguh Hindarto M.Th
Ada cukup banyak sumber / link yang dijadikan dasar argument oleh Pdt. Teguh Hindarto untuk mengklaim bahwa Perjanjian Baru ditulis dalam 'bahasa Ibrani'. Tapi apakah sumber-sumber itu bisa dipercaya / berkwalitas? Tidak!
Salah satu sumber yang menjadi kebanggaan Teguh Hindarto adalah buku dari Raphael Lataster: "Was the New Testament Really Written in Greek?". Tahukah saudara, apa latar belakang si Lataster ini? Dia bukan ahli teologi, melainkan investor keuangan / apoteker! Bukunya sendiri tidak diterbitkan secara resmi (mungkin dia malu ketahuan kebodohannya), tetapi hanya dikonversi ke format Bibleworks oleh para pemujanya. Tentu saja ia tidak kredibel, masa M.Th belajar dari orang ekonomi soal teologi? Lagipula, Lataster telah dikritik habis-habisan karena bukunya tidak akademik sama sekali.
http://wikibin.org/articles/raphael-lataster.html
http://orvillejenkins.com/languages/aramaicprimacy.html
Anehnya, buku dari seorang ekonom yang bukan ahli Teologia ini, digunakan sebagai dasar argumentasi oleh sang M.Th yang nota bene mengaku sebagai ‘Ilmuan’. Buat apa gunakan sumber yang tidak valid? Yang lebih parah lagi, Teguh Hindarto yang seringkali memamerkan ‘kehebatan’ bahasa Ibraninya dan yakin jika PB ditulis dalam bahasa Ibrani, justru menggunakan buku yang mengklaim bahwa PB ditulis dalam bahasa Aram. Apa hubungannya? Mungkin sang M.Th sudah putus asa / stres karena tak menemukan buku tentang penulisan PB dalam bahasa Ibrani. Sungguh aneh tapi nyata!
Tanggapan atas komentar Pdt. Teguh Hindarto di situs Messianic Indonesia
Dalam tanggapannya di situs Messianic Indonesia, Pdt. Teguh Hindarto berkomentar soal rekaman perdebatan yang saya susun ini, beliau berkata:
"Sejak Tanggal 22 November 2010 hingga Tgl 8 Desember terjadi perdebatan. Dan saya memutuskan berhenti dari perdebatan tersebut. Namun penghentian dan sikap mengalah saya ditafsirkan lain oleh Sdr Albert Rumampuk. Dalam rekam jejak hasil perdebatan Sdr Albert Rumampuk memberikan
komentar akhir sbb:
'Setelah saya menunjukkan bahwa Rasul Paulus adalah orang yang pandai, bisa berbahasa Yunani dan menuliskan tulisannya di Perjanjian Baru dengan bahasa Yunani, pak Teguh langsung CIUT dan menghentikan diskusinya (lagi-lagi dengan menghapus komentar saya dibagian akhir)'
Saya tidak akan menyimpulkan apapun dari hasil diskusi ini. Dipersilahkan kepada para pembaca yang berminat untuk belajar dan mencari kebenaran untuk menjadikan diskusi dan adu argumentasi, adu data dan adu analisis ini sebagai pembelajaran. Dengan adanya argumen pro dan argumen kontra diantara saya dan Albert Rumampuk, kiranya dapat menolong masing-masing pembaca untuk mengambil keputusan eksistensial bagi dirinya masing-masing.
Berbeda dengan hasil laporan diskusi versi Albert Rumampuk, maka dalam rekam jejak ini saya tampilkan percakapan dari topic yang remeh hingga yang pelik dengan berbagai referensi yang saya sertakan. Untuk memudahkan mengikuti kronologi percakapan, saya menggunakan urutan tanggal awal percakapan hingga tanggap akhir percakapan, bukan per topic yang disortir. Perihal "delete" yang saya lakukan tidak lebih pada pernyataan-pernyataan kasar belaka dan argumentasi yang diulang-ulang saja. Sdr Albert Rumampuk terlalu memaksakan diri saja. Sikap mengalah saya rupanya ditafsirkan lain oleh dia.
Nah, selamat menikmati diskusi dan adu argumentasi seputar penggunaan nama Yahweh dengan Allah dengan disertai tamasya bacaan dan kajian tafsir."
Tanggapan saya:
Rupanya Pdt. Teguh Hindarto tak pernah kapok dalam berdusta. Saudara bisa melihatnya sendiri disepanjang debat ini, beliau telah berkali-kali berdusta, diantaranya:
Dusta yang pertama: Pdt. Teguh Hindarto berkata: "Tidak saya sangkali bahwa tugas saya memahsyurkan nama YHWH, namun menuduh saya... MENGHARUSKAN itu sudah persoalan lain. ANDA BERKHAYAL MENGENAI SAYA RUPANYA…."
Bukti dustanya: Teguh Hindarto melakukan debat terbuka tentang nama YHWH di gereja G.K.R.I ‘GOLGOTA’ (Jl. Dinoyo 19b, lantai 3) - Surabaya Vs Pdt. Budi Asali & Ev. Esra Soru dan mempertahankan kata itu, melakukan debat terbuka dengan saya di FB, menulis tulisan-tulisan tentang keharusan nama Yahweh, mempersalahkan LAI, dsb.
Dusta yang kedua: Pdt. Teguh Hindarto berdusta dengan mengatakan bahwa nama / huruf Y-A-H-W-E-H, ada tertulis dalam Tanakh / Perjanjian lama Ibrani yang asli (bukan terjemahan) sekalipun sudah saya jelaskan berulang-ulang kali, padahal dalam PL Ibrani hanya tertulis 4 huruf mati YHWH יהוה –
Selanjutnya, pada komentarnya di situs Messianic, beliau berkata bahwa dalam rekam jejak yang dibuatnya, dia ‘menyertakan berbagai referensi’, padahal setelah saya lihat di FB, banyak referensi / link yang saya berikan justru tak dimasukkan dalam hasil laporan diskusi yang disusunnya.
Pdt. Teguh Hindarto, anda sudah melanggar Kel 20:16 dan banyak ayat-ayat yang lainnya. Silahkan bertobat!
Lalu soal men-delete, jelas-jelas beliau menghapus beberapa komentar saya yang penting dan tidak merupakan ‘pernyataan kasar’ / ‘pengulangan’. Misalnya soal tanggapan saya tentang Yoh 1:1 (dalam debat soal Tritunggal) dan juga soal rasul Paulus yang bisa berbahasa Yunani. Mengenai soal ‘pernyataan kasar’ oleh saya, silahkan para pembaca buktikan sendiri di seluruh diskusi ini (juga diskusi tentang Tritunggal dan keselamatan), termasuk semua kata-kata kasar dan fitnah Pdt. Teguh Hindarto. Ketika saya melontarkan ‘kata-kata kasar’, saya tidak hanya asal ngomong, tapi itu memang sesuai dengan kenyataannya.
Saya jelaskan konteksnya:
Pak Teguh menafsirkan Yoh 17:6 dengan kacau balau tanpa melihat konteksnya, saya sudah mengajarinya bagaimana salah satu prinsip penafsiran yang benar dengan berkata: “Baik pak M.Th, saya akan ajari anda, begini, salah satu prinsip penafsiran yang benar saat hendak menafsirkan suatu teks dalam KS adalah: kita harus menafsirkan teks tersebut berdasarkan pada KONTEKS yang ada! Anda sudah mengerti? Tolong diparaktekkan ya, jika tidak, maka penafsiran anda itu bukan hanya aneh bin ajaib, tapi juga aneh bin ngalor ngidul! Nilai anda akan merah loh nanti…” Eh, sang ‘Master teologia’ ini malah berkata: “He..he...saya tahu, Anda mulai terjebak dengan teori dan tafsir konyol Anda dan Anda malu ketika tersudut dengan tantangan saya tersebut. NAMA ITU TIDAK MENGENAL KONTEKS! Dimanapun kata NAMA diletakkan selalu menunjuk pada PRIBADI YANG MEMILIKI NAMA bukan yang lain (apa yang dikerjakannya).” Ini jelas pernyataan yang semau gue! Dibagian lain dia bicara konteks tapi jika sudah bicara mengenai nama YHWH, wah, langsung ‘ngamuk’ dan ngotot mengatakan pokoknya “NAMA ITU TIDAK MENGENAL KONTEKS!” (begitu juga dengan persoalan dalam Mat 7). Saya sudah menjelaskan hal ini dan mempertanyakan beberapa hal tentang ini (Yoh 17) dan dia tak mau menjawabnya, malah justru menghindarinya! Saya sudah katakan padanya bahwa: “Nama dan Firman memang punya arti yang berbeda, tetapi bagaimana memahami kata “nama” dalam suatu teks, maka KONTEKS sangat berperan penting! Itu bukan hanya berlaku untuk kata “nama” saja, tapi untuk semua kata / kalimat yang ada di KS. Inilah salah satu prinsip penafsiran yang benar dan komprehensif! Tapi sama sekali tak digubris!
Disamping itu, sang ‘Master teologia’ ini juga melakukan eisegesis pada keluaran 3:15; 1 tawarikh 16:18; Mazmur 22:22 dan Amsal 18;10, mendasari argumentnya pada versi PB Peshitta yang merupakan terjemahan dari PB Yunani, berargument bahwa karena Yesus berkomunikasi dalam Ibrani , maka PB ditulis dalam Ibrani, menganggap kata KITA dalam Kejadian 1:26 menunjuk pada Yahweh, Firman dan Roh-Nya beserta para malaikat, mengklaim bahwa Kristen berakar pada Yudaisme dan mengharuskan untuk kembali ke akar ibrani, menganggap keselamatan dengan episentrum Yerusalem dan menerima Mesias Ibrani serta ibadah Yudaik, setuju / mengajarkan sabelianisme dan berbagai logika jungkir balik lainnya.
Oleh karena itu, tak salah jika saya mengganti gelar ‘M.Th’ yang disandangnya dengan Master goblok! Mengapa? Karena Sang ‘ilmuan’ yang ‘jago ibrani’ ini memang goblok setengah hidup (bukan setengah mati)! Juga tak salah jika saya katakan bahwa beliau pasti jebolan sekolah Teologi angin ribut!
Demikian pula dengan gelar pendeta yang beliau sandang, seharusnya diganti pendusta, karena Sang ‘ilmuan’ yang mengaku sebagai ‘Rohaniawan’ ini telah berkali-kali berdusta. Bukan hanya pada saya, tapi juga terhadap orang lain; misalnya saat melakukan debat terbuka dengan Pdt. Budi Asali di Surabaya, Teguh Hindarto karena sudah terdesak, akhirnya mengakui bahwa bahasa asli Perjanjian Baru adalah Yunani. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Sang ‘Rohaniawan’ ini kembali berdusta dengan menulis di internet dan mengklaim bahwa bahasa asli PB adalah Ibrani ! Karena itu, tak ada yang salah jika saya katakan bahwa Teguh Hindarto sebetulnya bukan seorang pendeta / rohaniawan, tetapi lebih cocok sebagai pendusta!
Sekarang para pembaca bisa melihat kata-kata kasar dari pak Teguh Hindarto pada saya di debat ini (termasuk diskusi soal Tritunggal & Keselamatan: http://albertrumampuk.blogspot.com/2011/01/kesesatan-sekte-yahwehisme-bagian.html dan disini: http://albertrumampuk.blogspot.com/2011/01/kesesatan-sekte-yahwehisme-iman-versus.html): ‘AMNESIA, LINGLUNG, DAYA TANGKAP YANG LAMBAT, AROGAN, SOK TAHU, KEBODOHAN PERMANEN’, dsb.
Saya bahkan tak pernah mengatakan beliau sebagai ‘goblok permanen’, karena saya tahu beliau pasti bisa pintar. Dalam hal ini, Kitab Suci juga sering mencatat ‘kata-kata kasar’ dari para rasul dan bahkan Yesus sendiri. Misalnya saat rasul Paulus mengutuk para penyesat di jemaat Galatia, Yesus berkata munafik, bodoh, dsb, untuk para Farisi. Apakah pak Teguh berani katakan bahwa Paulus dan Yesus telah berlaku kasar dan tidak intelektual? Yesus mengatakan bodoh dan munafik pada orang Farisi saat itu, karena mereka memang bodoh dan munafik. Tak ada yang salah dengan hal itu. Menjadi salah, ketika Pdt. Teguh Hindarto mengatakan saya sebagai ‘sok tahu’ dan ‘bodoh permanen’, mengapa? Karena saya memang tidak sok tahu, saya bisa membuktikan bahwa ajaran tentang keharusan nama YHWH itu memang salah dan tidak Alkitabiah. Saya juga tidak ‘bodoh permanen’ karena bukan seperti orang gila / idiot yang mempunyai tingkat kecerdasan berpikir yang sangat rendah. Lalu siapa yang bodoh? Silahkan para pembaca menilainya sendiri.
Mengenai soal pengulangan argumen yang dituduhkan dan karena itu membuatnya menghentikan diskusi, memang, kadangkala saya berusaha untuk memberi penjelasan padanya secara berulang-ulang, misalnya soal nama TUHAN yang hanya ditulis dengan 4 huruf mati YHWH dalam PL Ibrani, tapi ternyata itupun tak bisa membuatnya mengerti namun justru mempertahankan pandangannya yang salah. Apa boleh buat? Silahkan saja, rupanya maksud baik saya itu disalahtafsirkan olehnya. Namun sebaliknya, justru banyak argument baru saya yang tidak bisa dijawab, misalnya soal Yoh 17:6; Yoh 1:1, soal nama YHWH yang tertulis di dahi (penglihatan dukun) dan juga tentang Paulus yang bisa berbahasa Yunani. Yang pasti, seluruh perdebatan ini selalu diakhiri oleh sanggahan / argument dari saya. Saya yakin penghentian diskusi yang dilakukan oleh-nya bukan karena mengalah, tapi karena dia memang merasa sudah terkalahkan!
No comments:
Post a Comment